Paus Terdampar Itu Mati dengan Tubuh Penuh Luka…

 

Nelayan menemukan paus di perairan dangkal sekitar Pantai Takome, Ternate. Mereka berusaha evakuasi tetapi tak berhasil. Terseret ombak sampai ke pantai, paus itu akhirnya mati dengan tubuh penuh luka…

 

Kala negeri tengah merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia, Kamis (17/8/17), sebagian warga di Pantai Takome, Kecamatan Pulau Ternate, Ternate, Maluku Utara, sibuk berupaya mengevakuasi paus sperma atau paus kepala kotak (Physeter macrocephalus) yang terseret ke perairan dangkal. Tubuh paus banyak luka.

Paus berukuran sekitar 10 meter terdampar dalam keadaan hidup namun tak berhasil evakuasi ke laut dalam hingga mati. Sampai Jumat, (18/8/17), bangkai paus masih mengeluarkan darah dan mulai membusuk.

Jamal (30), nelayan Kelurahan Takome ketika ditemui pada Kamis, (17/8/17) pagi menceritakan, sebelumnya, pukul 06.30, sempat melihat paus di Pantai Takome masih hidup dan mengepakkan ekor. Sebagian warga menuju ke pesisir pantai.

Beberapa saat, kabar terdampar paus menyebar di masyarakat sekitar. Warga dari Kelurahan Loto bahkan Sulamadaha berdatangan. Mereka mencoba mengevakuasi paus dengan kondisi luka-luka dan tak berdaya ke laut menggunakan perahu kecil bermesin 45 pk. Sayangnya, tak berhasil karena paus terlampau berat.

“Saat itu, paus terlihat banyak mengeluarkan darah. Karena tak bisa dievakuasi ke laut dalam, paus terbawa ombak hingga ke pasir pantai, dan mati…” kata Jamal.

Pada pukul 10.30, warga mencoba menghubungi Bintara Pembina Desa untuk dilanjutkan ke pemerintah, yakni Basarnas Kota Ternate. Hingga pukul 15.00,  bantuan Basarnas tak kunjung tiba.

Belum diketahui pasti penyebab paus terdampar, sempat beredar isu paus mati ditembak melihat luka parah di kepala.

Nelayan Kelurahan Loto Aswat Burhan (45) ketika memeriksa luka di kepala paus mengatakan, ada enam luka tertusuk di bagian kepala paus. Menurut dugaan dia,  bukan luka tembak.

“Saya sudah periksa, luka di kepala paus itu bukan luka tempak. Kemungkinan terkena karang saat paus memburu makanan di laut dangkal. Jika luka tembak, pasti lubang cukup dalam, paus sudah mati sebelum terdampar,”  katanya.

Warga mengikat tali tambang di bangkai paus lalu ditarik pakai truk ke darat. Sebagian warga terlihat membawa gergaji, mereka memotong gigi paus.

Fahri, Kasi Ops Basarnas Kota Ternate ketika dihubungi Mongabay via telepon mengatakan, baru mendengar kabar paus terdampar pukul 02.00 siang. Kabar lalu disampaikan ke KPLP Kota Ternate.

“Kami baru terima laporan warga jam dua siang setelah kejadian. Untuk evakuasi paus, kami serahkan ke KPLP Ternate. Kemungkinan pukul 4.00 sore, mereka (KPLP) sudah ke lokasi,” katanya.

Malamnya, pukul 18.56, Fahri menyampaikan kabar evakuasi bangkai paus belum selesai. Petugas dan warga masih kewalahan karena belum ada kapal yang menarik bangkai paus.

Aisa Bafagih, Dosen Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara menyayangkan perhatian pemerintah dalam evakuasi paus minim. Padahal, masalah sudah terjadi beberapa kali di Maluku Utara sejak 2015 hingga kini.

“Pemerintah masih lambat dalam merespon. Sementara warga juga kesulitan evakuasi. Jika mereka mengerti, dan cepat, mungkin paus masih bisa terseselamatkan.”

Dia bilang, ada beberapa penyebab hingga paus terdampar, mulai perubahan cuaca yang tak menentu sampai curah hujan tinggi hingga menyebabkan air laut kecoklatan dan membawa sampah plastik ke laut.  Bisa juga, katanya, paus terluka karena terkena karang ketika mengejar makanan.

Buyung Radjiloen, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku Utara mengaku baru mengetahui kejadian setelah dihubungi Mongabay Jumat (18/8/17).

“Saya baru dapat info. Saya minta petugas turun lapangan. Kebetulan saya lagi bertugas ke Kayoa, Halmahera Selatan. Akan kami kordinasikan dengan pihak terkait untuk evakuasi bangkai paus,” katanya melalui pesan singkat.

 

Setelah paus mati, warga mengambil giginya. Foto: Faris Bobero/ Mongabay Indonesia

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,