Sampah laut jadi masalah di mana-mana termasuk Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Teluk Kendari bak jadi ‘tong sampah’ raksasa bagi beragam plastik tak terpakai. Sampah memenuhi perairan, hutan bakau, bertumpuk dan bercampur lumpur.
Ratusan pemuda pemudi Kota Kendari tergabung dalam komunitas BeachFriendsForever (BFF), aksi clean up sea and underwater atau pembersihan sampah di dasar laut, Minggu (19/8/28) di Pulau Bokori.
BFF terdiri dari berbagai komunitas peduli lingkungan dan penyelam, sukarela membersihkan pantai.
Dini Rahmat, koordinator lapangan, kepada Mongabay mengatakan, bersih-bersih pantai untuk memperingati HUT RI ke-73 sekaligus bertepatan dengan Hari Penyelam Peduli Laut, pada 19 Agustus dan “Pandu Laut Nusantara” yang digelar serentak di seluruh Indonesia.
BFF membagi anggota jadi 10 kelompok. Mereka menyebar di seluruh sudut Pulau Bokori yang ramai dikunjungi warga. Beberapa orang bertugas menyelam ke dasar laut. Di darat sambil membawa karung, mereka memungut dan memasukkan sampah ke karung.
Mengapa di Pulau Bokori? Dini menilai, pulau yang dulu dihuni masyarakat Bajo ini, mempunyai masalah serius soal sampah. Terlebih setelah Bokori jadi destinasi wisata baru Sultra. Di darat maupun dasar laut pulau ini, banyak sampah plastik. Di dasar laut Bokori, berbagai jenis sampah mengendap.
Data yang mereka peroleh dari setiap penyelaman, ditemukan sampah, terutama plastik. Pulau ini tak mempunyai titik penyelaman karena dasar laut penuh sampah. Masyarakat, katanya, harus peduli pulau ini.
“Masalah sampah jadi masalah serius di kota ini (Kendari). Contoh di Teluk Kendari, ibarat tempat pembuangan sampah. Berton-ton sampah bisa ditemukan di sana,” katanya.
Dalam kegiatan bersih-bersih pantai di Bokori, BFF berhasil menaikkan tujuh karung sampah dari dasar laut. Di darat ada 15 karung, total satu ton, terdiri dari berbagai macam plastik.
Sebenarnya, kata Dini, sampah di Bokori bukan hanya dari pengunjung. Melainkan sampah dari teluk terbawa hingga ke pulau karena terhempas ombak. Jadi, katanya, ada keterkaitan antara sampah di Teluk Kendari dengan di Bokori.
Persoalan lain, katanya, kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat. Mereka tak peka menyelamatkan atau menata keindahan laut. Komunitas ini berkali-kali lakukan gerakan bersih-bersih pantai. Hari itu, kali kedelapan. Nama gerakan mereka, Lisa, singkatan dari Liat Sampah Ambil. Gerakan ini sejak 2015.
Tiga tahun berjalan, tetap saja sampah masih menjadi masalah serius. Di Teluk Kendari, katanya, harus ada tindakan pemerintah mewajibkan bersih-bersih teluk.
Libatkan anak sekolah
Dalam kegiatan bersih-bersih sampah di Pulau Bokori Minggu (19/8/18), BFF mengajak anak-anak sekolah dasar (SD) 01 dan 02 Desa Bokori. Menurut Dini, persoalan sampah harus disampaikan kepada anak-anak karena pendidikan lingkungan pengelolaan sampah masih kurang kepada siswa sekolah dasar.
“Anak-anak ini warga Bokori, jadi melalui mereka pesan-pesan menjaga dan merawat laut agar terhindar dari sampah, bisa tersampaikan,” katanya.
Anak sekolah dasar, katanya, adalah tahap menyerap informasi dan pengetahuan paling maksimal. “Jadi nanti mereka juga pelopor bersih-bersih laut.”
Pantauan Mongabay, anak-anak ini bawa karung ikut memungut sampah. Sebelum itu, mereka diajarkan jenis-jenis sampah plastik. Walau dalam praktik terlihat lucu dan jadi bahan tertawaan, karena anak-anak ini dahan kelapa pun diambil.
“Ini juga merusak laut,” kata Hendra, anak SD 02 Bokori diikuti tertawaan anggota BFF.
Masalah Teluk Kendari
Teluk Kendari punya banyak masalah serius. Tak saja sedimentasi lumpur dan pencemaran limbah berbahaya dan beracun, juga sampah plastik. Teluk Kendari, diperkirakan menampung ratusan ribu ton sampah plastik. Penyumbang terbesar, warga kota, lalu, terbawa air melintasi aliran sungai yang bermuara ke teluk.
Hasil penelitian Wahyudi, mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendari, menemukan, penyebab sampah di teluk antara lain pertumbuhan populasi penduduk dan kemajuan industri serta teknologi.
“Ini mencemari lingkungan, berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia. Sangat dirasakan masyarakat di sekitar Teluk Kendari,” katanya.
BFF juga menemukan, sekali pembersihan teluk, bisa dapat dua sampai tiga ton plastik. Laut yang dulu menawan dan menawarkan keindahan, kini tercemar…
Keterangan foto utama: Anggota dari komunitas BFF memungut sampah di pantai pulau Bokori saat air laut surut. Foto: Kamarudin Mongabay / Mongabay Indonesia