Tiga Hiu Paus Terdampar Lalu Mati di NTT

 

Tiga ekor hiu paus terdampar lalu mati di Pantai Nangalili, Desa Benteng Dewa, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tiga hiu paus berukuran 2-8 meter ini pertama kali dilihat warga setempat pada Senin (25/09/2017) malam, dan mati keesokan harinya.

Ikan Imboro, demikian warga lokal menyebut hiu paus ini. Simpulan sementara, hiu paus terjebak di area pasang surut ketika sedang menyantap ikan pelagis kecil seperti teri, makanan mereka. Karena saat ini sedang musim pelagis kecil di kawasan ini.

Saat ditemukan badan ketiganya masih utuh. Namun pada Rabu (27/9) saat tim pemerintah datang ke lokasi, sudah ada yang terpotong bagian tubuhnya dan yang berukuran paling kecil sekitar 2 meter sebagian tubuhnya hilang, sisanya dibuang ke laut. Diduga dipotong-potong untuk dikonsumsi.

(baca : Hiu Paus Ini Ditangkap Nelayan Ambon, Turis Rusia Tawarkan Duit Untuk Dibebaskan. Bagaimana Akhirnya?)

Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang Ikram Sangadji menyebut lokasi terdampar sekitar 2 km dari perkampungan terdekat dan sekitar 2 jam dari ibukota Manggarai Barat. Kondisi jalan tanah berbatu cukup sulit mengakses sarana prasarana seperti alat berat.

Pihaknya dan BPSPL Denpasar yang kebetulan di NTT dan bersama tim dari WWF Indonesia, Nelayan Desa Nangalili, serta Pokmaswas Desa Benteng Dewa, menyeberang ke lokasi dengan kapal nelayan sekitar 30 menit dari desa Nangalili. Dilanjutkan jalan kaki sekitar 1-2 km karena jarak ketiga paus agak berjauhan beberapa ratus meter.

 

Luka sayatan di sirip salah satu dari tiga ekor hiu paus terdampar lalu mati di Pantai Nangalili, Desa Benteng Dewa, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Rabu (27/09/2017). Foto : BPSPL Denpasar/BKKPN Kupang/WWF Indonesia/Mongabay Indonesia

 

Hius paus pertama sekitar 8 meter ditemukan dengan luka sayatan pada sirip punggung, sirip ekor, dan bekas darah di mulut. Daging mulai bau membusuk. Hiu paus lain lebih pendek. Sirip ekor sudah hilang dipotong. “Mungkin warga mengira sirip hiu paus ini bisa dijual mahal, padahal tak ada manfaatnya,” ujar Ikram.

Daging antara sirip punggung dan ekor juga dipotong dan ada luka sayatan pada sirip punggung. Daging mulai membusuk saat dicatat.

Ikram mengatakan tidak melakukan uji sampel atau nekropsi. Karena menurutnya sudah jelas jenisnya, tidak perlu dites lagi untuk memastikan. Sementara penyebab terdampar, ia meyakini terjebak saat meraup makanannya, ikan-ikan kecil. “Karena filter feeding, meraup plankton sampai teri lalu masuk pantai,” katanya.

Megafauna ini tak bisa mendorong dirinya ke area dalam. Para hiu paus didiuga mati karena dehidrasi.

(baca : Hiu Paus Yang Ditangkap Ilegal, Akhirnya Dilepaskan Ke Laut Bebas)

Warga dinilai kurang alat dan keterampilan untuk menyelamatkan hiu paus ini. “Perlu orang banyak untuk mendorong, aksesibilitas, dan warga belum paham penyelamatan,” tambah Ikram. Karena itu pihaknya berencana melatih warga dan nelayan sekitar menangani satwa laut terdampar.

Pilihan yang diambil untuk menangani bangkai adalah dibakar. Karena pilihan lain seperti dikubur atau ditenggelamkan tidak memungkinkan karena kurang alat. Sementara jika dibakar memungkinkan karena banyak kayu bakar dengan tujuan menghancurkan, menghindari pembusukan dan kontaminasi. “Kami akan buat bimtek (bimbingan teknis) cara penanganan dan informasi agar tidak mengonsumsi daging hewan terdampar,” urai Ikram.

 

Bekas sayatan di dekat ekor salah satu dari tiga ekor hiu paus terdampar lalu mati di Pantai Nangalili, Desa Benteng Dewa, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Rabu (27/09/2017). Foto : BPSPL Denpasar/BKKPN Kupang/WWF Indonesia/Mongabay Indonesia

 

Area terdampar termasuk kawasan konservasi perairan Laut Sewu. Di area ini disebut salah satu kawasan paus seperti paus sperma dan paus biru. Juga kawasan ruaya atau pemijahan 55 jenis ikan bernilai ekonomis tinggi salah satunya tuna. Ikram menyebut salah satu tantangan adalah pengendalian alat pancing yang tidak ramah lingkungan.

Peristiwa lain terdampar terakhir pada 20 September ditemukan seekor paus jenis finned pilot whale terdampar di pesisir Rote dengan kondisi delapan luka sayatan. Laman Whale Stranding Indonesia mencatat terdampar di pantai Oka Kea, Nggodimeda, Kecamatan Rote Tengan. Ketika ditemukan paus masih hidup namun terlihat sangat lemas dan tidak bergerak. Dari ciri morfologi diduga jenis short-finned pilot whale dengan panjang 4,4 m dan lebar 1,5 m.

Disebutkan, paus sudah dikembalikan ke laut lagi. Belum ada kabar lagi bahwa paus pilot ini terdampar lagi. Namun dari kondisi tubuhnya (miring dengan 8 luka sayatan), hewan ini bisa jadi akan terdampar lagi.

(baca : Hiu Terbesar Tapi Jinak Dan Bukan Karnivora, Begini 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus )

 

Panduan mamalia terdampar

Sebuah komunitas jaringan penyelamat mamalia sejak 2013 berupaya merangkum peristiwa terkait mamalia terdampar di Indonesia. Mereka juga membuat materi edukasi untuk warga. Dalam website whalestrandingindonesia.com ada sejumlah panduan bagi warga apa yang harus dilakukan saat menemukan mamalia terdampar baik hidup atau mati. Ada juga formulir yang bisa diisi dengan rangkuman foto, lokasi, jenis, kondisi saat ditemukan, dan lainnya.

 

Bagian tubuh salah satu dari tiga ekor hiu paus terdampar lalu mati di Pantai Nangalili, Desa Benteng Dewa, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Rabu (27/09/2017). Foto : BPSPL Denpasar/BKKPN Kupang/WWF Indonesia/Mongabay Indonesia

 

Misalnya jika menemukan terdampar hidup, warga atau tim evakuasi diminta tidak menyentuh mata, sirip, dan lubang nafas. Tidak menuangkan air ke lubang nafas, memastikan basah dengan menggali pasir sekitarnya dan diisi air, jika sulit menutup sebagian badan dengan handuk basah, dan mengurangi terpaan matahari langsung.

Lalu menghindari kerumunan orang terlalu dekat agar hewan tidak stres kemudian membopong dalam tandu ke perairan bebas agar bisa kembali berenang.

Sementara untuk penghancuran bangkai disebutkan bisa dengan sejumlah cara dan resikonya. Misal dibakar tapi rangkanya rusak. Mengubur di titik atas pasang surut laut dan beberapa bulan kemudian rangkanya bisa dimanfaatkan. Atau ditenggelamkan dengan metode khusus agar rangka bisa ditemukan.

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,