Senin (24/7/17), kabar duka datang dari ekowisata Tangkahan, Langkat, Sumatera Utara. Eva, gajah berusia 60 tahun yang biasa ikut tim patroli di Taman Nasional Gunung Leuser, mati di kandang isolasi. Sudah tiga bulan terakhir ia terpaksa dipisahkan dari gajah-gajah lain, karena tengah sakit. Tubuh Eva kurus dan mengeluarkan cairan dari mulut.
Berbagai upaya dilakukan tim medis untuk menyelamatkan salah satu satwa kunci dalam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL ini.
Eva, cukup sepuh di antara gajah di ekowisata Tangkahan. Ia salah satu gajah liar yang dijinakkan dan masuk tim patroli TNGL.
Begitu banyak kisah cerita indah ditinggalkan Eva, mulai dari mengusir gajah liar berkonflik dengan manusia, hingga mengajak pengunjung ikut smart patrol ke kawasan yang disebut patroli partisipatif.
Dokter Hewan, Anhar Lubis, dari Vesswic, mendengar kabar kematian Eva, langsung menuju ke lokasi ekowisata Tangkahan.
Bersama tim medis yang selama empat bulan terakhir fokus mengobati dan merawat Eva, langsung pembedahan dan pengambilan sejumlah sampel tubuh.
Selasa (25/7/17), Ardi Andono, Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Balai Besar menghubungi Anhar untuk mengetahui kondisi terakhir penyebab kematian dan hasil analisis medis.
Via telepon, Anhar mengatakan, saat autopsi ditemukan pada bagian paru penuh nanah. Hasil analisis awal, menurut Anhar, Eva TBC tetapi masih dugaan awal, belum bisa dipastikan. Katanya, perlu pemeriksaan lebih mendalam dari laboratorium dan pemeriksaan lain.
Anhar menjelaskan kepada Ardi, perkiraan kematian karena infeksi kronis dan umur sudah tua hingga pemulihan tak mudah lagi.
Ardi mengatakan, sakit Eva sejak beberapa bulan terakhir. Gejalanya, lemah dan nafsu makan menurun. Pengobatan intensif dilakukan tim medis Vesswic selama tiga bulan, termasuk uji laboratorium.
Pada 1983, Eva berasal dari Aceh Timur, mengalami beberapa kali pindah lokasi, karena ada konflik Aceh. Sepanjang hidup, Eva turut beberapa operasi pengamanan hutan hingga penyelesaian konflik gajah di Sumut.
“Kematian Eva meninggalkan duka sangat mendalam bagi TNGL. Eva turut andil mengembangkan wisata dan patroli gajah di Tangkahan sejak 2002. Kami berduka, ” kata Ardi.
Soal TBC, kala hasil positif maka akan pemeriksaan terhadap sembilan gajah Sumatera di Tangkahan, berikut mahot, apakah terpapar atau tidak.
Kondisi gajah
Sedangkan Syukur Alfazar, dewan pendiri Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) terkejut mendapat kabar kematian Eva. Soal dugaan kematian karena sakit diduga TBC, katanya, harus menunggu hasil laboratorium. “Apakah benar TBC atau tidak.”
Pria biasa disapa Sugeng ini mengatakan, saat Idul Fitri, sempat singgah ke ekowisata Tangkahan dan melihat kondisi gajah-gajah di CRU Tangkahan, kurus seperti kekurangan makanan, dan kandang jorok. “Ini kritikan kepada managemen untuk lebih memperhatikan kesejahteraan satwa.”
Dia tak mengetahui siapa otoritas di Tangkahan, apakah TNGL atau BBKSDA Sumut. Seharusnya, ada otoritas yang jadi mentor memperhatikan kesejahteraan satwa. Kalau kotor dan kurang makan, katanya, harusnya ada teguran pada pengelola.
Kala itu, katanya, CRU masuk Tangkahan, melalui program Flora Fauna International (FFI). Masyarakat, sudah mulai patroli menjaga kawasan hutan melalui inisiatif mereka sendiri.
Sebenarnya, Tangkahan itu memiliki cerita unik tentang bagaimana orang lokal yang dulu pencuri kayu berubah menjadi pelaku pariwisata. Perubahan perilaku ini membuat tim FFI menaruh simpati akhirnya membantu masyarakat mendatangkan gajah untuk patroli yang dilakukan tim FFI, TNGL dan masyarakat lokal.
“Berjalan waktu, CRU maju dengan badan hukum sendiri dan melepaskan diri dengan Lembaga Pariwisata Tangkahan. Proses perizinan berikutnya membuat dua organisasi ini bermain sendiri-sendiri, ” ucap Sugeng.
Ardi Andono, membantah saat dikonfirmasi soal temuan Sugeng mengenai gajah kurus dan kurang terawat.
Dia bilang, gajah-gajah di Tangkahan semua kondisi sehat, dan tak kekurangan makanan serta tak alami kekurangan gizi. Setiap saat mereka memberikan vitamin dan menjaga kesehatan satwa-satwa ini.
“Itu tidak benar. Semua kondisi sehat dan tak kekurangan makanan atau tak kekurangan gizi. Kita selalu pantau kesehatan dan kesejahteraan gajah di ekowisata Tangkahan.”