- Dalam kurun waktu seminggu, ada 3 kejadian paus terdampar di Distrik Mimika Timur Tengah, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
- Paus pertama yang ditemukan pada Selasa (2/4/2019) oleh warga setempat berjenis paus bryde, ditemukan mati di muara Kampung Timika Pantai, Distrik Mimika Timur Tengah. Paus itu berukuran panjang 10,5 meter berbobot sekitar 1,5-2 ton
- Paus kedua berjenis paus sperma ditemukan terdampar mati tidak jauh dari lokasi penemuan paus pertama, dengan badan 8 meter. Diduga telah mati 4 hari sebelumnya dengan perut yang sudah kempes.
- Paus ketiga ditemukan pada Rabu (10/4/2019) ekornya terjerat jaring, yang kemudian dilepaskan oleh masyarakat dan berhasil berenang ke laut lepas
Dalam kurun waktu seminggu, ada 3 kejadian paus terdampar di Distrik Mimika Timur Tengah, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
Paus pertama yang ditemukan pada Selasa (2/4/2019) oleh warga setempat berjenis paus bryde, ditemukan mati di muara Kampung Timika Pantai, Distrik Mimika Timur Tengah. Paus itu diperkirakan telah mati sejak tiga hari sebelum ditemukan.
Kabar temuan tersebut dengan cepat sampai ditelinga para petugas terkait. Menurut Polisi Hutan Pelaksana pada Balai Taman Nasional Lorentz SPTN Wilayah I Timika, Syamaun W Hi Yusuf, petugas langsung mendatangi lokasi sekitar pukul 10.30 WIT pada Selasa, setelah mendapat kabar matinya paus tersebut.
baca : Hiu Paus Mati Terdampar di Pulau Mansinam

Berangkat dari Timika, Syamaun bersama delapan petugas dari instansi seperti Balai Konservasi Sumberdaya Alam Papua, petugas USAID Lestari dan Anggota Polair Timika, sampai di lokasi sekitar pukul 16.30 WIT.
Tiba di lokasi penemuan, para petugas kemudian berbicara dengan masyarakat setempat. Warga meminta bangkai paus tersebut dipindahkan, sebab mereka kuatir dapat menganggu aktivitas keseharian mereka.
Karena keterbatasan peralatan, paus yang diperkirakan mencapai panjang 10,5 meter dengan lingkar tubuh 5,6 meter dan berat sekitar 1,5-2 ton tersebut, hanya bisa ditarik berpindah sejauh 2 kilometer ke seberang muara. Itupun prosesnya tidak berlangsung mulus, karena kekurangan peralatan.
baca juga : Lagi, Paus Terdampar Mati dengan Perut Penuh Sampah Plastik

“Di lokasi baru tempat paus dievakuasi itu, memang adalah lokasi kosong yang tidak berpenghuni. Sementara di seberangnya, tempat paus pertama kali ditemukan, merupakan pemukiman masyarakat,” ujar Syamaun kepada Mongabay, Selasa malam.
Menurut Syamaun pada saat pertama kali dilihat petugas, jaring dengan panjang sekitar dua sampai tiga meter terlihat menutup wajah paus persis di tempat paus pertama kali ditemukan.
Petugas menduga paus tersebut mati karena terjerat jaring yang dipasang nelayan, namun belum diketahui dimana lokasi persisnya. “Jaring pada saat kami temukan yang terdapat di wajah paus sudah dalam keadaan putus. Ukurannya sekitar 2 sampai 3 meter,” jelas Syamaun.
menarik dibaca : Mengerikan.. Dari Tas Belanja Hingga Karung Beras Di Temukan di Perut Paus ini

Dalam sejumlah foto dan video yang didapat Mongabay, proses evakuasi dibantu masyarakat sekitar dengan peralatan seadanya. Warga sedikitnya 30 orang, bermodal kayu bulat seukuran gengaman tangan, pada sungai berpasir itu, mendorong badan paus ketika speed petugas menarik di kejauhan secara bersamaan. Perlu beberapa kali upaya untuk bisa mendorong bangkai paus terlepas dari bibir sungai sebelum diseret ke seberang sungai.
Menurut Syamaun, tidak ditemukan luka berarti pada tubuh paus, sehingga dugaan sementara kematiannya karena terjerat jaring nelayan yang menganggu navigasinya hingga akhirnya terdampar.
baca juga : Paus Membusuk di Pantai Wisata Bokori

Sedangkan Koordinator Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Mimika Hariyadi Nugroho yang dihubungi Mongabay-Indonesia pada Senin (15/4/2019), mengatakan paus tersebut akhirnya ditenggelamkan sejauh 5-6 km dari titik saat ini paus dievakuasi sementara.
Hariyadi menjelaskan pihaknya menyiapkan pasir dan batu seberat 2 ton sebagai pemberat untuk menenggelamkan paus. Proses penenggelaman menggunakan kapal.
Nugroho menjelaskan, paus tersebut kemungkinan mati karena terjerat sisa sampah bekas alat tangkap di laut. Kematian paus tersebut dikenal dengan istilah ghost fishing. Baik Syamaun maupun Nugroho juga mengaku tidak menemukan luka pada tubuh paus.
baca juga : Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya?

Menurut Nugroho, kematian paus di sekitar lokasi penemuan paus bryde di Timika bukan hal baru yang bagi masyarakat sekitar. Menurut dia, masyarakat setempat mengaku dalam beberapa tahun terakhir, menemukan sedikitnya 4 kasus kematian paus berbagai jenis pada garis pantai di sepanjang lokasi tersebut.
“Masyarakat di sekitar lokasi ini tidak kaget dengan penemuan paus yang mati. Mereka mengaku beberapa tahun belakangan menemukan paus mati terdampar. Tapi pada kasus-kasus sebelumnya, mereka tidak menemukan adanya sisa jaring pada tubuh paus,” terang Nugroho.
Dua Paus Lainnya
Sedangkan paus kedua ditemukan tidak jauh dari lokasi penemuan paus pertama, hanya bersebelahan kampung. Paus berjenis paus sperma dengan panjang badan 8 meter itu diduga telah mati 4 hari sebelumnya dengan perut yang sudah kempes. Pada badan paus itu ditemukan jaring.
“Hari Selasa (9/4/2019) ditemukan paus terdampar mati di pantai. Kondisinya sudah rusak. Masyarakat memutuskan untuk menguburkannya,” kata Nugroho.


Sedangkan paus ketiga, jelas Nugroho, masyarakat menemukan paus malang itu ekornya terjerat jaring pada hari Rabu (10/4/2019). “Masyarakat kemudian melepaskan paus dari jaring. Kondisi paus lemas. Begitu dilepaskan, paus berenang ke laut,” katanya. Karena sudah dilepaskan kembali, paus ketiga tersebut tidak diketahui jenisnya.


Perubahan Iklim
Sampari Saneraro Suruan, dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Papua yang juga peneliti paus di Papua Barat menduga terdamparnya tiga paus di pesisir pantai Mimika disebabkan karena karena ada perubahan lingkungan perairan Papua.
“Ada perubahan lingkungan, mungkin terkait dengan limbah perusahaan Freeport, karena terjadi 3 kematian paus di tempat yang berdekatan di Mimika. Tahun lalu bahkan ada 7 kali paus terdampar di Fakfak. Kemarin juga terjadi penyu belimbing terdampar di Manokwari. Perairan Papua merupakan jalur migrasi paus dan beberapa penyu seperti penyu belimbing,” kata Sampari yang dihubungi Mongabay-Indonesia pada Minggu (14/4/2019).
Sampari menduga ada pengaruh pemanasan global dengan berubahnya iklim Papua yang lebih panas terhadap migrasi mega fauna laut itu. “Papua iklimnya sedikit tidak normal. Panas benar-benar menyengat. Panas tidak seperti dulu. Perubahan iklim sudah mulai kerasa yang tidak cocok dengan waktunya migrasi paus, sehingga terdampar,” jelasnya.