Puluhan medali menggantung di lemari. Piala-piala berjejer rapi. Foto-foto tua tersimpan di sebuah album. Salah satu foto terlihat seorang petinju yang berhasil mengkanvaskan lawannya. Kedua lengan lelaki itu bertarung mengharumkan nama Indonesia. Sosok itu sepintas mirip Muhamad Ali, legenda tinju asal Amerika Serikat.
Namanya Seppy Karubaba. Kini usianya 64 tahun. Ia petinju yang berjaya di era tahun 1970-an sampai 1980-an. Saat dijumpai di awal Maret 2018, Seppy berada di rumahnya di daerah pemukiman padat Klofkamp, Kelurahan Gurabesi, Distrik Jayapura Utara.
“Kala itu ada yang panggil saya Muhammad Ali-nya Indonesia,” kata Seppy sembari menunjukan fotonya.
Karir tinju Seppy Karubaba dimulai pada tahun 1976. Setahun berikutnya, pada tahun 1977 ia mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) mewakili Irian Jaya, -nama Papua ketika itu. Partisipasinya di PON melambungkan namanya. Seppy langsung mendapat medali emas di kelas menengah ringan 75 Kilogram.
“Setelah itu saya dipanggil masuk TC (training center) dan menjadi bagian dari tim nasional cabang olahraga tinju untuk Sea Games,” ungkap Seppy.
Di Sea Games 1977 yang digelar di Kuala Lumpur, Seppy berhasil melaju ke babak semifinal sebelum dikalahkan petinju Thailand. Dia berhasil menyabet posisi ketiga. Tahun berikutnya ia kembali menjadi bagian dari tim nasional Indonesia di ajang Asian Games tahun 1978 di Bangkok, Thailand.
“Namun saya kalah [lagi] dari musuh bebuyutan, petinju Thailand,” ungkapnya mengenang.
Seiring dengan kiprahnya di olahraga tinju, nama Seppy pun semakin dikenal. Ia tidak pernah absen mengikuti berbagai kejuaraan. Tidak hanya dalam negeri, kejuaraan bertaraf internasional juga ia ikuti. Seperti Piala Raja di Thailand, Marcos Cup di Filipina, dan Piala Presiden yang diikuti peserta dari berbagai negara, baik Asia maupun luar Asia. Untuk tingkat nasional ia selalu berhasil menumbangkan lawan-lawannya.
“Saya tiga kali ikut Sea Games dan berhenti main tinju di tahun 1988,” ucapnya.
Kenangan yang tak dilupakan oleh Seppy adalah ketika kalah KO (Knock Out) dari petinju Thailand saat Sea Games di Jakarta tahun 1979. Seppy sempat tak sadar diri. Dia langsung dilarikan ke rumah sakit. Dalam masa pemulihan di rumah sakit, Seppy menelpon mantan Wakil Presiden saat itu, Sri Sultan Hamengkubuwana IX agar menjenguknya. Tidak lama kemudian Sultan dan pejabat-pejabat negara datang langsung melihat keadaannya.
“Dulu saya menelpon orang penting gampang sekali. Tapi sekarang, telpon kepala kampung saja susah,” katanya berkelakar.
Jadi Penjaga Hutan
Meski menjadi petinju yang terkenal di masa mudanya, ternyata Seppy juga memiliki kecintaan kepada lingkungan. Ia sering menanam pohon buah di kawasan pegunungan Cycloop (Cyclops), sekaligus turut menjaga agar kawasan tersebut bebas dari perambahan ilegal. Saat itu pegunungan Cycloop belum ditetapkan sebagai kawasan konservasi.
Kesenangannya menjaga hutan yang mengantar Seppy pada tahun 1983 menjadi tenaga honor Perlindungan Pelestarian Alam (PPA) yang dikemudian hari menjadi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Papua. Saat itu dia pun masih aktif bertinju.
Praktis hari-hari Seppy diisi dengan aktifitas bermain tinju dan menjaga hutan, hingga akhirnya ia memutuskan untuk gantung sarung tinju pada tahun 1988.
“Setelah pensiun saya memutuskan menjadi penjaga hutan Cycloop yang ada di wilayah [Jayapura] utara. Tugasnya lakukan patroli. Memantau jika ada kebakaran hutan atau pembukaan kawasan,” kata Seppy.
Menurutnya, rasa cintanya kepada lingkungan terinspirasi saat berkunjung ke Thailand untuk mengikuti turnamen tinju. Seusai pertandingan, ia menyempatkan waktu berjalan-jalan ke pantai Pattaya. Di sana ia terpesona, saat melihat banyak pohon dan burung-burung di pohon yang ramah berinteraksi dengan manusia.
“Saya lalu berpikir bagaimana caranya agar pantai Base G Jayapura bisa seindah Pattaya,” ujar Seppy.
Sejak itu, sebelum berlatih tinju rutin di pantai Base G Jayapura, ia pun mewajibkan diri menanam pohon, seperti akasia atau cemara. Hal itu pun ia tularkan kepada petinju lainnya.
Hasilnya, kini Pantai Base G kini menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Jayapura. Pengunjung bisa merasakan udara sejuk dan pohon-pohon rindang. Sebagian pohon yang tumbuh itu berkat buah tangan dari Seppy dan rekan-rekannya.
Dalam karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), dia diangkat pada tahun 1990 sebagai pegawai BKSDA Papua. Semasa tugasnya ia beberapa kali menggagalkan perdagangan satwa ilegal seperti burung atau buaya dan juga perdagangan kayu ilegal yang akan dijual keluar Papua.
“Pada tahun 2013 atau 2014 sempat ada yang datang dan mengusulkan saya jadi calon penerima Kalpataru. Tapi setelah itu tidak ada kabarnya,” ucap Seppy sambil tertawa.
Selain itu, ia juga pernah didatangi oleh KONI Jayapura. Dia sempat dijanjikan akan diberikan bantuan rumah, tapi kemudian hal itu tidak menjadi kenyataan.
“Saya tidak berharap lebih. Kalau tidak ada, ya, tidak apa-apa. Tapi kalau dikasih, Puji Tuhan,” ungkapnya.
Kini meski sudah pensiun, Seppy Karubaba tetap menghabiskan sisa usianya sebagai penjaga hutan di kaki gunung Cycloop. Oleh BBKSDA Papua, ia diajak untuk bergabung dengan Masyarakat Mitra Polhut (MMP).
Selain itu, ia juga diminta oleh PDAM untuk menjaga intake atau pipa air milik perusahaan air minum daerah tersebut di gunung Cycloop, agar mengalir ke rumah-rumah warga di Kota Jayapura.
“Saya menjaga Cycloop demi masa depan anak cucu kami nanti,” tegas Seppy.
Foto utama: Seppy Karubaba, saat muda juara tinju saat ini menjaga hutan Papua. Foto: Dok INFIS