Indonesia-Finlandia Jajaki Kerjasama Energi Terbarukan

 

Sejumlah delegasi Finlandia mendatangi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Selasa (6/6/17) guna penjajakan komitmen antara Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Republik Finlandia Sauli Väinämö Niinistö dua tahun lalu. Dalam pertemuan bisnis itu, KESDM mempertemukan sejumlah pengembang energi terbarukan Indonesia dengan delegasi Finlandia termasuk sektor finansial.

Mikka Lintila, Menteri Ekonomi Finlandia mengatakan, kerjasama ini diharapkan fokus pada pengembangan energi terbarukan seperti niatan kedua presiden pada awal Oktober 2015.

Dalam pertemuan itu,  Presiden Joko Widodo mengajak Finlandia kerjasama bidang energi dan efisiensi ekonomi.  Saat itu juga ditandatangani nota kesepahaman soal energi terbarukan dan efisiensi energi antarkedua negara menjelang Perjanjian Paris.

Petri Peltonen, Deputi Menteri Keuangan Bidang Ekonomi menambahkan, setelah pertemuan kedua presiden, kedua negara saling mempelajari banyak hal terkait energi terbarukan.

Finlandia, kata Petri, memanfaatkan potensi energi dari sumber daya sektor hutan. Saat ini, penggunaan energi terbarukan Finlandia 38% dari total konsumsi energi negara. Angka ini, katanya,  diharapkan meningkat jadi 50%.

Indonesia, ucap Petri memiliki sumber daya sektor kehutanan potensial. Untuk itu, penelaahan lebih lanjut misal terkait pajak, insentif dan teknologi untuk memberdayakan potensi ini perlu dilakukan.

Petri mengatakan, berdasarkan pengalaman Finlandia, teknologi energi terbarukan agak sulit pada awal. Jadi perlu eksplorasi lebih lanjut.

Arcandra Tahar Wakil Menteri ESDM, menyambut delegasi Finlandia. Dia mengatakan, kementerian berharap komitmen kedua negara tak hanya berakhir pada penandatangan kesepahaman.

Masalah utama pengembangan energi terbarukan di Indonesia, katanya, terutama teknologi, komersialisasi dan birokrasi.

“Kita punya teknologi tapi tidak komersial,” kata Arcandra.

Ke depan dalam pengembangan bisnis dua negara, dia berharap bisnis dengan transparan. “Di mana semua orang tahu perkembangan dokumen-dokumen bisnis. Tidak bekerja dalam ‘gelap’”.

Masalah lain, katanya,  dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia terkait finansial proyek. Bank-bank lokal Indonesia tak cocok mendanai energi terbarukan karena bunga kredit rata-rata di atas 10%.

Dia selalu menyarankan pengembang energi bersih dalam negeri mencari pendanaan luar dengan bunga kredit antara 2-3%.

Arcandra menegaskan, Indonesia berkomitmen menyediakan energi yang kompetitif. Saat ini, penggunaan energi terbarukan di Finlandia 80% dari biomasa terutama industri hutan yang menggunakan limbah dari proses mencerna kayu pulp menjadi bubur kertas. Selama 2016,  industri ini menghasilkan 130 terawatt untuk listrik, pemanasan dan biofuel.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,