Tahun Depan, Produk Kerajinan Gambut akan Dijual di Pasar Moderen. Benarkah?

 

 

Masyarakat di sekitar lahan gambut di Sumatera Selatan, yang mengembangkan kerajinan purun, bambu, dan juga susu kerbau, nasibnya diharapkan akan lebih baik di masa mendatang. Selain akan diberikan berbagai pelatihan, terutama peningkatan kualitas produk, Pemerintah Sumatera Selatan juga mendorong berbagai instansi dan perusahaan swasta untuk membeli semua produk kerajinan dan makanan yang merupakan khas gambut tersebut. Bahkan, semua pasar moderen di Sumatera Selatan diharapkan membuat gerai khusus yang menjual berbagai produk tersebut.

“Semua upaya pemasaran akan dituangkan dalam peraturan daerah (perda) tentang perlindungan gambut dan pengembangan ekonomi hijau, yang bakal ditetapkan Pemerintah Sumsel pada 2018,” kata Dr. Najib Asmani, dihadapan perwakilan warga dari Kecamatan Pangkalan Lampan, Pampangan, Tulungselapan, Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), serta Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin. Penjelasan Najib diucapkan dalam kegiatan sosialisasi restorasi gambut yang digelar Tim Restorasi Gambut (TRG) Sumsel di Desa Talang Nangka, Pangkalan Lampan, Kabupaten OKI, Rabu (19/07/2017).

“Adanya perda, memberikan dampak positif pemasaran kerajinan masyarakat yang hidup di sekitar lahan gambut,” ujar Koordinator Tim Restorasi Gambut (TRG) Sumatera Selatan ini.

 

Baca: Jamin Ekonomi Masyarakat, Tim Restorasi Gambut Sumsel Kembangkan Purun dan Potensi Kerbau Rawa

 

Dijelaskan Najib, selain payung hukum tersebut, TRG Sumsel juga akan memberikan pelatihan terhadap para pengrajin. “Pelatihan berupa manajemen dan peningkatan kemampuan dalam memproduk barang berkualitas beserta kemasannya.”

Saat ini baru beberapa produk yang akan dikembangkan, misalnya kerajinan purun, bambu, kuliner gula aren, susu kerbau, serta kerupuk dan ikan asap.

Untuk menjamin keberlangsungan pemasaran produk tersebut, TRG Sumsel akan membentuk badan hukum berupa koperasi. “Selama bapak dan ibu tidak menjaga gambut, TRG Sumsel akan berusaha semaksimal mungkin meningkatkan kesejahteraan mayarakat sekitar gambut, baik melalui pertanian dan perkebunan, juga ekonomi kreatif ramah lingkungan,” ujarnya.

 

Sisik Salak, salah satu motif tikar purun. Foto: Jemi Delvian

 

Ruslah, pengrajin dan guru penganyam purun dari Desa Ulak Kemang, Kecamatan Pangkalan Lampan, menyambut baik apa yang diupayakan TRG Sumsel. “Kami sangat senang, dan kami siap mendukung apa yang diinginkan TRG Sumsel. Selama ini, kami terus meningkatkan kualitas produksi, baik penampilan maupun bahannya,” kata Ruslah.

Heru dari Desa Riding sangat mengharapkan puan, makanan yang diolah dari susu kerbau, menjadi prioritas pengembangan ekonomi masyarakat. “Susu puan dari Pangkalan Lampan dan Pampangan sangat terkenal. Tapi produksi dan pemasarannya masih terbatas, perlu pembinaan untuk ditingkatkan, termasuk mengembangkan pemasarannya,” katanya.

Joni Saputra dari Desa Talang Nangka, sangat mendukung hadirnya gerai produk gambut di mall atau pasar moderen. “Tapi hendaknya, masyarakat tidak mendapatkan beban sewa dengan gerai tersebut,” katanya.

“Tidak akan. Itulah guna badan hukum koperasi yang akan mengurusi persoalan teknis. Intinya, masyarakat tinggal memproduksi yang terbaik, dan pemasarannya tidak perlu dipikirkan,” kata Najib.

 

Asmara Murni, warga Desa Air Pikat, Kecamatan Bermani Ulu, Rejang Lebong, yang siap membagikan keahliannya mengolah bambu menjadi berbagai anyaman. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

Prioritas generasi muda

Menjawab pertanyaan dari Sulgia, seorang warga Desa Talang Nangka, yang meminta TRG Sumsel untuk lebih memprioritaskan pengembangan ekonomi kreatif di kalangan pemuda desa, Najib menjelaskan itu menjadi prioritas.

“Kita memang memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia di kalangan generasi muda, untuk terjun ke dunia ekonomi kreatif di pedesaan. Banyak sekali potensi ekonomi di desa, seperti kerajinan atau kuliner tradisional. Ini jauh lebih besar peluangnya sebagai sumber ekonomi berkelanjutan, dibandingkan memanfaatkan hasil hutan dan lahan gambut yang saat ini lebih banyak memberikan dampak negatif bagi lingkungan,” ujarnya.

Selama sosialisasi restorasi gambut dengan tema “Restorasi Gambut Berkah untuk Masyarakat” di acara tersebut dipamerkan juga semua produk yang dihasilkan masyarakat. Sebut saja kerajinan purun berupa tikar, tas, dompet, map, tempat tisu, serta gula aren.

“Saya berharap di masa mendatang aneka kerajinan tidak lagi menggunakan bahan pewarna yang mengadung unsur kimia. Tetap konsisten dengan pewarnaan alami yang dihasilkan dari getah atau kulit tanaman dan buahan,” kata Najib.

Dikatakan Najib, produk-produk tradisional yang ramah lingkungan saat ini banyak diminati masyarakat, baik lokal maupun international. “Produk-produk terbaik dari masyarakat, akan ditampilkan dalam pasar tradisional saat penyelenggaraan Asian Games 2018 nanti. Termasuk kita saat penyelengaraan Jambore Masyarakat Gambut di Palembang beberapa bulan ke depan ini,” tandasnya.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,