Muhammad Naufal Khaqi bergegas memacu sepeda motornya sedikit lebih kencang. Ia melaju ke barat seirama matahari yang beranjak pulang.
Tempat yang dituju Khaqi adalah Bukit Kursi yang berjarak 60 km dari Kota Singaraja, di Bali bagian utara, yang ditempuh 1,5 jam perjalanan darat.
Khaqi, wisatawan asal Jawa Timur yang sedang berlibur ke Bali memutuskan mengunjungi Bukit Kursi yang terletak di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali, Minggu lalu setelah direkomendasikan temannya.
Untuk masuk Bukit Kursi hanya dikenakan donasi seikhlasnya Rp10.000. Menurut Sumiarti, petugas penjaga loket saat itu, uang donasi yang terkumpul digunakan untuk mengembangkan fasilitas wisata Bukit Kursi, seperti pengadaan toilet dan tong sampah, areal parkir, dan memperbaiki tangga yang rusak.
Di hari libur, menurut Sumiarti, petugas penjaga loket saat itu, wisatawan yang berkunjung bisa mencapai 300 orang.
baca : Di Bukit Asah, Berkemah jadi Begitu Mudah dan Indah
Spot Sunrise dan Sunset
Khaqi datang ke Bukit Kursi menjelang maghrib demi melihat momen tenggelamnya matahari. Wisatawan datang Bukit Kursi memang untuk indahnya saat matahari terbit dan tenggelam. Bulatan matahari yang kuning dengan cipratan semburat oranye di langit seperti mampu menyihir mata yang memandangnya.
Di Bali spot-spot seperti ini biasa ditemui di pantai. Pantai Sanur atau Serangan untuk memburu matahari terbit, pantai Kuta atau Tanah Lot untuk memburu matahari tenggelam.
Khaqi memilih Bukit Kursi untuk menikmati sunset bukan tanpa alasan. “Kalau ke pantai Sanur dan Kuta kan sudah terlalu mainstream. Pemandangan sunset di sini tidak kalah indahnya dengan di sana,” ujarnya merujuk pada spot sunset popular di Bali.
baca juga : Mencari Lokasi Julia Roberts Mengobati Patah Hati
Puncak Bukit Kursi berketinggian 700 meter memang tempat yang tepat berburu matahari terbit dan tenggelam. Wisatawan hanya perlu mendaki sekitar setengah jam hingga puncak.
Jalur tracking sepanjang Bukit Kursi tidak merepotkan. Pengelola membangun anak tangga sepanjang trek utama untuk memudahkan pengunjung ketika mendaki. Namun jika ingin yang lebih menantang wisatawan bisa mendaki Bukit Kursi dengan jalur berbeda.
menarik dibaca : Penat Terlepas di Pusuk Pass
Lelah ketika mendaki bakal terobati. Pasalnya mata pengunjung akan dimanjakan dengan lansekap menawan dari atas ketinggian. Jika memandang ke utara dari Bukit Kursi akan terlihat birunya Teluk Pemuteran, pusat wisata menyelam dan spiritual terkenal di Bali bagian utara. Di sisi selatannya menjulang barisan perbukitan.
Meski begitu saat akan mendaki Bukit Kursi Karena tetap perlu stamina yang fit. Siapkan bekal sendiri seperti air mineral dan camilan karena di areal Bukit Kursi tidak ada pedagang.
Bukit Kursi adalah wisata dua musim. Jika berkunjung pada musim hujan hamparan bukit akan berwarna hijau menyegarkan mata. Pada musim kemarau hamparan bukit akan berubah warna menjadi coklat. Namun hal tersebut tidak akan mengurangi keelokannya. Apalagi jika ditambah dengan cahaya emas matahari kala sore atau pagi.
baca : Senja Nan Indah di Pantai Lampuuk
Di puncak bukit kursi terdapat dua ayunan yang terbuat dari kayu yang oleh pihak pengelola dinamakan Ayunan Cinta. Pengunjung bisa berfoto di sana dengan latar hamparan bukit di sisi barat, hamparan lautan di sisi utara, serta matahari terbit atau terbenam.
Wisata Spiritual
Di atas Bukit Kursi terdapat pura yang disucikan oleh umat Hindu. Di dalam pura tersebut terdapat batu yang berbentuk kursi.
“Pada tahun 1984 areal pura tersebut merupakan batu biasa. Kemudian oleh pelingsir Desa Pemuteran pura tersebut dinamakan Pura Bukit Batu Kursi,” ujar Ketut Wirdika, tokoh adat Desa Pemuteran.
Berada di Bali Utara, topografi Desa Pemuteran merupakan kawasan pesisir laut utara yang dikelilingi perbukitan di sisi selatannya. Di sepanjang perbukitan inilah berdiri beberapa pura yang digunakan sembahyang oleh umat Hindu. Pura tersebut di antaranya adalah Pura Pulaki dan Pura Melanting yang bersebelahan dengan Pura Bukit Batu Kursi.
Menurut Wirdika, awalnya Bukit Kursi hanya diperuntukkan bagi orang yang akan bersembahyang. Sejak awal tahun 2000-an, Bukit Kursi mulai dibuka untuk tujuan wisata.
Kini Pura Bukit Batu Kursi tak hanya ramai dikunjungi oleh umat Hindu yang akan bersembahyang, tetapi juga dikunjungi oleh wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara.
Dengan demikian berwisata di Bukit Kursi merupakan gabungan wisata alam, wisata petualangan, wisata spiritual.
Karena terletak di areal sekitar pura, wisatawan yang berkunjung ke Bukit Kursi diharuskan menjaga tindak-tanduknya. Pengunjung yang ingin melihat batu kursi harus memakai pakaian adat karena memasuki kawasan pura.
Mendaki Bukit Kursi terdapat beberapa peraturan yang harus ditaati oleh pengunjung. Salah satunya adalah aturan mengenai bendera kuning dan merah di jalur yang dilalui. Jalur yang terdapat bendera kuning artinya aman untuk dilalui, sementara terdapat bendera merah tidak aman dilalui.
Bagaimana? Tertarik untuk ke sana?