Evakuasi satu paus sperma (Physeter macrocephalus) yang terdampar di Teluk Numbrai, Kampung Siboru Distrik Wartutin, Fakfak, Papua Barat, Sabtu (2/6/18), belum membuahkan hasil. Paus dengan panjang sekitar 15,9 meter, diameter 3 meter itu sempat ditarik dengan kapal 27 gross ton dua kali, namun gagal. Paus masih hidup. Upaya evakuasi masih berlanjut…
Darto, Pengawas Sumberdaya Daya Kelautan dan Perikanan (SDKP) Kabupaten Kaimana Wilayah Kerja Kabupaten Fakfak, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dihubungi Mongabay dari Manokwari, menerangkan paus itu pertamakali ditemukan warga di Teluk Numbrai Kampung Siboru pada Kamis (31/5/18),
Informasi sampai ke telinga SDKP Kaimana, lalu bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Fakfak dan tim TNI Angkatan Laut berangkat menuju lokasi.
Bertolak dari pusat Kota Fakfak, tim bergerak ke lokasi menggunakan longboat yang menempuh perjalanan sekitar satu jam pada Jumat siang (1/6/18).
Di lokasi, tim menemukan paus sperma itu terlihat berada hampir satukilo meter dari mulut teluk. Paus tidak jauh dari bahu sungai atau sekitar delapan meter di perairan dangkal. “Saat kami tiba warga terlihat berdiri di tubuh paus dan mengambil foto,” kata Darto.
Tim pertama sempat mencoba evakuasi, karena keterbatasan peralatan termasuk pengetahuan teknis penyelamatan paus, akhirnya memutuskan kembali ke pusat ibukota Fakfak.
“Kami mengirimkan pesan kepada pihak terkait lain termasuk PSPL Sorong yang pada Sabtu pagi langsung mengirim tim menuju Fakfak,” katanya, Minggu pagi.
Santoso BW, Kepala Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL) Sorong, kepada Mongabay melalui hubungan telepon mengatakan, tim ke Kampung Siboru—daerah tidak bersinyal seluler dan data—tiba pada Sabtu (2/6/18) sekitar pukul 09.00.
Tim mencoba evakuasi setelah berbicara dengan warga, namun belum membuahkan hasil hingga Sabtu sore. Santoso mengatakan, paus terdampar pada perairan dangkal bebatuan hingga menyulitkan proses evakuasi.
Evakuasi sudah dua kali menggunakan kapal nelayan. Paus sempat bergeser sejauh hampir 200 meter dari tempat semula, namun gagal karena melawan.
Darto yang berada di lapangan saat evakuasi menceritakan, usaha evakuasi pertama tim memakai satu tali namun putus. Percobaan evakuasi kedua dengan dua urat tali yang menggeser paus ke teluk sedikit lebih dalam.
Sayangnya, tiba-tiba paus lebih aktif mengibas-ngibaskan ekor dan menyemburkan air hingga kapal oleng. Kapten kapal tak mau mengambil risiko akhirnya memutus tali dan paus terlepas. “Paus akhirnya menepi ke daratan dan tak menunjukkan keaktifan seperti sebelumnya.”
Baik Santoso maupun Darto mengakui, di tubuh paus terdapat luka. Luka gesek teridentifikasi di bagian perut karena terdampar dan bagian belakang karena proses evakuasi. Namun ukuran luka-luka belum bisa dipastikan karena membutuhkan pemeriksaan langsung dokter hewan.
Berdiri di punggung paus
Dalam video pendek berdurasi hampir tiga menit yang saya peroleh dari warga di Fakfak, Papua, terlihat dia berdiri di atas badan paus terdampar. Jarak antar paus dengan daratan sangat dekat, sekitar 10 meter. Mereka gunakan dua perahu. Satu perahu dekat paus, satu lagi relatif jauh dari tubuh paus.
Dalam video itu juga terlihat seorang warga memegang kamera di atas tubuh paus. Dia ingin mengambil gambar paus.
Petugas yang mendekat ke lokasi dengan longboat langsung meminta tiga warga turun dari tubuh paus. Upaya mereka turun agak terganggu hingga perahu harus memutar tubuh paus untuk mencari tempat pijakan yang kuat.
Dari menit pertama hingga hampir menit ketiga, tiga warga itu masih terlihat berusaha turun dari tubuh paus sementara perahu lain sudah menjauh.
Video itu juga menggambarkan bagaimana mamalia ini masih bergerak dan beberapa kali mencoba bernafas. Meskipun begitu, longboat warga yang persis di samping paus itu terlihat tak mengalami goncangan berarti.
Santoso mengatakan, tim, termasuk Conservation Internatioanal (CI), perlu observasi lebih lengkap untuk mendapatkan informasi memadai tentang penyebab paus itu terdampar. Penanganan lebih tepat, katanya, diharapkan membantu paus keluar lancar dari teluk.
Observasi akan mencari tahu beberapa hal dan melengkapi informasi termasuk apakah paus terdampar karena sakit atau sengaja memilih daratan sebagai tempat berlabuh karena mendekati ajal. Atau paus tak sengaja terdampar karena mencari makan di teluk.
“(Berdasar) informasi sementara yang kami dapat, di lokasi itu tidak ada ikan-ikan kecil atau cumi-cumi yang merupakan makanan paus sperma,” kata Santoso.
Berdasar informasi dari media di Papua Barat, pada 2013, paus satu sperma juga ditemukan terdampar di kampung yang sama dan akhirnya mati.
Menurut Santoso, kasus kematian paus di kampung sama tahun lalu berulang sampai tiga kali. Kematian paus-paus itu, katanya, karena terkait kepercayaan masyarakat bahwa paus–paus itu memang sengaja masuk ke Teluk Siboru.
“(Karena) hal ini paus dibiarkan mati di teluk,” katanya. Dia bilang, kemungkinan daerah yang tak jauh dari teluk itu jalur migrasi paus meliputi Raja Ampat–Kaimana-Jayapura.
Tim di lapangan, katanya, saat ini bekerja keras dan melanjutkan evakuasi, namun tim akan bertindak lebih lembut agar paus tak stres.
Evakuasi ini, katanya, sekaligus praktik bagi tim jejaring mamalia laut terdampar Papua Barat. Tim ini beberapa waktu lalu baru pelatihan penanganan mamalia terdampar.
Keterangan foto utama: Tim evakuasi tiba di Teluk Numbrai, Kampung Siboru, Distrik Wartutin, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, untuk mengevakuasi paus sperma yang terdampar di lokasi, Sabtu 2 Juni 2018. Foto: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Fakfak