Di Jerumbun, Para Santri Ini Turut Tanam Pohon dan Belajar Konservasi

Selepas menjalankan ibadah shalat subuh, 57 santri Pondok Pesantren Al-Huda Kotawaringin Lama berkumpul di depan halaman sebuah rumah kayu di kawasan Jerumbun, Desa Sungai Sekonyer Kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat. Wajah mereka tampak bersemangat. Basuki Budi Santoso, Manajer FNPF (Friends of National Park Foundation) Kalimantan memberikan komando. Bertelanjang kaki, berdiri di depan para santri memberikan arahan.

“Pagi ini kita akan menanam pohon di sekitar wilayah ini. Bibit pohon kalian bawa dari lokasi pembibitan. Nanti kalian tanam sendiri!” jelas Basuki dengan suara nyaring, memecah sepi pagi itu (24/05).

Andre, santri yang duduk di bangku kelas 1 SMA langsung berlari tergesa menuju lokasi pembibitan. Langkahnya diikuti para santri lainnya. Berbagai jenis bibit pohon langsung mereka ambil.  Gaharu, amang, belangiran, campedak, rambutan, idur, ketiau, ubar dan lainnya.

Ada yang membawa tiga, empat hingga lima pohon. Langkah Andre dibuntuti oleh santri lain, Saefudin. Ia membawa cangkul untuk membuat lubang-lubang yang akan ditanami pohon.

Para santri langsung bergerak ke berbagai penjuru. Mencari lokasi yang dianggap cocok dijadikan tempat penanaman. Begitu pun dengan Saefudin.

“Ayo mana lagi yang mau dicangkul?” tanya Saefudin.

“Di sini!” kata Andre.

Cangkul diayun beberapa kali. Dalam hitungan menit, tanah berpasir di kawasan itu segera berubah menjadi lubang kecil yang siap untuk ditanami pohon. Selesai dengan satu lubang untuk pohon yang ditanam Andre, Saefudin bergegas ke sampingnya.

Cangkul kembali diayun, satu dua hingga lima lubang dalam sekejap tersedia. Para santri lain bergegas membuka plastik polybag, untuk kemudian memasukan pohon dalam lubang tersebut.

Bismillahirohmanirohim… Semoga tumbuh dengan subur yaa..” kata salah satu santri seraya menanamkan pohon di lubang yang tersedia.

Kawasan Jerumbun sekarang didominasi tumbuhan ilalang. Padahal, dulunya merupakan kawasan berhutan sebelum terbakar di tahun 2015. Beberapa pepohonan yang ditanam FNPF pun sudah mulai tumbuh. Tingginya setengah hingga satu meter.

Selepas acara menanam pohon pagi itu, para santri kemudian diajak untuk mengunjungi Pondok Tanggui. Ia merupakan tempat bagi para wisatawan untuk melihat secara langsung kegiatan feeding orangutan.

 

Aksi penanaman pohon yang dilakukan oleh sangtri Pondok Pesantren Al-Huda di Jerumbun. Foto: Indra Nugraha

 

Selain menanam pohon, di malam harinya para santri mengikuti diskusi mengenai konservasi. Di depan rumah kayu tersebut, terpal digelar. Sebuah computer jinjing yang dibawa Basuki memutarkan berbagai film bertema lingkungan hidup.

Fajar Dewanto, Manajer lapangan OFI (Orangutan Foundation International) memberikan materi mengenai kondisi Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) dan pentingnya menjaga orangutan beserta habitatnya.

“Taman Nasional Tanjung Puting ini habitat asli orangutan. Populasinya kini kritis, terancam punah. Kita beruntung masih punya Tanjung Puting. Adik-adik tadi lihat kan banyak bule datang ke sini hanya untuk lihat orangutan. Nah orang luar negeri saja bangga dengan orangutan, masa kita tidak?” jelas Fajar.

Para santri menyimak setiap ucapan Fajar dengan seksama. Langit gelap bertabur bintang terlihat. Angin bertiup perlahan, membuat suasana diskusi terasa khidmat.

Fajar pun menyebut tekanan kelestarian TNTP juga banyak. Pembukaan lahan untuk industri ekstraktif seperti perkebunan sawit dan pertambangan, sempat marak terjadi. Pun ancaman kebakaran hutan, perambahan dan perburuan satwa.

Imbas dari maraknya pertambangan emas dan zircon di sungai Sekonyer yang berbatasan langsung dengan TNPT membuat sungai itu kini terancam. Bahkan ikan-ikan yang ada disana, tak laik dikonsumsi karena terpapar merkuri.

“Kita harus melindungi kawasan ini. Bukti bahwa dengan menjaga hutan dan satwa liar yang ada di dalamnya seperti orangutan, kita bisa mendapat uang, misal lewat ekowisata. Jadi tidak perlu melulu merusak hutan dan lingkungan.”

 

Para santri mengambil bibit pohon di tempat pembibitan FNPF Jerumbun. Foto: Indra Nugraha

 

Basuki menambahkan, bahwa warga dunia akan rugi jika populasi orangutan punah. Sebab orangutan berjasa bagi lingkungan. Orangutan satwa yang bisa menjaga keseimbangan ekosistem. Juga sebagai penyebar bibit di hutan.

Orangutan membuat sarang dan membuat tutupan hutan menjadi terkendali. Sinar matahari bisa masuk dan membuat bibit-bibit pohon yang ada di dalam hutan tersinari dengan baik sehingga tumbuh dengan subur berkat jasa orangutan.

“Ibarat rantai makanan. Kalau satu spesies hilang, maka rantai makanannya akan hancur. Kalau orangutan punah, maka keseimbangan akan terganggu.  Keseimbangan itu penting dan harus dijaga,” katanya.

Andre mengaku terkesan mengikuti kegiatan tersebut. Meski tinggal di Kotawaringin Lama yang jaraknya tak begitu jauh dari TNTP, Andre mengaku baru pertama kali ini datang ke TNTP menyaksikan orangutan secara langsung.

“Seru. saya juga baru pertama kali ke sini jadi awalnya belum tahu apa-apa. Untung saja diajak kesini.,” katanya.

Lewat kegiatan ini, Andre merasa mendapatkan banyak pencerahan akan pentingnya menjaga hutan. Ia juga mengaku terkesan dengan pemaparan para pemateri.

“Ini baru pertama kali saya lihat orangutan secara langsung. Senang dan lucu juga. Orangutan itu satwa yang dilindungi habitatnya hanya ada di Kalimantan dan sumatera. Kita harus bangga dan menjaga kawasan Taman Nasional Tanjung Puting ini,” katanya.

Hal serupa diutarakan Rodiah, santri kelas 2 SMP. Dengan mengikuti sesi diskusi pada malam itu, ia mengaku bisa mendapatkan banyak pelajaran penting.

“Meski capek jalan kaki, tapi karena bareng-bareng jadi seru.”

Selepas mengikuti kegiatan tersebut, Rodiah berikrar dalam dirinya, ia akan menyampaikan apa yang ia lihat dan pelajari dari kegiatan tersebut kepada orang-orang terdekatnya.

Sarwani, guru Pesantren Al-Huda mengatakan sebenarnya keinginan para santri untuk mengunjungi TNTP sudah ada sejak dulu. Namun karena keterbatasan dana, kunjungan baru sekarang bisa terealisasi berkat dukungan beberapa donatur.

“Tindak lanjut setelah kegiatan ini yang pasti kami akan lakukan tindakan nyata untuk konservasi. Misalnya penanaman pohon di lingkungan pesantren. Harapan dan pesan pada para santri, agar mereka bisa paham dan melakukan langkah nyata.”

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,