Perikanan Berkelanjutan, Upaya Selamatkan Sumber Daya Laut Nasional

 

Praktik perikanan berkelanjutan (sustainable fishing) terus didorong pemerintah dan pelaku industri guna mengembalikan kondisi perikanan nasional yang sempat surut. Hal ini terkait berkurangnya stok perikanan tangkap di perairan Indonesia hingga 53 persen akibat over fishing di masa sebelumnya.

Kepala Program Perikanan WWF Indonesia, Imam Musthofa Zainudin berharap, semua pihak mempraktikkan sistem perikanan ramah lingkungan. “Sumber cadangan makanan laut kita sedang tidak aman, sehingga semua pihak, baik produsen, nelayan dan konsumen, harus punya semangat yang sama,” tuturnya kepada Mongabay, baru-baru ini di Surabaya.

WWF Indonesia mendorong produsen untuk memastikan ikan-ikan yang ditangkap telah memenuhi persyaratan berkelanjutan. Seperti, menggunakan peralatan tangkap yang benar, tidak menggunakan alat merusak misalnya bom, potas, serta tidak banyak menangkap ikan yang kecil dan belum dewasa.

“Yang budidaya juga harus melakukan budidaya ramah lingkungan. Tidak menggunakan zat-zat kimia yang dilarang, tidak membuat lahan dekat mangrove atau diatas terumbu karang, dan sebagainya.”

Menurut Imam, perikanan berkelanjutan juga menjadi tanggung jawa konsumen. “Yang bisa dilakukan konsumen adalah bila beli ikan di pasar, jangan ikan kecil. Untuk ukuran dan jenisnya, bisa dilihat mana yang boleh dan tidak.”

Imam berharap, melalui praktik perikanan berkelanjutan dapat menciptakan bisnis ramah lingkungan. Pelabelan produk ramah lingkungan sangat diperlukan guna memudahkan masyarakat membedakan mana yang aman dan ditangkap secara benar. “Ini penting untuk menjaga stok ikan dan meningkatkan mutu lingkungan.”

Nelayan perempuan yang terlihat menjemur ikan sebelum dijual ke pengepul atau diolah sendiri. Foto: Petrus Riski

Manager PT. Samudera Eco Anugrah (SEA) Indonesia, retailer dan pemasok seafood ramah lingkungan, Hasrul Kokoh mengatakan, upaya perbaikan perikanan nasional harus didukung semua pihak. Harus dipastikan, ikan-ikan yang ditangkap dan yang diperdagangkan merupakan produk yang benar. “Kita harapkan juga konsumen teredukasi.”

Perusahaan yang merupakan anggota Seafood Savers ini juga berkomitmen terus mengedukasi para nelayan untuk memahami lautan sebagai wilayah yang memberikan kehidupan. “Kedepan, kami ingin bekerjasama dengan komunitas organik, seperti yang ada di Jakarta. Produk akan dikembangkan dalam bentuk olahan, seperti UMKM dan rumah tangga yang mengolah bahan-bahan organik.”

Menurut Hasrul, pasca-kebijakan yang ditetapkan pemerintah beberapa waktu lalu, kondisi perikanan tangkap di Indonesia cenderung meningkat di beberapa wilayah. Hal ini juga dipengaruhi armada yang beroperasi lebih banyak didominasi kapal-kapal nelayan kecil. Tidak lagi kapal asing ukuran besar.

“Di wilayah tertentu dan wilayah konservasi yang dijaga, kondisinya aman. Disana ada tempat pemijahan, sehingga ikan berkembang besar dan bertambah jumlahnya,” ujar Hasrul.

Proses pengolahan ikan menjadi produk ikan kaleng di salah satu industri pengalengan ikan di Banyuwangi. Foto: Petrus Riski

Staf Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Artati Widiarti mengatakan, meski belum banyak masyarakat yang memahami praktik perikanan berkelanjutan, pemerintah terus mendorong model ini sebagai upaya menjaga dan menyelamatkan sumber daya laut Indonesia.

“Untuk sementara, produk sustainable masih lebih mahal, tetapi sudah ada segmennya. Jadi, untuk konsumen yang memang peduli lingkungan, pasti rela membayar harga lebih untuk mendapatkan produk ramah ini. Dengan membayar lebih, berarti turut menyelamatkan lingkungan juga,” tandasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,