Tsunami Itu Menghanyutkan Ratusan Spesies Laut dari Jepang ke Amerika

 

 

Kita tentu ingat bagaimana Jepang dilanda tsunami pada 2011. Pemberitaan bencana luar biasa itu menjadi headline di berbagai media selama berbulan. Namun, ada hal yang luput dari berbagai pemberitaan tersebut, yaitu kondisi makhluk laut setelah tsunami yang meluluhlantakkan bebeberapa kota di pesisir timur Jepang tersebut.

Air yang surut ke laut dan membawa ribuan ton puing ke Samudera Pasifik itu ternyata menjadi semacam ‘rakit’ bagi sekitar 300 spesies hewan laut dari Jepang. Siapa sangka pula, hewan-hewan itu bergerak begitu jauh dan ‘mendarat’ di pantai barat Amerika Serikat.

Para ahli menyebutnya sebagai migrasi maritim terjauh yang pernah tercatat dalam sejarah. Setidaknya sejuta makhluk – termasuk krustasea, ikan, kepiting, siput laut, cacing laut, dan ganggang – melakukan perjalanan sejauh 7.725 kilometer.

Spesies-spesies tersebut ditemukan dilebih dari 600 objek yang disurvei oleh panjaga pantai barat Amerika yang dipimpin oleh James Carlton dari Williams College di Williamstown, Massachusetts. Laporan ini sudah diterbitkan dalam Jurnal Science, edisi 29 September 2017.

 

Bintang laut Jepang (Asterias amurensis) yang ditemukan di bagian Kapal Misawa yang terdampar di pantai Oregon pada 2012. Foto: John Chapman via The Verge

 

Makhluk tersebut menempel pada berbagai potongan puing yang terdampar di pantai-pantai di Washington, Oregon, California, Alaska, dan Hawaii. Ada juga di Kanada. Sebagian besar, makhluk yang ditemukan itu menempel di pelampung, kapal, peti dan barang lainnya yang terbuat dari plastik, fiberglass, dan bahan lainnya yang tidak membusuk.

Banyak dari makhluk itu, sekitar dua pertiganya tidak pernah terlihat di pantai barat Amerika, berkembang biak saat melayang ke arah timur.

”Jenisnya yang beragam itu bikin shock,” kata Carlton. ”Moluska, anemon laut, karang, dan kepiting, sangat beragam,” ujarnya sebagaimana dilansir dari The Verge.

”Saya terkejut bahwa sebagian besar organisme pesisir ini bisa bertahan di laut dalam waktu lama,” kata Greg Ruiz, ahli biologi kelautan di Smithsonian Environmental Research Center, yang ikut serta menulis penelitian tersebut. ”Tapi dulu, mereka tidak memiliki banyak kesempatan. Kini, ternyata dengan plastik, kesempatan itu ada,” tambahnya.

Salah satu peneliti, John Chapman dari Oregon State University mengemukakan kekhawatirannya. “Krustasia dan kerang-kerang kecil ini mengkhawatirkan saya karena mereka bisa membawa penyakit baru, bahkan bisa mengusir atau mempengaruhi populasi tiram dan remis di sini,” jelasnya sebagaimana dikutip dari Deutsche Welle.

Spesies-spesies dari Jepang itu memang masih berdatangan, tapi kini tak lagi menumpangi puing-puing kayu, melainkan plastik.

 


 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,