Memperkuat Ekonomi Nelayan Lewat Koperasi. Bagaimana Ceritanya?

Kelompok nelayan kelurahan Kedung Cowek, Surabaya, Jawa Timur, membuat koperasi yang diberi nama Koperasi 64 Bahari. Nama tersebut diambil dari singkatan Nambangan dan Cumpat, daerah asal para anggotanya. Nelayan berharap, lewat koperasi yang didirikan sejak 4 bulan silam itu, kesulitan ekonomi bisa diselesaikan secara perlahan-lahan.

Syukron, ketua Koperasi 64 Bahari mengatakan, ide membuat koperasi datang ketika sejumlah nelayan berkumpul. Tak lama kemudian, beberapa orang yang terlibat diskusi awal itu, meneruskan informasi kepada nelayan lainnya.

“Daripada nganggur, ayo, kita bikin koperasi. Nanti, simpanan wajibnya Rp10ribu tiap bulan. Simpanan pokoknya Rp50ribu. Begitu aja. Kemudian, ide tersebut, disampaikan pula ke sejumlah warga,” terang Syukron ketika ditemui ditemui Mongabay di Nambangan, pada Rabu (21/6/2017).

 

 

Mereka berharap, dengan adanya koperasi, permasalahan ekonomi nelayan bisa terselesaikan. Sebab, penghasilan nelayan yang tidak tentu diyakini menyebabkan sejumlah nelayan terlibat hutang dan harus berurusan dengan rentenir.

Kata Syukron, di daerah Nambangan, tidak banyak nelayan yang punya profesi lain. Sehingga, jika cuaca sedang kurang bersahabat, mereka hanya akan menghabiskan waktu di rumah. Sedangkan, kebutuhan sehari-hari tetap harus dipenuhi.

“Kayak tadi cuacanya buruk sekali. Banyak yang tidak melaut, jadi enggak dapat apa-apa. Apalagi, kalau cuaca ekstrim sampai dua minggu. Akhirnya mereka pinjam ke rentenir.”

Hingga saat ini, Koperasi 64 Bahari telah memiliki 85 anggota. Sejumlah unit usaha sedang dan akan dijalankan. Di antaranya, simpan-pinjam, toko serba ada, produk olahan laut serta pariwisata.

Melalui unit usaha simpan-pinjam, anggota koperasi membuat dua jenis tabungan, yaitu, tabungan hari raya dan tabungan pendidikan. Kata Syukron, tabungan hari raya, baru bisa diambil menjelang hari raya. Sedangkan, tabungan pendidikan, bisa diambil sewaktu-waktu. Kegiatan menabung ini, diikuti sekitar 10 hingga 20 orang.

 

Anggota koperasi 64 bahari, Surabaya, melukis miniatur perahu untuk dijual. Foto : Themmy Doaly

 

Kemudian, dari toko serba ada, koperasi menyediakan peralatan nelayan. Misalnya, jaring, tali, tima dan berbagai peralatan lainnya. Melalui unit usaha ini, nelayan tidak perlu jauh-jauh membeli peralatan tangkap, misalnya, hingga ke daerah Pabean. Kebutuhan melaut bisa didapatkan di koperasi dengan harga yang terjangkau.

“Sampai-sampai, di depan, ditulis ‘menerima pesanan apa saja’,” kata Syukron, ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) kota Surabaya.

Anggota Koperasi 64 Bahari juga membuat dan menjual miniatur perahu ataupun pesawat. Miniatur pesawat terbuat dari limbah mebel di sekitar desa Nambangan. Sedangkan, miniatur perahu terbuat dari bambu. Miniatur-miniatur itu, biasanya dikerjakan antara 2 hari hingga 2 minggu, dengan harga antara Rp150ribu hingga Rp300ribu.

“Kalau ditambah kaca, bisa Rp400ribu hingga Rp500ribu,” imbuhnya.

Ketika Mongabay mendatangi kantor Koperasi 64 Bahari, seluruh perahu yang dipajang, kabarnya sudah dipesan untuk mahar pernikahan. “Nanti layar perahu akan dihiasi dengan uang,” kata Haridin, wakil ketua Koperasi 64.

 

Anggota koperasi 64 bahari membuat kaca yang akan diisi dengan miniatur perahu untuk dijual. Foto : Themmy Doaly

 

Dalam kurun 4 bulan ini, produk-produk yang ditawarkan sudah mulai diketahui masyarakat, bahkan hingga di luar daerah Nambangan dan Cumpat. Penyebaran informasi itu dilakukan melalui media sosial, semisal facebook ataupun whatsApp.

“Permintaan sudah semakin banyak. Orang-orang di luar Nambangan sudah tahu. Contohnya, di Sukolilo, Kenjeran bahkan Madura, sudah tahu bahwa Koperasi 64 Bahari menjual alat tangkap, miniatur dan macam-macam,” ujar Haridin.

Kedepannya, pengurus Koperasi 64 Bahari, masih akan mempersiapkan sejumlah program, salah satunya wisata edukasi. Dengan program tersebut, mereka akan mengajak masyarkat untuk menikmati pemandangan laut, memperhatikan aktifitas nelayan serta mempelajari teknis menangkap ikan.

“Masyarakat akan diajak melihat aktifitas nelayan sehari-hari. Semacam wisata edukasi. Jadi, naik perahu bukan jalan-jalan saja,” terang Haridin.

 

Mandat Undang-Undang

Misbachul Munir, ketua KNTI Jawa Timur mengatakan, penguatan eknomi nelayan, melalui koperasi, adalah mandat Undang-Undang No.7/2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam.

Karena itu, pihaknya mendesak pemerintah untuk memperkuat sektor ekonomi nelayan melalui koperasi. “Dan di pemerintahan Presiden Jokowi, saat ini, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka koperasi harus ada di kampung-kampung nelayan,” terang Misbachul Munir.

 

Perahu nelayan di daerah Nambangan, Surabaya, Jatim. Nelayan akan menganggur bila tidak bisa melaut karena cuaca buruk. Foto : Themmy Doaly

 

Agar penguatan ekonomi nelayan dapat terwujud, dia berharap, tugas tersebut tidak dikerjakan oleh satu kementerian saja. Namun, kementerian-kementerian terkait harus bergotong royong untuk membantu menyelesaikan permasalah ekonomi nelayan.

“Kementerian yang dikoordinatori oleh Menko Maritim harus bergotong royong. Tidak bisa jadi tanggung jawab satu kementerian saja. Kemudian, Kementerian Kelautan dan Perikanan harus bekerjasama dengan kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dan seterusnya. Supaya, dapat mempermudah akses pinjaman ke bank,” jelasnya.

Sayangnya, Misbachul menilai, berbagai pihak harus terus mendorong keterlibatan pemerintah. Sebab, dia melihat di tiap daerah, instansi terkait belum maksimal melakukan kerjasama untuk memperkuat ekonomi nelayan dalam sektor koperasi.

Padahal, dia yakin, melalui koperasi, kesulitan ekonomi nelayan bisa teratasi. Ketika cuaca buruk nelayan tidak terjebak pada rentenir. “Kemudian, untuk membeli kebutuhan peralatan tangkap, nelayan tidak perlu lagi belanja jauh-jauh dan bisa menghemat biaya transportasi,” pungkasnya

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,