Air Keruh akibat Eksplorasi Panas Bumi, Sampai Kapan?

 

Seorang pemuda, Adi (23) tampak kecewa setempat tiba di sekitar air terjun atau Curug Cipendok yang terletak di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng). Ia yang merupakan warga Bumiayu, Brebes, mengaku terkejut dengan kondisi Curug Cipendok saat sekarang. Airnya berwarna coklat. Titik-titik air dari air terjun tidak menyegarkan, malah membuat sesak nafas dan mata pedih. Sebab, airnya tidak bersih karena telah bercampur lumpur. Kekeruhan tersebut terjadi setelah PT Sejatera Alam Energi (SAE) melakukan eksplorasi dalam proses pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Baturraden.

“Terus terang, saya kaget karena ternyata Curug Cipendok sudah tidak nyaman lagi. Airnya kotor bercampur lumpur. Dulu, kalau terciprat air dari air terjun Cipendok menyegarkan. Sekarang malah kotor, mata pedas serta membuat rambut jadi kaku, karena terkena cipratan air bercampur lumpur. Sudah jauh-jauh ke sini, malah kondisinya tidak membuat nyaman. Ya sudah pulang saja,” ungkapnya saat ditemui pada Kamis (7/12).

baca : Air untuk Penghidupan Warga Karangtengah Tiba-tiba Keruh, Ada Apa?

Apa yang dialami oleh Adi juga dirasakan para pengunjung lainnya. Umumnya mereka kecewa, karena tidak lagi dapat menikmati segarnya air terjun di areal hutan lereng selatan Gunung Slamet tersebut. “Sudah setahun ini, kondisi air kotor di Curug Cipendeok terjadi. Biasanya, kotor pada saat hujan, kemudian bersih lagi. Namun, dalam sebulan terakhir, tepatnya sejak awal November lalu, hampir setiap hari airnya kotor. Tidak tahu sampai kapan harus seperti ini,” kata Badri (51) pedagang di warung kompleks Curug Cipendok.

Ia mengungkapkan tidak sedikit pengunjung yang kecewa terhadap kondisi air terjun. “Umumnya, mereka bertanya, ada apa gerangan kok sekarang begitu berubah. Saya hanya mengatakan kalau di atas sedang ada proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Baturraden. Dampaknya seperti ini. Mereka sangat kecewa, karena tidak bisa lagi mandi di bawah air terjun. Biasanya, di bawah air terjun persis, menjadi tempat kesukaan para pengunjung. Airnya bersih dan dingin, tapi itu dulu. Sekarang mereka tidak bisa lagi,” jelasnya.

Ia juga terkena dampak kekeruhan air Curug Cipendok, karena sejak keruh pengunjung jadi sedikit. Hal itulah yang berdampak pada warungnya. “Sejak air menjadi keruh, pengunjung warung juga berkurang. Dulu, saat akhir pekan pada Sabtu-Minggu, rata-rata harian bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp500 ribu, tetapi saat sekarang hanya Rp100 ribu. Turunnya hingga 80%. Saya hanya bisa pasrah dan minta bagaimana caranya agar Curug Cipendok kembali bersih lagi airnya,” ujarnya.

 

Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup Banyumas melakukan pengambilan sampel air di Curug Cipendok, Cilongok, Banyumas, Jateng. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Penjaga Curug Cipendok Ahmad Atmowijaya juga mengakui kalau pengunjung mengalami penurunan yang drastis akibat dampak keruhnya air terjun. “Dulu saat kondisi normal, pada akhir pekan pengunjung berkisar antara 500-800 pengunjung, tetapi sekarang hanya tersisa maksimal 200 orang. Ada penurunan hingga 75% jika dibandingkan dengan saat kondisi air terjun bersih. Demikian juga pada saat hari biasa, kini hanya dikunjungi sekitar 200-300 orang, kini maksimal hanya 60 pengunjung,” ujar Ahmad.

Menurut Ahmad, para pengunjung yang telanjur datang dan sampai ke Curug Cipendok kerap mengajukan protes kepada para petugas wisata Cipendok. Mereka tidak mengira jika airnya keruh dengan warna kecoklatan. Mereka kecewa sekali karena tidak bisa lagi mandi dan berlama-lama di curug. “Saya juga dapat memaklumi, kalau terlalu lama di curug, rasanya membuat sesak nafas. Sebab, air yang diterbangkan udara tidak bersih yang bercampur dengan lumpur. Sehingga kalau terlalu lama di sekitar curug, pasti membuat nafas jadi sesak,” katanya.

Sementara warga Karangtengah, Cilongok yang daerahnya dilewati air Kali Prukut masih tetap merasakan dampaknya. “Dengan apalagi kami harus meminta. Berbagai cara telah dilakukan warga. Tetapi pada kenyataannya, dalam setahun terakhir kekeruhan air Kali Prukut terus terjadi. Bahkan, selama sebulan terakhir air tidak pernah bersih. Saya juga tidak tahu mengapa demikian,” ungkap Trisno (37) warga setempat.

Sementara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) juga turun ke lapangan untuk melakukan pengambilan sampel air baik di Curug Cipendok maupun di Kali Prukut. “Jadi, kekeruhan ini terjadi akibat adanya lumpur atau tanah yang masuk dalam aliran Sungai Tepus. Dari aliran sungai itulah kemudian masuk ke Curug Cipendok dan mengalir ke Kali Prukut. Biasanya, air keruh terjadi kalau ada hujan deras. Nah, kami ingin mengambil sampel air, apalagi sudah ada keluhan dari masyarakat,” ungkap Analis Laboratorium DLH Banyumas Purwono.

Menurutnya, dari hasil sementara pemantauan air di dua lokasi, masih belum ditemukan senyawa kimia yang membahayakan. Derajat keasaman juga cenderung normal, kisaran 7,8. Kemungkinan, angka di atas 7 akibat air bercampur dengan lumpur. “Sementara ini, belum ada pengaruh signifikan terhadap lingkungan sungai. Namun demikian, kalau air keruh terus menerus seperti ini maka kadar oksigen di dalam air bakal semakin turun dan bisa mengganggu ekosistem. Oleh karena itu, harus dicarikan solusi bagaimana mengatasi kekeruhan air mulai dari Curug Cipendok hingga ke aliran Sungai Prukut,” ujarnya.

Ia juga mengatakan kalau analisa secara detail sampel air baru dapat diketahui sepekan mendatang. “Kami mengambil sampel tidak hanya sekali ini saja, melainkan sudah sekitar 10 kali. Pada sampel-sampel air sebelumnya, memang tidak ditemukan senyawa kimia berbahaya,” kata Purwono.

 

Tim dari Dinas Lingkungan Hidup Banyumas memeriksa kondisi air di Sungai Prukut. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Sementara Community Relationship PT Sejahtera Alam Energi (SAE) Riyanto Yusuf pihaknya terus berusaha untuk menangani kekeruhan air yang mengalir ke Curug Cipendok maupun Sungai Prukut. Malah, untuk sementara ini kegiatan eksplorasi panas bumi dihentikan sementara sampai batas waktu tertentu. “Sebab, kondisi cuaca yang tidak memungkinan untuk melanjutkan kegiatan eksplorasi. Curah hujan di atas begitu tinggi,”katanya.

Pada bagian lain, kata Yusuf, pihaknya juga memasok air bersih untuk desa-desa yang terdampal air keruh. Ia mengatakan kalau setiap harinya memberikan pasokan setidaknya enam tangki air bersih bagi warga yang terdampak. “Kami juga siap membangun sumber air baru dan menyalurkan kepada warga. Mudah-mudahan akhir tahun atau maksimal Januari, bisa direalisasikan. Sehingga kebutuhan air bersih warga dapat tercukupi,”katanya.

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,