Sejak didengungkan pada September 2016, rencana pembangunan pasar ikan segar modern di Muara Baru, Jakarta Utara, akhirnya diwujudkan pada akhir pekan lalu atau 1,5 tahun kemudian. Pembangunan pasar tersebut, diklaim akan mengadopsi konsep pasar ikan segar modern yang ada di Tokyo, Jepang.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti setelah melaksanakan peletakan batu pertama untuk pembangunan proyek tersebut pada Kamis (08/2/2018), mengatakan bahwa konsep pasar ikan yang dibangun di Muara Baru tersebut akan menggabungkan antara pasar tradisional dengan pasar modern.
“Dengan demikian, semua kebutuhan untuk masyarakat bisa didapatkan. Tentu saja, berkaitan dengan ikan dan produk kelautan lain,” ucapnya.
Meski menggabungkan pasar tradisional dan modern, Susi menjanjikan, pasar ikan yang mulai dibangun tersebut akan menerapkan prinsip kebersihan dan higienis. Kedua prinsip tersebut dinilainya sangat penting, karena itu bisa membawa level pasar ikan Indonesia ke tingkat dunia.
“Jadi, konsep yang dibangun di Muara Baru ini menjadi yang pertama di Indonesia. Semua produk perikanan dengan pendukungnya hadir di sana,” tutur dia.
baca : Sulap Muara Baru Jadi Pasar Ikan Kelas Dunia, Pemerintah Gelontorkan Rp560 M
Di atas lahan seluas 22.444 meter persegi, Susi menjanjikan, pasar ikan Muara Baru akan menjadi pendukung untuk peningkatan ekonomi warga dan juga Indonesia, produktivitas dan nilai tambah produk perikanan, pengembangan sentra bisnis kelautan dan perikanan, dan akan berperan dalam peningkatan angka konsumsi ikan.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP Nilanto Perbowo di kesempatan yang sama juga menjelaskan, pasar ikan modern memang akan sepenuhnya mengadopsi kesuksesan Pasar Tsukiji di Tokyo yang dikenal sebagai pasar ikan segar modern di Jepang. Akan tetapi, mengingat ada berbagai keterbatasan yang harus dihadapi Indonesia, tidak semua konsep Tsukiji bisa diikuti.
“Yang terpenting, kita mengadopsi konsep kebersihan melalui sanitasi dan higienitas pasar. Konsep itu menjadi perhatian utama, karena lebih penting untuk mendukung terwujudnya pasar modern yang bersih,” jelas dia.
Menurut Nilanto, mengadopsi penuh konsep di Tsukiji memang tidak bisa dilakukan karena pasar terkenal itu tidak bisa dibandingkan dengan pasar manapun di dunia. Tetapi, kata dia, ada banyak konsep yang bisa diambil dari Tsukiji, yaitu pengelolaan, ketersediaan ikan, variasi jenis ikan, entah itu yang hidup, segar, beku, diasinkan, kering, dan itu ada semua.
“Konsep itu yang ingin dibawa kemari,” tegas dia.
baca : Revitalisasi Muara Baru Tidak Tepat Sasaran?
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, Nilanto menyebut, KKP sengaja mendatangkan tenaga ahli dari Jepang yang memiliki spesialisasi untuk pembangunan pasar ikan. Tenaga ahli tersebut, dilibatkan sejak awal perencanaan pembangunan hingga proses pembangunan selesai dilakukan. Kehadiran tenaga ahli Jepang, diharapkan bisa menerjemahkan keinginan Pemerintah untuk membangun pasar sebagus Tsukiji tetapi disesuaikan dengan kondisi di Muara Baru.
Nilanto menjelaskan, dengan konsep yang matang dan terencana, dia berharap transaksi di pasar akan meningkat 10 persen dari transaksi yang terjadi di pasar lama yang lokasinya ada di samping pasar yang dibangun sekarang. Di pasar lama, transaksi bisa mencapai Rp9 miliar atau 400 ton ikan per hari dengan melibatkan 3.400 tenaga kerja.
baca : Benarkah Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Ungguli Negara Pesaing?
Pasar Korea
Tak hanya merujuk pada pasar ikan segar Tsukiji di Tokyo, Jepang, pasar di Muara Baru nantinya akan mengadopsi konsep yang sudah ada di pasar ikan segar modern seperti di Seoul, Korea Selatan dan Sydney, Australia. Kedua kota tersebut dipilih, karena dinilai sangat bersih dan higienis dan sudah menjadi pasar ikan segar modern berkelas dunia.
Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Risyanto Suanda mengatakan, sebelum pembangunan dimulai, dia dan tim sudah melakukan studi tentang pengelolaan pasar ikan yang ada di dua kota tersebut. Hasilnya, dari studi tersebut, Indonesia memang layak untuk meniru pengelolaan di dua kota tersebut.
“Kita sudah survei ke dua kota tersebut. Memang, di sana pengelolaannya sangat bagus. Ikan di sana tidak boleh jatuh ke lantai. Jadi higienitasnya dijaga. Di sana juga ada kulinernya, jadi bisa sekalian untuk mengisi perut di pasar,” jelas dia.
Risyanto mengungkapkan, dengan perencanaan yang matang dan pengelolaan yang baik, dia optimis pasar ikan Muara Baru bisa menjadi sumber baru pendapatan Perindo di masa mendatang. Tak hanya itu, dia juga menyebut sudah menyusun rencana aksi untuk pengelolaan pasar yang akan diintegrasikan dengan fasilitas dan aktivitas yang sudah ada di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Muara Baru.
baca : Pasar Ikan Segar Internasional Dibangun di Bandung?
Lebih lanjut Risyanto menjelaskan, untuk pengelolaan pasar di lokasi yang sedang dibangun sekarang, dia menjanjikan akan ada pemisahan jam operasional antara pasar basah, kering, dan perlengkapan perikanan dan kelautan. Pemisahan jam tersebut, dimaksudkan agar tata kelola menjadi lebih baik dan terjamin kebersihan dan higienitasnya.
“Kita juga jamin, nanti harga yang ada di pasar baru akan kompetitif dan lebih murah. Itu agar kehadiran pasar bisa ikut membantu kampanye meningkatkan makan ikan di masyarakat,” tandas dia.
Konsumsi Ikan
Selain bertujuan untuk memberikan alternatif baru bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya, pembangunan pasar ikan di Muara Baru juga dijadikan sebagai momen untuk meningkatkan konsumsi makan ikan di kalangan warga Jakarta, umumnya di Indonesia. Dengan kata lain, jika kampanye makan ikan terus didengungkan, masyarakat yang tertarik kemudian akan mencari ikan untuk dikonsumsi.
“Nah, kalau kita terus kampanye makan ikan, terus ikannya tidak segar dan susah didapat, bagaimana warga mau makan ikan? Untuk itu, kita sediakan tempatnya, kita jamin ikannya segar dan tempatnya bersih. Jadi, masyarakat bisa makan ikan sepuasnya,” ungkap dia.
Saat ini, Susi menyebut, angka konsumsi per kapita per tahun masyarakat Indonesia mencapai 46,7 kilogram dan diharapkan pada 2018 ini angkanya naik menjadi 53 kg per kapita per tahun. Untuk bisa mencapai kenaikan angka tersebut, satu-satunya cara yang bisa dilakukan, adalah dengan berkampanye untuk mendorong masyarakat Indonesia mengonsumsi ikan.
“Saya ingin masyarakat lebih gemar mengonsumsi ikan, jangan daging terus. Ikan itu lebih murah, lebih mudah didapat. Kalau daging kan lebih mahal dan sering harus impor. Ikan juga lebih sehat kolestrolnya (sedikit) dibandingkan daging” ujar dia.
Dengan kehadiran pasar modern di Muara Baru, Susi optimis masyarakat Jakarta dan sekitarnya akan mengalami perubahan paradigma tentang pasar ikan yang selama ini dikenang sebagai tempat yang bau dan kumuh. Jika sudah berubah paradigma di masyarakat, dia yakin kampanye makan ikan bisa semakin cepat diterima oleh masyarakat.
Agar kampanye makan ikan bisa semakin meningkat dan diterima masyarakat, Susi menjanjikan tak hanya di Muara Baru, pembangunan pasar ikan segar modern juga akan dibangun di kota lain. Untuk sementara, kata dia, rencana pembangunan akan dilakukan di Palembang (Sumatera Selatan) dan Bandung (Jawa Barat).
“Kalau kita bersihkan pasar, masyarakat akan senang makan ikan. Dengan pasar ikan modern, saya yakin akan bisa meningkatkan minat masyarakat untuk datang dan beli,” tambah dia.
Tujuan dibangunnya banyak pasar ikan modern yang segar, menurut Susi, karena dia ingin memberi kemudahan bagi penduduk Indonesia untuk mendapatkan produk perikanan yang segar dan berkualitas. Untuk itu, dia merencanakan akan membangun satu pasar untuk melayani 100.000 penduduk di seluruh Indonesia.
Untuk diketahui, pembangunan ditargetkan bisa selesai pada akhir 2018 dan beroperasi pada awal 2019. Di pasar tersebut, nantinya akan ada 900 lapak basah, 69 kios pasar kering, 18 kios pancing, dan 68 kios ikan segar. Selain itu, bangunan pasar juga akan dilengkapi dengan fasilitas pendukung antara lain chiling room, ice storage, layanan perbankan, klinik kesehatan, wisata kuliner, laboratorium, masjid, pengepakan ikan, gardu PLN, dan instalasi pengelolaan air limbah.
“Kita akan menyediakan produk perikanan yang high quality, safe, traceable, high value content, dan competitive,” ujar Nilanto.