Ini Dampak Siklon Tropis Cempaka Bagi Nelayan Cilacap

 

Jarum jam baru menunjukkan pukul 10.00 WIB, tetapi sejumlah perahu sudah kembali ke Pantai Teluk Penyu di Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) pada Selasa (28/11). Kembalinya perahu pada jam 10.00 WIB bukan hal yang biasa. Sebab, biasanya mereka baru kembali sekitar jam 12.00 Wib atau 13.00 WIB setelah berangkat melaut jam 04.00 WIB hingga 05.00 WIB. Begitu sampai di pantai, ada sejumlah orang yang kemudian ikut serta membantu mengangkat perahu ke bagian pantai yang lebih atas.

“Saya bersama nelayan lainnya sengaja pulang cepat, karena cuaca sudah tidak mendukung. Kami harus secepatnya ke darat, karena langit mulai gelap serta angin kencang. Gelombang juga tinggi, sehingga kami air kerap masuk ke perahu. Hari ini benar-benar kondisinya tidak bagus untuk melaut, makanya kami segera pulang,” kata Karman (51) nelayan asal Pandanarang, Cilacap Selatan.

Menurutnya, dalam dua hari terakhir, cuaca di Samudra Hindia wilayah selatan Cilacap hingga Kebumen memburuk. Hal itu ditandai dengan gelombang tinggi dan angin kencang. “Makanya hanya sebagian kecil nelayan yang melaut. Itu pun tidak berani sampai ke tengah laut. Cukup dekat dengan pantai, hanya beberapa kilometer (km) saja. Supaya kalau cuaca memburuk, kami bisa secepatnya pulang ke daratan,” ujarnya.

Benar, mulai dua hari terakhir, cuaca di Samudra Hindia memburuk. Hal itu terjadi karena kemunculan siklon tropis Cempaka yang kini berada di sebelah selatan Jawa Timur (Jatim). Badai yang awalnya terbentuk dari bibit di sebelah selatan Cilacap itu, bergerak ke timur dan pada Senin (27/11) malam menjadi badai yang kemudian dinamakan Cempaka.

Dalam rilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo memprediksi hingga beberapa hari mendatang, siklon tropis Cempaka yang begerak di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa berdampak hujan lebat di sejumlah daerah, terutama di Jawa.

Selain itu, ada potensi gelombang tinggi hingga 2,5-6 meter di perairan selatan Jatim, Laut Jawa bagian timur, Selat Sunda bagian selatan, perairan selatan Banten, Jabar hingga Jateng dan Samudra Hindia bagian barat.

“Siklon tropis Cempaka akan bertahan sampai beberapa hari. Sehingga kami mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai bencana banjir, longsor dan angin kencang,” kata Mulyono dalam rilis tersebut.

Ternyata benar, dampak siklon tropis Cempaka yang kini berada di sebelah selatan Jatim berdampak pada hujan deras yang menyebabkan banjir di sejumlah tempat di antaranya Pacitan, Jatim, Wonogiri, Jateng hingga ke DIY.

 

Ratusan perahu terlihat berada di Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah pada Selasa (28/11/2017) karena tidak melaut akibat adanya siklon tropis Cempaka. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Saat memantau siklon tropis Cempaka pada Selasa (29/11) siang dari Kantor Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo menyebutkan kalau siklon tropis Cempaka sudah berada di selatan Jatim atau tepatnya sekitar Pacitan.

“Dampak untuk wilayah Jateng dan DIY adalah terjadinya hujan lebat serta gelombang tinggi di Samudra Hindia sebelah selatan Jateng dan DIY. Kami memprediksikan dalam beberapa hari mendatang cuaca di Samudra Hindia masih buruk. Gelombang dapat mencapai 4 meter dan kecepatan angin hingga 30 knots. Oleh karena itu, kami mengimbau kepada nelayan untuk waspada,” ujarnya.

Teguh mengatakan bahwa siklon tropis Cempaka itu bibitnya terjadi di sebelah selatan Cilacap. Ternyata bibit badai itu akhirnya menjadi siklon yang ditandai dengan tekanan pada 999 milibar serta kecepatan di pusat badai 65 km per jam. “Pengaruh siklon tropis masih bakal terjadi, tidak hanya membuat gelombang tinggi dan angin kencang, melainkan juga hujan lebat di samudra,” katanya.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Sarjono mengungkapkan kalau hanya sebagian kecil nelayan yang melaut. Sebagian besar lainnya memilih tidak melaut karena terlalu berisiko. “Ada 6-7 ribu kapal di bawah 5 grosston (GT) yang tidak melaut. Untuk kapal dengan bobot 5-10 GT ada sekitar 1.000 serta ratusan kapal 10-50 GT hingga di atas 50 GT yang kini tidak melaut. Sebab, cuaca buruk melanda Samudra Hindia,” katanya.

Menurut Sarjono, di sebelah selatan Pulau Nusakambangan, kapal-kapal pencari ikan tuna berjajar, membuang sauh di perairan setempat. Kapal-kapal tersebut sengaja menunggu cuaca kembali membaik, baru berangkat kembali. “Kami sengaja mengeluarkan imbauan kepada nelayan agar tidak melaut, karena terlalu berisiko. Apalagi, dalam beberapa bulan terakhir, kondisi cuaca baik dan hasilnya bagus. Makanya, lebih baik menunggu sekitar tiga hari atau seminggu sampai cuaca betul-betul kondusif,” harapnya.

Sementara nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC), Seno (56) mengungkapkan kalau dirinya sengaja tidak melaut dan memilih menunggu cuaca membaik. “Padahal, sebelum cuaca buruk terjadi, sebetulnya tengah panen ikan yakni bawal putih dan bawal hitam. Untuk bawal putih yang ukuran besar, harganya bisa Rp400 ribu per kilogram (kg), sedangkan yang kecil Rp70 ribu per kg. Sementara untuk bawal hitam yang besar mencapai Rp200 ribu untuk ukuran besar, sedangkan yang kecil sekitar Rp50 ribu per kg. Pada kondisi cuaca bagus, setiap nelayan bisa membawa pulang 50 kg. Namun, karena saat sekarang cuaca buruk, maka tidak ada hasil,” katanya.

Nelayan lainnya, Kurdi (42) mengatakan kalau dirinya masih nekat melaut, namun hasilnya juga tidak menggembirakan. “Sebab, kalau dalam kondisi normal, kami bisa menghasilkan tangkapan sebanyak 50 kg, kini paling hanya 1-2 kg dengan risiko tinggi. Sebab, di laut tengah dilanda gelombang tinggi dan angin kencang. Kemungkinan, saya tidak lagi melaut dalam kondisi seperti ini, karena lebih baik menunggu cuaca membaik saja. Tidak terlalu berisiko dan hasilnya lumayan,” jelas Kurdi.

Kini nelayan di perairan sebelah selatan Jateng dan DIY, terutama di Cilacap hanya menunggu cuaca membaik saja. Karena tidak ada yang dapat dilakukan kecuali kearifan melihat keadaan. Yakni menunggu “perginya” siklon tropis Cempaka.

 

Sejumlah nelayan mengangkat perahu ke daratan setelah melaut di perairan Cilacap, Jawa Tengah, pada Selasa 927/11/2017). Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,