Ribuan pakaian bekas asal Malaysia berhamburan di dasar laut Kepulauan Sangalaki, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Kamis (28/6/2018). Pakaian itu diangkut menggunakan kapal kayu atau kerap disebut kapal klotok. Apes, kapal menabrak karang, bocor dan karam. Baju bekas dalam puluhan karung itu berserakan, mengotori perairan.
Wakil Bupati Berau, Agus Tantomo kepada Mongabay mengatakan, ribuan pakaian bekas itu memang dari Malaysia. “Ketika kapal karam, pakaian berhamburan di dasar laut,” sebutnya.
Meski masih termasuk dalam spot perairan dangkal, namun dasar laut ini merupakan hunian terumbu karang Pulau Sangalaki yang terkenal indah. Melihat ribuan baju bekas mengotori kawasan tersebut, Agus khawatir, kehidupan terumbu karang terganggu dan berpotensi merusak ekosistem laut.
“Kawasan itu tempatnya terumbu karang meski tidak begitu dalam. Ketika saya dapat informasi dan melihat video beserta foto-fotonya, saya khawatir akan kondisi tersebut,” kata Agus, Jumat (29/6/2018).
Terlebih, lanjut dia, di kawasan tersebut merupakan area bermainnya ikan pari manta. “Saya khawatir, pari manta juga terganggu, karena dia senang bermain di dasar laut sekitar Pulau Sangalaki. Ditakutkan, kondisi ini membuat pari manta menjauh,” katanya.
Fenomena baju bekas ini ternyata menarik perhatian warga Pesisir Berau. Sejak kejadian kapal karam, beberapa warga mendatangi lokasi dan mengumpulkan pakaian bekas tersebut. “Ada laporan, warga memungut beberapa baju yang bias dijangkau. Infonya, semua pakaian memang masih layak pakai,” imbuhnya.
Sabtu (30/6/2018), Agus bersama anggota Berau Jurnalis Diver, menyelam di lokasi tenggelamnya kapal. Agus berusaha mengumpulkan pakaian-pakaian bekas tersebut dan mengangkatnya ke darat. Dia bahkan berkoordinasi dengan Dinas Perikanan dan Dinas Pariwisata untuk melakukan aksi bersih-bersih laut Sangalaki.
“Semua pakaian harus cepat diangkat ke darat. Saya belum memikirkan hal lain, apakah ini selundupan atau apa. Kita utamakan penyelamatan lingkungan,” jelasnya.
Kapolres Berau, AKBP Pramuja Sigit membenarkan kejadian tersebut. “Kami sudah dengar, tapi belum menerima laporan jelas lantaran masih fokus pada pengawalan pilkada di Kaltim. Pastinya, akan kami dalami kasus ini termasuk pemilik ksi apal,” katanya.
Kawasan konservasi
Deputi Direktur Program Kelautan dan Pesisir, The Nature Conservancy (TNC) Muhammad Imran Amin menilai, ribuan baju bekas yang mengotori laut Sangalaki sangat menyesakkan dada. Dilihat dari video yang beredar, Imran mengatakan pakaian-pakaian bekas itu menutupi kurang lebih 400 meter persegi pasir dan terumbu karang. “Pari manta mungkin akan aman saja, selama dia tidak tertimbun,” ujarnya.
Menurut Imran, pakaian-pakaian bekas itu tergolong sampah laut. Jika tidak segera diangkat, kerusakan terumbu karang sudah pasti terjadi. “Terumbu karang merupakan hewan polip yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga. Terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis. Terumbu karang juga butuh makan dan oksigen, kalau terganggu jelas egera memutih.”
Diungkapkan Imran, proses kematian terumbu karang bermacam, tergantung masalahnya. Jika terumbu karang benar-benar tidak mendapat air, dalam beberapa hari bisa memutih. Terlebih, jika terkena zat-zat kimia, akan lebih cepat mati. “Secara umum tergantung masalahnya. Kalau polip kan butuh sinar matahari, oksigen dan air.”
Pulau Sangalaki, lanjut Imran, merupakan pulau konservasi dan salah satu pulau terluar Indonesia. Pulau ini merupakan pulau strategis nasional. Karamnya kapal pengangkut pakaian-pakaian bekas itu seharusnya menjadi perhatian Kementerian Kelautan. “Kementerian Kelautan harus tahu masalah ini.”
Terkait karamnya kapal pengangkut, Imran menduga kapal tersebut tidak memiliki sistem navigasi yang baik, atau nakhoda tidak tahu rute perjalanan yang dilarang. “Seharusnya ada zona yang diperhatikan nakhoda. Apalagi kapal itu membawa pakaian bekas dari Malaysia yang melewati area konservasi. Tidak boleh sembarang,” katanya.
Peta pelayaran harus ketat
Masuknya kapal pengangkut pakaian bekas dari Malaysia bisa mendatangkan beberapa spekulasi. Meski pemilik kapal diketahui sebagai warga Berau, namun banyak warga yang menduga ribuan pakaian bekas itu adalah barang ilegal yang akan diselundupkan.
“Kalau pakaian bekas, rombongan itu memang kadang lewat Berau. Ada yang dari Malaysia, dan beberapa negara tetangga. Rasanya, pakaian-pakaian itu tidak beirizin,” kata Bahriansyah, warga Berau.
Masuknya barang-barang ilegal ke Indonesia melalui Kabupaten Berau, dinilai Petugas Korps Polairud Baharkam Mabes Polri, Kompol Yuli Eko, memang tak jarang terjadi. Meski pengawasan sudah sangat ketat, namun oknum-oknum selalu mencari celah. “Mengingat negara kita kepulauan, banyak pintu masuk yang bisa digunakan untuk penyelundupan. Apalagi, jika kekuatan kita masih belum cukup ideal,” jelasnya.
Sebenarnya, lanjut Yuli, kekuatan Polri di laut Indonesia sudah bertambah. Namun, para pelaku selalu punya cara mencari jalur yang tidak terpantau meski berbahaya untuk navigasi. “Kekuatan kita sudah bagus, makanya mereka kewalahan mencari jalur alternative yang berbahaya.”
Terkait laut Kabupaten Berau, Yuli menambahkan, memang bisa dijadikan jalur pelayaran yang baik. Namun lebih sering, kapal melewati utara Pulau Sulawesi. Tergantung situasi dan kondisi cuaca. “Saya yakin, karena situasi tidak memungkinkan (cuaca buruk) untuk lewat utara Sulawesi terus ke selatan (via timur Sulawesi) menuju Sulawesi Tenggara, makanya dia lewat Berau,” pungkasnya.