- Permakultur dinilai sebagai alternatif budaya pertanian selaras alam termasuk di perkotaan
- Dimensi penyadartahuannya luas mulai dari mengenal konsumsi sendiri, memproduksi benih mandiri, pupuk organik, rehabilitasi tanah, sampai penanggulangan hama.
- Pendidikan ekologis ini dimulai dari rumah dan berdampak pada lingkungan sekitar
- Dampak lebih luas adalah kebijakan publik seperti tata ruang selaras alam
Hidup bekerja sama dan tidak bertentangan dengan alam. Praktik permakultur, sebuah laku pertanian terintegrasi bisa menunjukkan hal itu. Termasuk di perkotaan dan lahan sempit.
Salah satu kebun yang mempraktikkannya adalah Taman Baca Kesiman (TBK), sebuah ruang baca dan diskusi alternatif di Kota Denpasar. Hamparan kebun mengambil sepertiga dari total area, dan berada paling depan. Tiap pengunjung akan disambut tanaman sayur dan buah dengan pola huruf TBK.
Pihak yang mendukung kebun organik ini adalah IDEP Selaras Alam, sebuah LSM yang berusia 20 tahun. Memperingati ulang tahunnya, IDEP membuat sejumlah kegiatan di TBK, salah satunya tur kebun.
Bawa dari IDEP mengajak ke titik paling penting dalam permakultur yakni produksi bibit. “Paling penting pembenihan agar berdaya, dan tak tergantung,” katanya. Sebuah rak susun dari bambu ada di sudut halaman yang lebih teduh. Di sana, benih disemai untuk jadi bibit, misalnya tomat, cabe, bayam, dan lainnya. Setelah cukup kuat, dipindahkan ke petak-petak kebun.
baca : Hidroponik, Solusi Pertanian Lahan Sempit di Perkotaan
IDEP mencatat, benih-benih hibrid dan Genetically Modified Organism (GMO) membanjiri Indonesia dan global, karena itu alternatif mitigasi bencana dampak benih modifikasi itu dianggap penting. Dengan melestarikan benih lokal.
Disebutkan juga, perusahaan-perusahaan multinasional yang terlibat dalam industri GMO kerap menyampaikan materi promosi yang bersifat bias. Akses informasi yang jelas mengenai GMO dalam bahasa Indonesia juga sulit didapatkan.
Untuk menanggapi situasi ini, sejak 2003, Yayasan IDEP memulai berbagai kegiatan dalam produksi benih organik dengan membuat sekumpulan informasi mengenai GMO dan penyimpanan benih. Pelatihan dan bantuan disediakan bagi petani di Bali untuk menghasilkan benih dengan menggunakan berbagai teknik dan metode permakultur organik.
Sebelum mulai mendesain kebun, Bawa mengenalkan ada sejumlah tumbuhan yang dianjurkan karena kemampuannya mencegah atau melawan hama. Misalnya sebelum menanam cabai, lebih baik menanam kunyit karena di akarnya ada patogen untuk melawan hama cabai. Contoh lain, pisang bisa menyimpan air, jadi saat kering melepaskan air untuk tanaman lain. Cocok jadi bagian dari kebun dengan jumlah yang tepat. Jika area kebun terlalu panas, perlu satu dua pohon peneduh.
Hal menarik dari permakultur adalah desain kebun. Biasanya tampilannya terlihat melengkung atau membuat pola media tanam tertentu. “Penting untuk rotasi, tanah dibolak balik dan tampilan tak lurus, mengikuti pola alam,” tambah Bawa. Keuntungan lain, kebun jadi lebih estetik.
baca juga : Kisah Aira, Bocah Kota yang Bercita-cita Menjadi Petani
Ada dua jenis kebun, gali dan tanpa gali. Gali biasanya di daerah kering, tanah digali lalu ditanami. Gundukan area tanam dibuat lebih tinggi dibanding permukaan tanah untuk mencegah tergenang saat hujan. Selain itu nutrisi tak tersebar, fokus untuk tanaman di area tanam saja. Perawatan juga lebih gampang. Jika area tanam datar, perlu saluran drainase yang diharus digali.
Nah apakah tanah yang akan ditanami berkualitas baik? Untuk memulai rehabilitasi tanah, Bawa memberi resep batang pisang dicacah lalu campur kotoran ternak. Campuran ini ditimbun, tunggu 3-5 hari kemudian bisa ditanam langsung.
TBK memilih menanam cabai, jeruk purut, sereh, dan bumbu dapur lainnya. Sebagai bahan racikan dapur taman baca ini. Sementara untuk racikan minuman ada bunga telang yang berwarna biru tua, jika diseduh akan tercipta warna biru keunguan yang indah. Bunga telang juga digunakan untuk pewarna camilan seperti ketan di Malaysia. Ada juga rumpun bunga rosella yang berwarna merah pekat. Setelah panen, rosella dikeringkan, baru diseduh. Warna merahnya dengan cepat menyebar di minuman, rasanya asam menyegarkan tanpa tambahan gula.
Sayuran yang ditanam untuk daerah kering seperti terong dan pare. Karena mendapatkan sinar matahari penuh, tanaman peneduh yang dipilih adalah buah seperti sawo dan jambu biji. Keduanya memiliki khasiat pada daunnya.
Setelah mulai menanam, perlu pupuk yang juga dibuat sendiri dari kebun. Misalnya membuat pupuk cair dari limbah dapur, asalkan tidak mengandung minyak dan jeruk agar bakterinya berkembang. Bisa juga dengan kotoran sapi, dedak, dan tambahan akar rumput liar yang mengandung bakteri. Semuanya diaduk tiap hari dalam tong drum bekas. “Ciri-ciri gagal fermentasi kalau berbau busuk menyengat,” ingat Bawa.
menarik dibaca : Menjaga Kemiri, Pohon Uang Si Penyimpan Air
Dikutip dari website IDEP, Permakultur diringkas dari kultur atau budaya permanen, dan agrikultur atau pertanian permanen. Merupakan suatu sistem yang dirancang untuk pengelolaan lingkungan di tengah masyarakat. Permakultur bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber-sumber setempat melalui metode ramah lingkungan yang hemat energi dan keseimbangan alam.
Permakultur sebagai sebuah pendekatan dinilai sebuah alternatif memproduksi perkebunan organiksehat, desain kebun rumah tangga, sampai tata ruang desa yang lebih efisien. Metode desain ini bekerja bersama sistem alam, mengurangi polusi dan limbah, dan mampu memproduksi makanan.
Kantor Yayasan IDEP berlokasi di Kemenuh, Sukawati, Gianyar. Areanya terdiri dari kantor, kebun percontohan, dan pusat pelatihan. Komponen kebun percontohan meliputi bank benih dengan non-hibrid/non-GMO dengan persediaan benih hasil penyerbukan mandiri. Desain kebun sayuran, buah, dan tanaman rempah, pengembangbiakan berbagai tanaman obat, sistem irigasi, sistem komposting (padat, cair, dan cacing), penanggulangan hama, dan daur ulang limbah.
Sejumlah benih sayuran disediakan di antaranya selada, selada merah, bayam merah, kubis, bayam lokal, bayam lokal, sawi, seledri, dan selasih, ketimun lokal, tomat bulat, tomat cheri, jagung lokal, cabe merah, cabe hijau, terong, rosella, kacang panjang, dan lainnya.
Semua benih IDEP sesuai untuk iklim Indonesia serta memiliki nilai dan kualitas yang konstan untuk 6 generasi lingkaran tanam. Penanamannya secara organik untuk kesehatan dan lingkungan yang berkelanjutan.
baca juga : Wahyudi: Jaga Alam dengan Pola Tanam Organik
Peringatan ulang tahun Yayasan IDEP ini juga diisi dengan sejumlah diskusi, selain permakultur juga bencana ekologis. Ketika kesadaran selaras alam tak dimulai dari diri sendiri dan rumah, berdampak pada kebijakan-kebijakan strategis.
Ade Andreawan, mantan Direktur IDEP ini heran dengan kebijakan pemerintah. Terutama lemahnya mitigasi bencana. Padahal menurutnya Bali rentan, dari catatannya sekitar 240 bencana terjadi tahun lalu. “Selalu heboh saat emergency response,” herannya. Ia mencontohkan kasus terakhir banjir bandang di Kabupaten Jembrana. Banjir terjadi di desa dekat kawasan hutan. Batang-batang pohon menerjang bersama luapan sungai.
Ia mengatakan anggaran BPBD juga lebih banyak untuk emergency response. Di pihak lain, mitigasi bencana juga masih menghadapi ketidakpeduliaan warga. “Ada fenomena mistis, jika diajak latihan kesiapsiagaan bencana, mereka takut beneran terjadi,” keluh Ade.
Selain menerapkan permakultur di perkotaan termasuk lahan sempit, praktik selaras alam juga dikampanyekan lewat pembuatan sumur-sumur imbuhan yang bisa menyuntikkan air hujan ke dalam tanah. Lebih cepat dan lebih banyak dibanding biopori. Ini untuk menyelamatkan sumber air tanah yang makin terancam intrusi air laut karena volumenya makin berkurang.
“Terlalu banyak bor di darat, ada ruang kosong yang hilang lalu jadi jalan masuknya air laut. Kalau tak terisi berisiko amblesan tanah,” jelas Lilik Sudiajeng, peneliti recharge well atau sumur imbuhan ini.