Gugah Kesadaran Bersama untuk Hemat dan Jaga Sumber Air Ternate (Bagian 2)

 

Ancaman krisis air di Ternate makin serius. Warga di dataran tinggi mulai kesulitan dapatkan air bersih. Tauhid Soleman, Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Ternate berdiskusi dengan berbagai pihak, kemudian meluncurkan sebuah gagasan kampanye untuk menggugah publik Ternate, sadar krisis air.

Dia pun membentuk Forum Penyelamat Air Kota Ternate, tiga bulan lalu. “Perilaku boros air jadi masalah. Harus ada gerakan warga hemat gunakan air,” katanya.

Forum itu tak semata mendorong pemerintah menggerakkan warga peduli ancaman krisis air tetapi pemberdayaan dan memperbaiki perilaku masyarakat memakai air.  “Kita  berusaha membangun kesadaran bersama. Semua tahu lingkungan memiliki keterbatasan. Karena itu,  perlu perlakuan yang baik dari manusia,” katanya.

Masyarakat Ternate,  katanya menyalahkan PDAM sudah eksploitasi berlebihan padahal bukan itu. Sebenarnya, makin banyak alih fungsi hutan atau daerah resapan air jadi pemukiman dan perumahan itulah yang berdampak pada ketersediaan air tanah.

Di Ake Gaale, misal, pemukiman warga masuk dan menggerus hutan sagu di Kelurahan Sangaji.  “Bisa karena pertumbuhan pemukiman membuat sumber cadangan air ikut menurun. Kita sudah tahu  penduduk makin bertambah, wilayah tak bertambah. Yang perlu diperbaiki perilaku.”

Di Ternate, ucap  Tauhid, warga terlalu berlebihan pakai air. Forum ini, katanya, akan ada tiga devisi, seperti konservasi dan  rehabilitasi  sumber air,  promosi dan edukasi serta pencegahan perusakan.

Forum ini berusaha menggerakkan tokoh masyarakat, tokoh  agama, organisasi masyarakat sipil dan para perempuan. “Mengapa ibu-ibu, karena penggunaan air paling banyak ibu- ibu. Gerakan forum akan  terintegrasi dengan kebijakan pemerintah.”

Rencananya, forum ini permanen dengan ada perda sebagai penguat dan bakal melibatkan instansi pemerintah.   Ia akan berisi berbagai pihak dari masyarakat hingga pemerintah. “Ini wujud gerakan bersama.”

Saat ini, katanya, sudah bergabung beragam komuintas, seperti Komunitas Peduli Air Hujan (Kopiah), Kelompok Komunitas Camat Ternate Utara (Camtara), Save Ake Gaale, Komunitas Sadar  Sampah  dan lain-lain.

 

Aksi warga Jere Busua, Kelurahan Jati, hampir sebulan air PDAM mati. Foto: M Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Sumur resapan

Sementara itu, di wilayah yang alami krisis air, upaya konservasi  dan upaya mencari sumber baru mulai dilakukan, seperti program USAID IUWASH Plus, bersama Pemkot Ternate,  dalam kemitraan untuk konservasi air yang akan membangun sumur resapan di Ternate.

Program yang pencanangannya pada Selasa (28/11/11) ini, untuk daerah dan warga yang terkena dampak langsung  terutama di Utara kota.

Alifah Lestari, Chief of Party USAID IUWASH Plus mengatakan, telah menyusun program sumur resapan di wilayah resapan air Ake Gaale.  Program ini bagian dari  rencana pengamanan air minum untuk membantu memperbaiki kondisi sumber air baku di Ternate.  USAID IUWASH melibatkan swasta melalui kemitraan tanggung jawab sosial dan akan membangun 700 sumur resapan.

“Sumur resapan diharapkan mengembalikan fungsi kawasan resapan air dan menambah cadangan air tanah di Ake Gaale,” katanya.

Pada 29 November lalu,  dibangun sumur resapan  di SDN 51, Kelurahan Sangaji Utara.“Sudah saatnya  konservasi air tanah di Ternate dilakukan. Paling tidak 700 sumur resapan untuk Ternate melalui bantuan CSR (corporate social responsibility-red) dari beberapa perusahaan akan membantu meningkatkan jumlah air tanah sekaligus menyelamatkan sumber air baku PDAM Ternate di Ake Gaale,” kata Walikota Ternate,  Burhan Abdurahman. (Habis)

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,