Model dan aktris Dominique Diyose masih menyimpan keinginan mengadopsi individu orangutan. Keinginan yang hingga masih ia nantikan kepastiannya dari Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOSF).
“Saya maunya bayi dalam kandungan induk orangutan, yang dalam tahap pelepasliaran. Tapi, sampai sekarang belum ada,” ujar Domi, panggilan Dominique ditemui di sela diskusi Yayasan BOS di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (27/07/2017). “Pastiya, jika ada individu yang lahir, akan saya adopsi yang untuk tahapan selanjutnya dilepasliarkan.”
Karena belum menemukan individu tersebut, Domi akhirnya menyalurkan donasinya untuk perawatan dan konservasi orangutan. Dominique, setahun terakhir memang terlibat pada kegiatan Yayasan BOSF, berkampanye pentingnya menjaga kehidupan orangutan beserta habitatnya. Ia mengaku, tak mudah bergabung dengan yayasan ini dikarenakan kesibukannya, untuk terjun langsung menyambangi orangutan di Kalimantan.
Baca: Bahagia Romeo yang Mendapatkan Kembali Kebebasannya
Domi menceritakan, ikut bergabung membantu konservasi satwa langka dan dilindungi karena mendapat informasi dari Davina, kawan sesama model dan aktivis pencinta satwa. Selain itu, kata dia, titik penting kesadarannya muncul lebih dalam ketika melihat satwa dan lingkungan merupakan satu kesatuan ekosistem alam yang penting untuk kehidupan masa depan kita.
Hobinya yang berpetualang, naik gunung, masuk hutan, hingga menyambangi laut, menurutnya, belum memberikan sesuatu yang berarti. “Saya ingin berbuat lebih dan saya bersedia membantu konservasi orangutan.” Ia pun kini aktif mengkampanyekan konservasi orangutan di media sosial yang dimiliknya.
Domi memang tidak sekadar bergabung di Yayasan BOSF, ia diminta keseriusannya juga. Ia harus menjalani tes kesehatan yang cukup mahal. “Termasuk tes HIV, karena virus ini kan juga bisa menular ke individu. Kita pun juga ada kemungkinan terkena virus binatang,” ujarnya.
Untuk mengunjungi orangutan dan ikut pelepasliaran di Kalimantan, Domi juga harus berjuang. Naik turun perbukitan hingga menelusuri lembah terjal tanpa bantuan porter. Namun, semua itu, menurutnya, terbayar saat melihat orangutan bebas ke alam liar. Satu momen penting yang membuat Domi ‘jatuh hati’ adalah ketika ia bersitatap dengan Romeo, satu dari 10 individu yang diselamatkan dari Taiwan. Dia sudah berada di kandang 24 tahun.
“Waktu itu didekati Romeo yang besar, kami sama-sama diam. Tapi, ketika pandangan kami bertemu, sepertinya ia ingin mengatakan, ingin keluar. Di situ, aku merasa harus ikut membantu,” ujarnya.
Romeo adalah orangutan yang dipulangkan ke Indonesia dari Taiwan, pada 1993. Berdasarkan serangkaian pemeriksaan, Romeo diketahui menderita Hepatitis B yang memaksanya untuk hidup di kandang. Meskipun perilakunya sudah menunjukkan agak liar, namun ia belum bisa dilepaskan dengan pertimbangan kesehatan individu orangutan lainnya. Pengobatan terhadap Romeo terus dilakukan. “Saat ini, Romeo sedang menjalani proses ‘magang pelepasliaran atau pra-pelepasliaran di Pulau 5, kawasan Samboja Lestari, Kalimantan Timur,” tandasnya.