Alam liar Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang sungguh indah diabadikan dalam kamera lensa. Untuk memotret hidupan liar yang ada di sekitar kita, saat ini tidak begitu sulit. Ini dikarenakan, teknologi kamera sekarang sudah mudah pengoperasiannya. Terlebih, bila kita mampu mengabadikan aktivitas hidupan liar di habitat alaminya, foto tersebut bakal bernilai tinggi.
Sebagai contoh, foto seekor burung kangkareng perut–putih (Anthracoceros albirostris), sebagaimana foto di atas, terlihat eksklusif. Pasalnya, sosok burung ini harus kita dapatkan langsung objeknya di Taman Nasional Baluran, Provinsi Jawa Timur. Bila kita ingin memotretnya saat terbang, momen yang jarang terjadi dua kali, kita juga harus bersabar menantinya. Bahkan, hingga berhari.
Pastinya, fotografi satwa liar (wildlife photography) adalah salah satu segmen yang sedang tren saat ini. Objeknya mulai burung, reptil, serangga, dan hidupan liar lain yang benar-benar ada di alam. Objek yang tidak bisa kita arahkan posenya. Untuk itu, peralatan dan perlengkapan kamera yang kita miliki harus ditunjang dengan keahlian, agar kita bisa mengabadikan momen yang indah.
Baca: Foto: Burung Liar yang Bisa Kita Undang ke Pekarangan
Lingkungan sekitar kita, seperti ruang terbuka hijau, bahkan pekarangan rumah adalah objek yang bisa kita eksplorasi sebelum kita mencoba tantangan lebih berat, hutan. Ini dikarenakan, pekarangan atau ruang hijau yang ditumbuhi tanaman pastinya dihuni beragam satwa.
Kumbang, capung, serta kupu-kupu dapat kita jadikan “target operasi.” Keunikan bentuk dan keindahan warna tubuh mereka, begitu sesuai untuk dijadikan koleksi foto yang menarik. Mesti diingat, karena jenis-jenis ini lumayan agresif, pengaturan jarak, makro, kecepatan rana (shutter speed), dan pengaturan eksposur (kecepatan cahaya), harus dilakukan.
Sementara, bila ingin memotret burung, yang sangat dibutuhkan adalah kesabaran dan kegigihan. Ini dimaksudkan agar hasil yang kita dapat benar-benar maksimal. Apakah ada kaitannya dengan peralatan? Peralatan canggih dan mahal bukan harga mati dalam fotografi burung. Teknik digiscoping yaitu penggabungan binokuler atau monokuler dengan kamera pocket bisa digunakan untuk mengatasi kendala tersebut.
Observasi
Sebelum perburuan dimulai, ada baiknya kita observasi wilayah dahulu. Artinya, kita harus kenal objek yang kita kejar, sebelum berhadapan langsung di alam. Begitu juga dengan pemilihan lokasi, waktu, perilaku, dan habitat, harus kita pastikan semua. Mengingat, mengambil foto hidupan liar lebih sulit dari sekadar mengamati semata.
Saat memotret, pastikan segala peralatan telah disiapkan. Sangat dianjurkan, memotret satwa liar dari sudut yang berbeda, agar menghasilkan komposisi gambar yang menarik. Gunakan tripod kala memotret objek terbang atau saat cahaya rendah dengan shutter speed 1/50 atau lebih tinggi. Bila tidak, gambar yang akan dihasilkan menjadi tidak fokus (buram). Fotografi di alam memang banyak dipengaruhi pencahayaan, sehingga harus jeli melihat cahaya dan memilih subjek atau landsekap keseluruhan berdasarkan pencahayaan yang ada.
Fotografi di alam juga membutuhkan kreativitas dan kemampuan pengamatan. Terkadang, ada faktor keberuntungan (lucky) juga yang pastinya dipadukan dengan nilai kesabaran. Terakhir, jangan merusak alam dan menggangu satwa yang ada, saat memotret. Inilah prinsip moral yang patut kita kedepankan.
Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2017!
Asep Ayat
Pegiat lingkungan dan pemerhati burung liar. Tinggal di Ciapus, Bogor, Jawa Barat. E-mail: [email protected]