Yuk, Jadi Wisatawan yang Bijak Lingkungan

 

 

Ingin menjajal petualangan baru wisata alam? Cobalah sesekali melongok kekayaan hutan dan laut yang ada di taman nasional kita. Saat ini, terdapat 53 taman nasional yang berjajar dengan segala keunikan dan keragaman hayatinya, dari Sumatera hingga Papua.

“Masing-masing punya keunikan dan kekayaan yang berbeda. Taman Nasional membutuhkan dukungan kita semua. Kunjungi dan jaga kelestariannya. Cintai dengan benar,” ujar Kepala Bagian Penyajian dan Pelayanan Informasi Publik, Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kuswandono Tedjosiswojo dalam peluncuran start up agen perjalanan Sebumi.id di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu  lalu.

Menurut Kuswandono, Indonesia mengadopsi cara pengelolaan taman nasional seperti di Amerika Serikat yang sudah berlangsung lama. Kesuksesan pengelolaan taman nasional, tidak hanya dari kelestarian tetapi juga memberikan kesejahteraan terhadap masyarakat di sekitarnya, tanpa mengambil langsung hasil dari hutan.

“Untuk agen perjalanan, misalnya operator hanya sampai gerbang. Selanjutnya, dilaksanakan masyarakat lokal.”

 

Baca: Ayo, Saatnya Kita Jelajah Taman Nasional

 

Kampanye mengunjungi taman nasional ini yang dimanfaatkan Iben Yuzenho, pendiri Sebumi. Anak muda ini bersama teman-temannya, mendirikan agen perjalanan wisata dengan titik fokus taman nasional.

Dalam menawarkan jasanya, start up ini membranding konsep penguatan story telling dan desain. “Kami percaya, cerita para traveler lebih kuat ketimbang membaca informasi yang formal,” ujar Iben.

Sejak dikembangkan 2015, Iben berusaha menanamkan nilai-nilai kecintaan pada lingkungan dan alam. Mereka pun memberikan gimmick di sela perjalanan seperti tumbler minuman untuk mencegah penggunaan botol plastik minuman sekali pakai. Ada juga menanam pohon (tergantung destinasi wisata taman nasionalnya), serta memberikan sabun atau sampo organik. “Kami rencanakan nanti ada insentif harga atau diskon, misalnya dari setoran sampah selama perjalanan,” ujarnya.

Iben memulai wisata berbasis lingkungan ini dari kecintaannya terhadap alam, karena sering mengunjungi berbagai taman nasional. Ditambah lagi, pengalaman kakaknya sebagai ranger di taman nasional dan penyidik kehutanan. “Saya iri, dulu saat berkunjung ke Taman Nasional Gunung Palung pengunjungnya hanya 1.800 orang. Sementara di Serawak, yang sama-sama punya orang utan, aliran sungainya juga sama, pengunjungnya lebih dari 60 ribu,” ujarnya.

Perjalanan wisata berbasis lingkungan ini juga dirasakan artis dan musisi Lala Karmela. Beberapa waktu lalu dia bersama Sebumi.id merasakan perjalanan mengeksplorasi tempat wisata di Sumba. Penyanyi dan aktris film Bukaan 8 ini mengaku senang dan mendapatkan pengalaman yang berbeda. ”Senang bisa jalan ke Sumba, sekaligus bisa eksplorasi alam wisata, tempat yang indah. Saya juga berinteraksi dan mengenal masyarakat lokal di sana,” ujarnya.

Pengalaman tesebut menjadi sesuatu yang berharga. Lala menjadi tahu dan mendapat pengetahuan tentang kekayaan Indonesia  serta pengetahuan tentang lingkungan. “Saya percaya kalau kita menjaga alam, alam akan menjaga kita semua,” ujarnya.

 

Cendrawasih kecil (Paradisaea minor). Foto: Rhett A. Butler

 

Destinasi wisata unik

Masing-masing taman nasional mempunyai keunikan, kekayaan, dan keragaman hayati berbeda. Wisatawan dapat mengeksplorasi keragaman itu. Jika Anda penasaran dengan kecantikan burung bidadari dan burung-burung paruh bengkok, Anda bisa mengunjungi Taman Nasional Aketajawe Lolobata di Sofifi, Maluku Utara. Taman Nasional seluas 167 ribu hektar ini menyimpan kekayaan beragam.

“Wisata pengamatan burung menjadi andalan di taman nasional ini. Setidaknya, wisatawan akan menjumpai 20 jenis burung,” ujar Sadtata Noor Adirahmanta, Kapala Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Pengamatan tak hanya dilakukan siang hari tapi juga malam yang menambah keunikan dan keseruan.

Taman nasional ini juga menyimpan alam yang cantik untuk wisata petualangan di Goa Rimpala, susur Sungai Tayawi, air terjun Bay Rorai; hingga pengenalan jenis flora dan fauna khas Maluku Utara.

Petualangan seru juga bisa didapatkan di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Para wisatawan bisa menikmati wisata olahraga di kawasan hutan konservasi, pengamatan satwa liar, atau susur sungai.

Tesso Nilo juga terkenal dengan produksi hutan alam yakni madu yang dipanen secara unik dari pohon sialang, dengan ritual masyarakat lokal malam hari. “Upacara didahului dengan ritual, untuk menggiring ratu lebah dan anak buahnya,” ujar Gobel, petugas dari Taman Nasional Tesso Nilo pada presentasi di pameran IndoGreen sebelumnya, Sabtu (15/4/2017).

 

Indahnya pemandangan di Taman Nasional Karimunjawa. Foto: Sebumi.id/Sidonn

 

Pelancong bijak

Berwisata atau berpetualang ke alam bebas memang mengasyikkan, apa lagi pergi bersama rombongan. Melihat pemandangan yang indah, hewan atau bunga yang cantik membuat kita ingin menyentuh atau memetiknya. Tapi, sebagai pelancong atau pengunjung yang mengikuti wisata berbasis lingkungan –alangkah baiknya jika kita tak melakukannya, cukup mengaguminya dengan memandangnya.

Pegiat lingkungan dan juga penulis buku, Harley Sastha, membagikan ilmunya untuk memandu kita sebagai pelancong yang menerapkan wisata ramah lingkungan dan berkelanjutan. “Ada beberapa hal yang harus menjadi pegangan dalam wisata berkelanjutan,” ujar Harley.

Hal-hal itu adalah ramah lingkungan; melindungi warisan budaya dan lingkungan; memberi manfaat ekonomi, serta sosial dan budaya bagi masyarakat sekitar atau masyarakat lokal.

Pria yang sudah menjelajah ke berbagai taman nasional ini mengimbau untuk memikirkan segala sesuatu sebelum berangkat ke tempat tujuan/destinasi berkemah dan lain lain. Juga, urusan sampah sisa aktivitas yang mungkin kita timbulkan. Termasuk, kondisi tempat tujuan, apa yang dikonsumsi, halangan atau rintangan yang akan dihadapi. “Tujuan dan aktivitas kita akan menentukan berapa banyak sampah serta dampaknya,” ujarnya.

Tak hanya itu, seorang pelancong juga harus mempersiapkan diri dan sikap perilaku sebelum menuju lokasi wisata alam yang dituju. Sebut saja, status lokasi yang akan kita datangi, taman nasional, taman hutan rakyat, cagar alam, dan sebagainya. Ini dikarenakan, tiap lokasi mempunyai keunikan dan aturan berbeda. Gunakan juga pengetahuan yang kita miliki untuk menjaga kelestarian kawasan misal, tidak mencuci perlengkapan makanan di sumber air. Selain tidak mencemari lingkungan, kita juga memberi kesempatan binatang untuk minum. “Pastikan pula, kita tidak membeli berbagai produk turunan satwa liar dan tumbuhan dilindungi, ini penting,” tandasnya.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,