Dalam dua minggu terakhir disebut ada 5 penyu Lekang mati terdampar di perairan kabupaten Jembrana, Bali. Ada yang sudah membusuk dan utuh. Pemeriksaan belum dilakukan karena semua penyu sudah dikubur.
Penyu-penyu mati ini ditemukan nelayan dan warga sekitar pesisir. Wayan Anom Astika Jaya, Koordinator Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih yang berlokasi di Pantai Perancak, Jembrana, menyebutkan ini bukan kejadian biasa dan harus diselidiki. “Bukan hal biasa, harus diketahui apa penyebabnya,” katanya. Sayangnya kelima bangkai penyu sudah dikubur tanpa pemeriksaan sampel organ.
Kurma Asih yang mulai bekerja menyelamatkan telur-telur penyu pada 1997 ini mendapat penghargaan Kalpataru pada 2017 dari pemerintah. Sebagai salah satu kelompok pelestari dan penyelamat lingkungan.
baca : 5 Penyu Mati Mengenaskan di Jembrana. Ada Apa?
Dari lima ekor mati yang diketahui dan dikubur, kondisi penyu beragam. Terakhir kondisi membusuk dengan kepala dan empat kakinya putus. Tinggal tempurung dan sedikit bagian tubuh. Baunya menyengat jadi langsung dikubur. Anom hanya tahu persis yang terdampar di Perancak, yakni pada 1 Mei jenis lekang ukuran 68×70 cm dan terakhir 11 Mei, ukuran 70×73 cm.
Tiga lainnya, lokasi terdampar di Panti Gumbrih dan Pantai Tembles. Detil kronologis dan ukuran belum dikonfirmasi, sudah dikubur dan jenisnya sama.
Menurut Anom ada penyu terlihat sisa plastik dalam tubuhnya. Penyu lain membengkak dan mengeluarkan darah. Perancak adalah area pusat pendaratan dan peneluran penyu. Para nelayan disebut sudah tahu jika tak sengaja menjaring penyu harus dilepaskan. Juga karena ada keyakinan pamali, bisa tak dapat ikan.
baca : Kampung Penyu ini Bisa Hilang, Makin Terancam Abrasi
Anom mengaku tak memiliki alat khusus penyimpan sampel penyu mati sehingga solusi tercepat adalah dikubur. Karena bau menyengat sementara di sekitarnya pemukiman penduduk.
Permana Yudiarso, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar menyebut sudah minta pertimbangan sejumlah dokter hewan dan tak memungkinkan nekropsi. Kecualia jika ada kasus baru maka minta dilaporkan dan tim akan segera datang.
Ida Ayu Dian Kusuma Dewi, koordinator Indonesia Aquatic Megafauna (IAM) Flying Vet, jaringan dokter hewan yang fokus pada penanganan satwa laut terdampar saat dikonfirmasi menyebut nekropsi atau pembedahan untuk menganalisis kondisi satwa tidak memungkinkan karena sudah membusuk. “Sudah dikubur tidak diperkenankan nekropsi,” ujarnya.
Untuk peristiwa seperti ini ia menyarankan warga secepatnya menghubungi dinas perikanan dan kelautan setempat atau instansi lain. Mereka akan menghubungi pihak lain seperti BPSPL, dan jika memerlukan BPSPL menghubungi tim Flying Vet.
baca : Sebanyak 27 Penyu Hijau Ditemukan Sebelum Diperdagangkan. Bagaimana Nasibnya?
Jika sudah membusuk, yang bisa dimanfaatkan misalnya tulang-tulang hewan untuk pelajaran. Ada beberapa bagian yang bisa diambil untuk uji molukuler. Jika mati dalam kondisi baru bisa nekropsi atau pengambilan sampel genetik. “Kalau ada indikasi cemaran bisa diambil isi lambungnya. Harus cepat juga maksimum 2 jam,” sebutnya.
Persoalannya terkadang sulit jika lokasi satwa terdampar jauh dari Kota Denpasar. Misal Jembrana-Denpasar ditempuh 3 jam berkendara. Alternatif lain dibekukan tapi harus benar-benar beku bukan freezer kulkas biasa yang masih memungkinkan pembusukan. Dian mengatakan juga ada laporan penyu lekang mati di pesisir Kerambitan, Tabanan sekitar dua minggu lalu. Namun ini juga tak ada laporan detailnya karena sudah dikubur.
Kembali ke Pantai Perancak di Jembrana, salah satu lokasi penyu bertelur di Bali, tahun ini hingga tengah Mei ini sudah ditemukan 40 sarang penyu. Telur-telurnya sekitar 2800 butir sudah dipindahkan ke lokasi penetasan Kurma Asih. Musim peneluran akan berlangsung sampai lima bulan ke depan atau sekitar Oktober. Didominasi penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), dan sedikit penyu Sisik (Eretmochelys imbricata).
Jumlah sarang yang diselamatkan pada tahun 1997 hanya 4 lalu melonjak di tahun 2010 mencapai 455 sarang dengan 36.400 butir telur penyu. Kemudian beberapa tahun ini ada indikasi penurunan karena abrasi. Makin pendeknya lebar pantai membuat penyu tidak nyaman karena menyukai area datar dan jauh dari pemukiman.
baca : Kurma Asih, dari Mitologi jadi Aksi Penyelamatan Penyu
Memahami perilaku penyu
Windia Adnyana, seorang ahli penyu dan dosen di Universitas Udayana, Bali dalam sebuah forum berkisah tentang perilaku penyu. Satwa laut unik penjelajah lautan ini diyakini akan kembali ke tempat lokasi ia menetas. Walau sudah jauh melanglang buana misal makan di Australia Barat dan bertelur di Jawa Timur.
Penyu terancam punah karena ditangkap berlebihan, mati akibat jaring trawl, gagal reproduksi karena habitat rusak, dan lainnya. Anatomi penyu laut seperti manusia, jari-jemarinya 5 terbungkus selaput biar mudah berenang.
Mereka bisa pindah dari tempat makan ke lokasi kawin melalui ribuan kilometer. Di tengah jalan, jantan dan betina bertemu. Pejantan saling berkelahi, berebut betina. Penyu disebut poliandri, artinya betina satu, jantannya banyak. Alhasil di perut ada banyak sel telur, sekitar 500-1000 dikeluarkan bertahap tiap minggu. Jika beratnya sekitar 50 gram saja, maka dalam perutnya sekitar 5 kg telur.
Pasca kawin, jantan kembali ke area pakan. Betina bertelur. Tiap jenis penyu beda perilaku peneluran. “Penyu hijau sensitif, ada sebatang rokok pun dia tak jadi bertelur. Beda dengan Lekang,” urainya. Namun tak semua bisa menetas, yang tak menetas tak cukup dibuahi. Menurut Windia, penyu di Papua rendah sekali tingkat menetasnya, tak banyak dibuahi.
baca : Pelindung Penyu dari Kepunahan itu Bernama Taman Pesisir Jeen Womom
Apakah konservasi berkontribusi dengan daur siklus hidup? Untuk menjawab ini tahapan bertelur harus diteliti, pada kondisi apa mereka terganggu. Saat akan bertelur, betina muncul di laut, menapak pasir, memilih lokasi, bersihkan tempat bertelur, dan gali lubang. Saat energi fokus untuk bertelur inilah baru bisa didekati. Disarankan tidak motret mengenai daerah mata karena bisa merusak navigasi.
Sayangnya penyu kerap memakan benda lain yang mengapung di laut seperti plastik. Jika laut makin kotor, tak heran makin banyak penyu mati karena benda beracun seperti aspal yang menyebabkan matinya lebih dari 20 ekor penyu di Pantai Paloh, Kalimantan Barat pada April lalu.