Sedihnya…Induk dan Anak Orangutan Ini Terkepung Kebun Sawit

 

Kehidupan orangutan Sumatera terus terdesak. Salah satu terlihat dari kejadian, Sabtu (10/6/17). Hari itu, Human Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU)-Orangutan Information Centre (OIC), mengevakuasi induk dan anak orangutan Sumatera yang terjebak di perkebunan sawit, di Besitang, Langkat, Sumatera Utara (Sumut).

Dengan senapan bius, tim HOCRU-OIC menembak dengan tak membahayakan induk orangutan, yang terus menggendong anak jantannya diperkirakan usia 2,5 tahun. Ia bergelantungan di sebatang pohon karet.

Di sekeliling karet, orangutan tak bisa bergerak ke hutan, karena kebun sawit mengepung. Menurut data OIC luas mencapai 300 hektar, hingga ke perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Setelah berhasil mengevakuasi kedua orangutan, Ricko Lainul Jaya, dokter hewan OIC langsung memeriksa kesehatan kedua satwa dilindungi dan terancam punah ini. Hasilnya, mereka dalam keadaan sehat, tak ada luka dan hal menghawatirkan yang membahayakan.

Atas dasar itu, tim HOCRU-OIC merekomendasikan, petugas Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) segera translokasi ke TNGL, dan disetujui.

Panut Hadisiswoyo, Direktur Yayasan Orangutan Sumatera Lestari Orangutan Information Centre (YOSL–OIC), kepada Mongabay di lokasi evakuasi mengatakan,  induk dan anak orangutan diperkirakan sudah lama di lokasi, terjebak dalam kebun karet yang terkepung perkebunan sawit.

Sejak 2012, sudah lebih 10 orangutan dievakuasi dari sini. Satwa-satwa terancam punah terjebak di perkebunan.

“Di sini, kita sudah mengevakuasi 10 orangutan terjebak perkebunan sawit, ” ucap Panut.

Dulu, katanya, area induk dan anak orangutan diselamatkan ini adalah hutan, yang jadi perkebunan sawit. Jarak antara kedua orangutan terjebak dengan TNGL sekitar lima kilometer. Artinya, kata Panut, satwa-satwa ini terdesak keluar cukup jauh dari kawasan konservasi. Untuk kembali ke kawasan mereka sulit karena terkepung perkebunan sawit.

 

Kondisi induk dan anak sehat hingga langsung rilis di TNGL. Foto: Ayat S Karokaro

 


Kalau orangutan dibiarkan terjebak di kebun sawit sulit bertahan hidup dalam waktu panjang, karena sumber pakan tak memadai. Walau bisa menyesuaikan dengan cepat, katanya, seperti makan buah sawit, tetapi bukan kondisi ideal bagi orangutan. Mereka akan sangat rentan terkena penyakit, kekurangan gizi karena makan makanan tak sesuai, hingga tak berumur panjang.

Di area ini, katanya, banyak orangutan terluka, kena jerat, perburuan dan tubuh luka peluru kala diselamatkan. Area ini sangat terbuka, dan bisa mengancam hidup orangutan.

Untuk menyelamatkan orangutan-orangutan ini sangat penting. Jika tidak, akses perburuan akan makin besar, dan bisa membuka peluang penyelundupan maupun perdagangan.

 

Rilis di TNGL

Setelah pemeriksaan medis dan dianggap sehat, mereka diputuskan rilis ke TNGL. Lokasinya, di area restorasi yang pernah ditangani OIC. Tak jauh dari rilis orangutan ini, sudah berdekatan dengan hutan primer TNGL.

Area rilis restorasi ini,  dulu perkebunan sawit, namun berhasil dihutankan dengan menanam berbagai pohon endemik TNGL. Dia berharap, di sini, kedua orangutan bisa bertahan hidup.

Pada 2014, di lokasi ini pernah rilis lima atau enam orangutan. Mereka terpantau,  semua dalam kondisi baik. Pakan berlimpah.

 

Sang induk dalam kandang sementara sebelum rilis. Foto: Ayat S Karokaro

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , ,