Mamalia terbesar apakah yang pernah hidup di daratan Bumi?
Sejauh ini, Paraceratherium, badak purba tak bercula, dianggap sebagai mamalia terbesar. Meski ‘tak mirip’ badak yang kita kenal, jenis ini masuk dalam superfamili badak, yakni Rhinocerotoidea, yang didalamnya beranggotakan badak-badak masa kini.
Para ilmuwan percaya, badak ini mempunyai tinggi 4.8 – 5 meter dengan berat 20 ton. Atau, lima kali berat gajah afrika sekarang.
Namun, pendapat baru muncul. Menurut sebuah makalah yang ditulis oleh Asier Larramendi yang ditulis pada 2015, sebagaimana dilansir dari National Geographic, gajah purba bersaing ketat dengan badak purba sebagai mamalia terbesar yang pernah hidup di Bumi.
Paraceratherium tampak begitu besar karena lehernya yang panjang. Meski begitu, dalam hal berat, Deinotherium, gajah purba yang punya gading mirip jangkar, kemungkinan lebih berat.
Deinotherium adalah kerabat dari gajah moderen yang muncul di Pertengahan Zaman Miosen dan berlanjut hingga awal Pleistosen. Deinotherium terlihat mirip gajah moderen, kecuali belalainya yang lebih pendek, dan dan gadingnya yang melengkung, melekat di rahang bawahnya.
Sang jantan, tubuhnya setinggi 3,5 hingga 4,2 meter, walaupun beberapa spesimen besar bisa mencapai 5 meter. Beratnya diperkirakan mencapai 5-10 ton, dengan jantan besar dapat berbobot 14 ton.
Fosil tulang Deinotherium ditemukan pertama kali di Jerman tahun 1836. Mamalia raksasa ini diyakini hidup di kawasan Eropa, Asia dan Afrika sebelum punah dengan masing-masing wilayah menjadi rumah bagi spesies-spesies Deinotherium berbeda.
Gading melengkung ke bawahnya menjadi topik perdebatan para ahli yang mencoba mencari tahu bagaimana fungsinya itu. Beberapa ilmuwan meyakini, Deinotherium menggunakan gadingnya menarik cabang-cabang pohon guna memakan daunnya. Ahli lainnya menganggap, gading digunakan untuk menggali tanah, mencari umbi. Belum ada kesimpulan dan kesepakatan bersama.
Awal era Pleistosen, populasi Deinotherium di Eropa dan Asia tampaknya telah lenyap, sangat mungkin sebagai akibat dari perubahan habitat yang disebabkan oleh perubahan iklim global waktu itu. Sementara, populasi terakhirnya di Afrika diperkirakan bertahan sekitar satu juta tahun silam. [Berbagai sumber]