Polda Jambi Gagalkan Penjualan Gading Gajah, WWF: Perburuan Makin Marak

 

 

Jajaran anggota Subdit IV Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jambi bersama BKSDA Jambi menggagalkan perdagangan gading gajah Sumatera. Polda mengamankan tiga gading gajah seberat masing-masing 10-13 kilogram.

Selain gading, kepolisian juga menangkap Arvin Hendarno (32) dan Saini (55), warga Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, serta Mustafa Kamal (61) warga Sungai Asam, Kota Jambi, pelaku perdagangan.

Kapolda Jambi, Brigjen Pol Yazid Fanani mengatakan, ketiga pelaku ini adalah dua jaringan perdagangan berbeda. Ketiganya ditangkap di lokasi berbeda.

Mustafa ditangkap di ruko, di Jalan Hakim Perdanakusuma, Sungai Asam, Kota Jambi, 30 Maret lalu. Mustafa kedapatan membawa dua gading gajah yang akan dijual ke Jawa.

Sedangkan Arwin dan Saini ditangkap di halaman Bank Mandiri Jalan Gatot Subroto, Kota Jambi, pada 17 April lalu, berserta satu gading gajah yang akan dijual.

Yazid mengatakan, ketiga pelaku sudah jadi target operasi. “Saat akan transaksi langsung kita amankan,” katanya kepada wartawan di Mapolda, Rabu, (19/4/17).

Dia menyebut, ketiga pelaku bukan kali pertama jual beli gading gajah. Dari hasil penyedilikan, gading-gading ini akan dijual ke Jawa Rp25 juta perkg. “Pelaku mendapat pesanan dari Jakarta.”

Para tersangka akan dijerat dengan Pasal 21 (2) huruf D jo Pasal 40 (2) UU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dengan ancaman hukuman lima tahun penjara serta denda Rp100 juta.

Saat ini, katanya, Polda Jambi masih menyelidiki gading gajah yang didapat pelaku dari Bayung Lincir, Sumsel ini. Polda Jambi masih penyelidikan lebih mendalam untuk mengetetahui asal usul gading gajah. “Kasus masih kita dalami. Yang jelas mereka sindikat.”

 

Makin terancam

Sunarto, ekolog satwa liar WWF mengatakan, akhir-akhir ini kasus perdagangan gading di pasar gelap Indonesia makin ramai. Hal ini sejurus permintaan pasar tinggi hingga perburuan makin marak.

Bahkan, Indonesia bukan lagi sekadar penyuplai tetapi pasar gelap  jaringan perdagangan gading dunia. “Pernah kemarin dapat kabar ada gading dari luar (gajah Afrika) masuk (diperdagangkan) Indonesia,” katanya melalui sambungan telepon.

Kondisi gajah Sumatera, kini memprihatinkan. Banyak gajah liar hidup di luar taman nasional. Dia mencontohkan, gajah di Jambi yang semestinya hidup di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, justru banyak hidup di konsesi perkebunan. “Kalau hidup sudah di luar habitat, itu masa depan sangat tidak pasti, rentan,” katanya.

 

Gading gajah sitaan. Permintaan pasar tinggi, perburuan pun makin marak. Foto: Yitno Suprapto

 

Pengamanan pemerintah akan habitat gajah juga dinilai lemah. Macam Taman Nasional Tesso Nilo, masih perambahan yang menggangu habitat gajah.

Dia menyebut, Taman Nasional Way Kambas menjadi tempat sedikit lebih aman untuk populasi gajah Sumatera di Lampung, meskipun akhir-akhir ini juga terdengar kabar ada perburuan. “Tapi tetep kecolongan walau pengamanan sudah ketat.”

Sunarto juga menyebut, di Thailand penjualan cinderamata gading gajah masih legal. Hal ini tak menutup kemungkinan perburuan gading gajah Indonesia ke sana. “Kan sulit sepertinya jika gading dipasok dalam negeri (Thailand) saja.”

Tiongkok dulu jadi pemain dalam pasar perdagangan gading gajah, akhir Maret ini mengumumkan menerapkan larangan perdagangan gading yang ‘brutal dan berdarah’. Pemerintah Tiongkok juga akan menutup setengah dari pabrik dan toko gading yang sebelumnya mendapat izin pemerintah. “Semoga ada dampaknya.”

Hasil hitungan kompilasi tahun ini gajah Sumatera masih ada sekitar 1.000-1.300. Konservasi banyak mengandalkan swasta. Dia mengharapkan, pemerintah menaruh perhatian lebih pada kehidupan gajah.

Kebutuhan dunia Barat untuk ukiran gading, perhiasan, tuts piano dan bola biliar menyebabkan ‘pembantaian’ gajah besar-besaran. Populasi gajah dunia pada 1800-an tercatat masih 20 juta gajah. Populasi anjlok, tersisa dua juta pada 1960an. Kekuatan ekonomi Jepang masa 1970-1980 juga ikut memperburuk kehidupan gajah, perburuan meningkat.

Saat larangan perdagangan gading gajah internasional, satu spesies kuno di bumi ini bisa hidup lega, meski kini kebangkitan ekonomi kembali mengancam untuk jadikan gading hiasan bernilai yang menunjukkan ‘kebesaran’.

Meski kehidupan gajah Sumatera terancam, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, Syahimin mengatakan populasi gajah di Jambi relatif stabil. Dia menyebut gajah di Jambi masih sekitar 150-an, tersebar di Kabupaten Tebo, Batanghari dan Sarolangun.

 

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,