Harimau Terjerat Berkali-kali, Dokter Temukan Seling Besi Melilit Kaki Sudah Tertutup Kulit

 

Tim dokter hewan lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap harimau yang baru selamat dari jeratan di Simalungun itu. Kaki kiri terluka jerat, kaki kanan tak kalah mengerikan, ada bekas luka jeratan dengan seling besi masih melilit dan tertutup kulit luar harimau. Kemungkinan satwa ini terjerat pertama, sekitar enam sampai dua tahun lalu…

 

Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) memutuskan harimau Sumatera yang terkena jerat di Desa Parmonangan, Simalungun, dibawa ke Suaka Barumun, Padang Lawas, Sabtu (6/5/17) sekitar pukul 21.30, tiba Minggu pagi (7/5/17) sekitar pukul 7.45. Tim dokter pun lakukan pemeriksaan menyeluruh.

Seno Pramudito, Kepala Bidang KSDA II BBKSDA Sumut, kepada Mongabay mengatakan, alasan pemindahan dari Taman Satwa Siantar ke Barumun agar pengobatan lebih fokus oleh tim dokter hewan yang berpengalaman.

Selain itu, Barumun jauh lebih baik, karena bentangan alam terbuka, hampir sama dengan habitat asli harimau.

Baca juga: Duh…Harimau Ini Luka-luka Kena Jerat, Begini Rekaman Video dan Foto Evakuasi

Setelah tiba di Barumun, proses pemindahan dari kandang angkut ke isolasi, kemudian ke kandang rehabilitasi. Setelah di kandang rehabilitasi, tim medis mengecek kondisi fisik, sampai luka-luka.

Sesuai hasil pengecekan, luka kedua kaki harimau kena jerat pemburu.

Tim dokter hewan yang menangani kondisi harimau cukup banyak dan sangat berpengalaman. Ada tiga dokter hewan Vesswic yaitu Anhar Lubis, Tia Zalia, dan Nurhafny. Dokter hewan dari Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Asrul Anwar Lubis, dan satu lagi dokter hewan Barumun Nagari yaitu Evi Wulandari.

Tim yang diketuai Anhar Lubis ini memantau 24 jam penuh di sekitar kandang rehabilitasi.

Anhar Lubis, Selasa (9/5/17) mengatakan, setelah periksa harimau menyeluruh juga pengambilan sampel darah lalu dibawa ke laboratorium untuk mengetahui kondisi kesehatan satwa ini.

Hasil laboratorium ditemukan, senyawa kalium, pospor, dan semua mineral rendah, anemia, infeksi, dan mal nutrisi. Harimau perlu perawatan serius hingga sembuh total.

 

 

Kala pemeriksaan kaki, ternyata kaki kiri ada infeksi dan sudah banyak jaringan mati. Luka sudah menembus tulang kaki kiri mengakibatkan banyak jaringan mati sampai ke tulang telapak kaki sebelah kiri bagian depan. Bekas seling jerat di kaki kiri sudah diambil, tampak ada bekas melingkar.

Tak hanya kaki kiri, kaki kananpun ada bekas luka jeratan bahkan seling besi masih melilit di kaki dan sudah tertutup kulit luar harimau. Dugaan awal, kaki kanan sebelah depan terkena jeratan sekitar enam hingga dua tahun lalu.

“Melihat temuan ini langsung kita operasi dan membuka seling jerat. Harimau ini pernah terkena jerat juga tapi berhasil lolos. Untung kita periksa menyeleluruh hingga dilakukan tindakan cepat,” kata Anhar seraya bilang, pemeriksaan laboratorium, usia harimau maksimal lima tahun, dengan sifat liar sangat tinggi.

Pada Selasa sore, harimau sudah sadar, dan bisa berjalan di kandang di ruang rehabilitasi, meski sedikit pincang. Anhar bilang, untuk sembuh total perlu waktu antara enam hingga delapan bulan. Setelah itu baru bisa diambil keputusan melepasliarkan kembali ke alam.

Dia bilang, ada keinginan harimau tinggal Taman Satwa Siantar, setelah sembuh padahal disana bisa saja terkena virus dan mikro organisme karena banyak binatang.

Di Barumun lebih baik. Di Siantar, katanya, dulu pernah dua harimau mati, satu dari Kota Binjai dan satu dari Tarutung.  “Kita ingin penyelamatan satwa bukan untuk jadi mummi,” ucap Anhar.

Dia bilang, belum ada satupun kebun binatang di Indonesia lepasliarkan kembali ke alam. Konsep di Barumun berbeda, tujuan agar harimau bisa lepas liar bukan mati dalam kandang sempit.

“Harimau ini milik negara, milik dunia jadi harus benar-benar kita jaga. Jangan sampai diburu dan dibunuh. Harapan saya tak bernasib sama dengan Gadis yang salah satu kaki terpaksa diamputasi,” katanya.

Berita sebelumnya, satu harimau Sumatera terjerat pemburu di hutan Desa Dolok Parmonangan, Kecamatan Dolok Panribuan, Simalungun, Sumut, Jumat sore (5/5/17) sekitar pukul 13.42.

Warga sekitar desa yang tengah di kebun menemukan harimau langsung melaporkan kepada pegawai Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Aek Nauli. Kala itu, harimau terjerat ini meraung-raung. Ia tak dapat bergerak bebas karena jerat kaki tersangkut pada pohon, dengan kondisi miring.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,