Mongabay.co.id

Saat Dinosaurus Punah, 7 Satwa Ini Bertahan Hidup Sampai Sekarang. Salah Satunya Ada di Rumah Kita

Ilustrasi saat meteor menghantam bumi 65 juta tahun lalu (Image: © Stocktrek Images)

 

 

Dinosaurus menjadi ‘penguasa’ Planet Bumi selama lebih 160 juta tahun, dari Zaman Triassic sekitar 230 juta tahun lalu, melewati Zaman Jurassic dan berakhir di Zaman Cretaceous sekitar 65 juta tahun lalu. Tentu, tidak semua makhluk hidup punah bersama dinosaurus.

Sekitar 50 persen kehidupan hewan dan tumbuhan di planet ini selamat dari kepunahan massal Cretaceous-Tersier, atau dikenal sebagai batas K/T, yakni peristiwa terjadinya kepunahan massal spesies hewan dan tumbuhan besar-besaran dalam periode geologis singkat. Batas K/T ini berupa lapisan tipis pada sedimentasi di berbagai bagian dunia. Kepunahan ini dipicu oleh tumbukan dengan meteorit di Meksiko.

Mongabay mengumpulkan 7 satwa yang pernah hidup bersama dinosaurus, selamat dari kepunahan global 65 juta tahun silam, dan hidup hingga kini, seperti dikutip dari Huffpost.

 

Platipus dalam sketsa gambar. Sumber: Wikimedia Commons/John Gould – Richter, H. C. The mammals of Australia. by John Gould. (1845-1863)/Public Domain

 

Platipus

Platipus adalah satu dari sedikit monotrem yang masih ada sampai sekarang. Belum lama ini, para ahli menyepakati bahwa mamalia yang bertelur ini ternyata hidup selama periode Jurassic. Setelah menganalisis tulang rahang Teinolophos pada 2008, ahli paleontologi University of Texas, Tim Rowe menyatakan, platipus berasal dari 122 juta tahun lalu.

Platipus merupakan satu dari dua spesies mamalia bertelur, hanya hidup di Australia timur dan Tasmania.

 

 

Kecoak [Periplaneta americana]. Sumber: Wikimedia Commons/Sputniktilt – Own Work/CC BY-SA 3.0

 

Kecoak

Serangga ini sebagai spesies paling dominan selama periode Karbon -yang terjadi sekitar 360 juta tahun lalu [atau 112 juta tahun sebelum dinosaurus]- waktu itu ukurannya dua kali lebih besar dari bentuk saat ini. Mereka berhasil melewati periode misterius “kematian besar” atau great dying antara periode Permian dan Trias, dan sudah ada di sana untuk menyambut kelahiran dinosaurus pertama 240 juta tahun lalu.

 

 

Di dunia ada empat jenis ketam tapal kudan atau disebut belangkas dan ini merupakan jenis Limulus polyphemus. Sumber: Wikimedia Commons/CC BY-SA 2.5/Free share

 

Ketam tapal kuda

Sudah lama, satwa ini disebut sebagai “fosil hidup”. Ketam tapal kuda atau Horseshoe Crab berevolusi lebih lambat dari hewan lain. Tetapi menjadi sebuah organisme paling bertahan lama di alam, setelah selamat setidaknya dari empat peristiwa kepunahan terbesar di planet ini.

Menurut Richard Fortey dari Natural History Museum London, satwa ini mempunyai kemampuan memakan hampir semua bahan organik, dan itu  membantunya bertahan hidup. Selain itu, darah warna biru yang unik  di tubuhnya menggumpal ketika bertemu bakteri, sebuah adaptasi kerentanan terhadap infeksi.

Para ilmuwan berupaya memanfaatkan darah makhluk yang disebut juga belangkas ini untuk mempelajari kemungkinan penggunaannya, seperti mendekontaminasi peralatan medis dan mengobati infeksi jamur dan kanker. Fosil hidup ini dapat ditemukan di banyak tempat di seluruh dunia.

 

 

Penyu hijau [Chelonia mydas], hewan purba penjelajah yang ada di Pulau Derawan, Kalimantan Timur. Foto: Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Penyu hijau 

Penyu laut paling awal diperkirakan muncul periode Jurassic dan selamat dari kepunahan global karena mengembangkan beragam teknik bertahan hidup adaptif, yang  memungkinkan mereka bertahan di masa-masa sulit, seperti disampaikan Walter Joyce dari University of Tubingen’s Institute for Earth Sciences, dilansir dari Discovery News.

Ketika temperatur terlalu dingin, makhlu ini secara alami berhibernasi, dan ketika terlalu panas atau kering, ia akan menggali diri sendiri ke dalam lubang lumpur dan menunggu keadaan normal. Kemampuan ini berguna di masa-masa normal, dan ternyata juga mampu menyelamatkan dari dampak tumbukan meteor 65 juta tahun lalu.

 

 

Hiu Megalodon yang digambarkan dalam film The Meg. Sumber: WARNER BROS. PICTURES via Science News

 

Hiu

Percaya atau tidak, hiu telah berada di lautan Bumi sejak 450 juta tahun lalu. Mereka selamat dari empat dari lima peristiwa besar kepunahan. Selama periode Cretaceous, mereka kemungkinan menjadi mangsa Spinosaurus aegyptiacus yang sangat besar, dan berkembang begitu dinosaurus punah.

Hiu diduga telah mengadaptasi fitur moderen yang kita kenal sekarang selama periode Jurassic dan Cretaceous, sekitar 200 juta tahun lalu.

 

 

Seekor buaya di kandang penangkaran buaya di Desa Dawuhan Kulon, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Jawa Tengah. Foto: L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Buaya

Di Zaman Cretaceous, Bumi dipenuhi buaya raksasa termasuk Sarcosuchus, Dyrosaurus, Deinosuchus, Shieldcroc dan lainnya. Kemungkinan ada banyak makanan dan iklim hangat yang membuat mereka mencapai ukuran besar saat itu.

Fosil yang ditemukan menunjukkan bahwa satu spesies, yang dikenal sebagai Shieldcroc, bisa tumbuh sepanjang 10 meter. Saat dinosaurus punah, mereka mampu bertahan hidup, dan di era saat ini, ada 23 spesies buaya yang kita ketahui.

 

 

Lebah madu yang memiliki otak fleksibel mempelajari keterampilan baru. Suber: Wikimedia Commons/Jon Sullivan/Domain umum/Free to share

 

Lebah

Lebah diyakini pertama kali muncul selama Zaman Cretaceous, sekitar waktu yang sama dengan tumbuhan berbunga pertama muncul di Bumi. Awalnya, para ilmuwan sulit memahami bagaimana mereka melintasi batas K/T, tetapi sebuah studi pada 2013 tentang lebah kayu (Xylocopinae) menunjukkan, lebah ini mampu melewati kepunahan massal waktu itu. Saat ini, tercatat ada lebih 20 ribu spesies lebah di seluruh dunia.

 

 

Exit mobile version