Puluhan Tahun Desa Ini Langganan Banjir. Apa yang Harus Dilakukan?

 

 

Desa Santan, Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, sejak tahun 1990-an, setia langganan banjir. Setahun terakhir, intensitas banjir yang meningkat, membuat warga resah. Tiap kali hujan turun, air bakal menggenangi desa yang terbagi tiga wilayah itu, Santan Ulu, Santan Tengah, dan Santan Ilir.

Senin, banjir kembali merendam desa ini setinggi 1,5 meter. Kepala Desa Santan Tengah, Nasrullah, menjelaskan kondisi desanya yang mengkhawatirkan. Banjir datang setiap turun hujan, diakibatkan sungai yang meluap. “Bila banjir, Santan Tengah yang paling tinggi karena luapan air sungai di Santan Ulu,” terangnya, kemarin (03/4/17).

Nasrullah mengatakan, setahun terakhir banjir sudah tidak kenal waktu. Banjir yang membawa lumpur coklat membuat sawah dan kebun warga rusak parah. Padahal, April ini, adalah jadwal panen. “Semua rusak, petani jelas merugi karena ratusan hektare tanaman jagung dan pisang gagal panen. Kami pasrah, tapi harus ada langkah penanganan,” ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutai Kartanegara (Kukar) sudah mendirikan posko penyelamatan. Sebagian warga sudah dievakuasi, namun ada pula yang bertahan. Semua pelajar terpaksa diliburkan.

“Warga kesulitan air bersih. Ada yang beli ada pula yang disiapkan desa, tapi tidak bisa menjangkau warga yang jauh.”

Banjir yang melanda Desa Santan. Sudah puluhan tahun wilayah desa yang terdiri tiga wilayah ini terendam air yang setahun terakhir intensitasnya makin tinggi. Foto: Yovanda

 

Investigasi

Keluarga Pelajar Mahasiswa Santan (Kepmas) berinisiatif melakukan investigasi, mencari penyebab utama banjir puluhan tahun ini. Ketua Umum Kepmas, Saiful Ardi, mengatakan pihaknya mencurigai ada sumbangsih aktivitas tambang. Jika benar, pihaknya tidak akan tinggal diam dan menuntut keadilan untuk warga Santan.

“Kami masih menduga, jika banjir yang terjadi saat ini, bukan hanya karena curah hujan yang tinggi dan luapan sungai. Tapi juga, dampak aktivitas eksploitasi tambang dua perusahaan di hulu Sungai Santan. Kami sudah memiliki informasi dan data yang menunjukkan bila limbah perusahaan tersebut dibuang langsung ke sungai.”

Menurut Ardi, banjir kali ini sangat aneh. Sebab, airnya bercampur lumpur. “Air sungai yang meluap itu membawa lumpur. Air sungai ini juga sangat tidak layak komsumsi.”

Jaringan Advokasi tambang (Jatam) Kaltim meyakini adanya campur tangan industri batubara pada banjir lumpur ini. Dinamisator Jatam Kaltim, Pradarma Rupang, mengatakan sejak 2005 warga Santan kekurangan air bersih untuk dikonsumsi. Padahal sebelumnya, warga sangat bergantung pada Sungai Santan untuk kebutuhan keseharian. “Saat ini, air sungai berubah warna dan warga kekurangan air bersih.”

Jatam akan turut mencari tahu penyebab kejadian ini. Sebagaimana diketahui, ada keinginan perusahaan untuk merelokasi sungai demi kepentingan peningkatan produksi batubara. Tapi, warga Santan menolak keras. “Kami masih menelusuri hal ini. Namun, saat ini kondisi sungai mengalami pendangkalan akibat aktivitas pembongkaran tanah di hulu Sungai.”

Akademisi Fakultas Hukum, Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah, mengatakan jika memang perusahaan tambang terbukti melanggar prinsip-prinsip ketaatan dampak lingkungan, izinnya bisa saja dicabut. “Terkait perizinan, dapat dicabut bila dianggap melanggar prinsip-prinsip ketaatan terhadap dampak lingkungan. Nah, yang bisa mencabut izin tentu saja si pemberi ijin,” kata dia.

Meski demikian, kata Herdi, harus dibuktikan terlebih dahulu pelanggarannya. Langkah kongkritnya, harus segera dibentuk tim investigasi apakah memang banjir di Santan itu akibat aktivitas tambang atau bukan. Bisa lintas instansi, antara dinas pertambangan dan lingkungan hidup.

“Masyarakat punya alasan kuat meminta aktivitas tambang di hulu sungai dihentikan. Karena, mereka paham dan secara langsung terkena dampak. Mereka adalaah orang-orang yang terus mengamati berbagai perubahan lingkungan di sekelilingnya,” urainya.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,