- Salma adalah anak gajah sumatera yang ditemukan terluka parah di hutan Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, pada 18 Juni 2019.
- Gajah betina usia satu tahun ini, kaki kiri depannya nyaris putus akibat jerat yang dipasang pemburu
- Kini, Salma dirawat di Conservation Response Unit [CRU] Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, Aceh. Kondisinya kian membaik, tenaganya pulih, dan luka kakinya mulai sembuh
- Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo, mengatakan Jerat yang dipasang pemburu atau masyarakat merupakan masalah utama selain pengrusakan habitat, terhadap kehidupan satwa liar di hutan
Salma, anak gajah sumatera [Elephas maximus sumatranus] yang terluka akibat jerat pemburu di hutan Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Aceh telah sepekan dirawat di Conservation Response Unit [CRU] Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur.
Anak gajah betina berumur satu tahun itu mulai dirawat di CRU sejak ditemukan tim evakuasi dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Aceh dan Forum Konservasi Leuser [FKL], pada 18 Juni 2019.
Baca: Akibat Jerat Pemburu, Kaki Gajah Sumatera Ini Nyaris Putus
Saat didapati, kondisinya menyedihkan. Selain terpisah dari kelompoknya, tubuhnya dehidrasi, kaki kiri depannya nyaris putus.
“Butuh waktu 10 jam tim mengevakuasi. Anak gajah ini terperangkap di goa kecil [sebelumnya disebut sumur warga] saat mencari sumber air,” sebut Hidayat Lubis, Field Manager FKL Wilayah Langsa, Rabu [26/6/2019].
Baca: Foto: Kisah Sedih Gajah Sumatera yang Berujung Kematian
Pencariannya di hutan Kawasan Ekosistem Leuser [KEL] ini, perlu dua hari karena jejaknya yang hilang.
“Ketika ditemukan, luka di kakinya sudah ada belatung. Tim tahu posisinya terjebak karena banyak lalat beterbangan. Ternyata, ia tengah mengisap air di dinding goa,” ujarnya.
Baca juga: Foto: Gajah Sumatera Penjaga Hutan Sejati
Hidayat mengatakan, setelah dikeluarkan, anak gajah ini dibawa ke kampung terdekat berjalan kaki. “Sekitar empat jam membawanya pelan-pelan, tim memandu hingga dini hari. Selanjutnya, ketika dibawa ke CRU Serbajadi, diangkut dengan perahu.”
Kondisinya kian membaik. Selain tenaga pulih, luka kakinya juga terlihat perkembangan positif. “Secara umum, semakin sehat. Karena umurnya satu tahun, makanan harus dihaluskan, namun perlahan dia mulai makan sendiri,” jelas Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo.
Sapto mengatakan, kotorannya juga mulai padat setelah beberapa hari diare dan perutnya kembung. Kondisinya terus dipantau dokter hewan dari BKSDA Aceh dan FKL. “Mahout dan tim FKL terus merawat, kami fokus pada penyembuhan luka akibat jerat dan pemberian nutrisi, makanan maupun minuman,” jelasnya.
Bila sembuh, diharapkan ia dapat dikembalikan ke kelompoknya. Namun, hal ini butuh waktu, selain faktor luka juga harus dipastikan kelompoknya mau menerima kembali.
“Kami akan berikan yang terbaik.”
Jerat yang dipasang pemburu atau masyarakat merupakan masalah utama selain pengrusakan habitat, terhadap kehidupan satwa liar di hutan. “Merawat satwa terluka karena jerat bukan perkara mudah. Semoga, ini anak gajah terakhir,” tegasnya.