Apakah Pemindahan Badak dari Afrika ke Australia Sebagai Langkah Perlindungan yang Tepat?

 

 

Badak adalah salah satu simbol paling ikonik di padang savana Afrika: mamalia raksasa abu-abu yang seolah berelapis baju besi dengan cula indah yang menjadi ciri khasnya. Ironinya, tanduk inilah yang menyebabkan kematian dan membuat mereka terancam punah. Perburuan liar yang sangat masif, membuat tiada titik aman bahkan kebun binatang sekalipun tidak bisa melindungi kehidupan mereka.

Tak sedikit orang yang mempercayai bahwa cula badak punya khasiat menyembuhkan penyakit. Tak sedikit pula yang menganggap bahwa mempunyai cula badak, akan menaikkan status sosial mereka. Sebagaimana dilansir dari The Conservation, kenaikan tingkat perburuan dalam dekade terakhir ini, telah memicu penurunan populasi beberapa spesies badak dengan cepat, dan solusi cepat kini benar-benar dibutuhkan.

Sebuah usulan untuk melestarikan badak datang dari Australia. Negara tersebut berencana membawa 80 individu badak dari peternakan-peternakan non pemerintah di Afrika Selatan. The Australian Rhino Project ini diperkirakan akan memakan biaya sekitar $4 juta, atau sekitar Rp50 miliar. Rencana ini mengundang berbagai komentar dan keprihatinan dari para ilmuwan seluruh dunia.

 

Badak hitam (Diceros bicornis) yang hidup di Afrika. Foto: International Rhino Foundation

 

Belum diketahui secara pasti, spesies badak apa yang menjadi fokus proyek ini, tapi kemungkinan adalah subspesies badak putih selatan (southern white rhino subspecies), yang tingkat ancaman kepunahannya paling rendah. Meskipun perburuan terhadap mereka tetap terjadi, populasi globalnya tergolong stabil, yakni di atas 20 ribu individu.

Jumlah ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan spesies badak lain di dunia, yakni badak putih utara (3 individu), badak hitam (4.880 dan bertambah), badak india (2.575), badak sumatera (100), dan badak jawa (64 individu).

Hal lain yang mengundang pertanyaan adalah biaya pemindahan badak-badak tersebut dari Afrika Selatan ke Australia. Biaya $4 juta dirasa terlalu besar, dua kali lipat dibandingkan biaya perlindungan badak di Taman Nasional di Afrika Selatan ($2.2 juta).

Selain itu, melestarikan kehidupan di habitat aslinya memberikan banyak keuntungan bagi makhluk-makhluk yang tumbuhan di habitat tersebut. Badak adalah satwa kunci di padang-padang Afrika.

 

 

Badak membuat padang rumput menjadi habitat sempurna bagi spesies lain. Meninggalkan upaya pelestarian badak di lingkungan mereka berarti menghilangkan ekosistem alaminya. Proyek-proyek konservasi akan lebih sukses jika dilakukan dan dikelola secara lokal. Dengan fondasi sosial yang kuat, konservasi berbasis masyarakat terbukti telah memberikan dampak signifikan terhadap perlindungan dan rekoversi populasi badak di Afrika. Badak putih selatan adalah contoh kesuksesan ini. Spesies yang hampir punah ini kini kembali mempunyai populasi yang besar dan stabil.

Tak ada yang bisa menjamin apa yang akan terjadi dengan badak-badak ini jika sudah berada di Australia. Apakah Australia akan menjadi habitat yang baik juga rumah masa depan bagi spesies badak yang ada di dunia. (Berbagai sumber)

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,