- Para aktivis pecinta satwa dan aktris Manohara Odelia Pinot, di Medan, menuntut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), tak lagi meberikan izin untuk peragaan lumba-lumba dalam atraksi sirkus keliling.
- Aksi mereka, untuk penyadartahuan kepada masyarakat tentang eksploitasi terhadap lumba-lumba berkedok edukasi. Harapannya, masyarakat bisa sadar, bahwa sirkus lumba-lumba itu bagian dari penyiksaan, bukan edukasi. Mereka menolak atraksi kejam ini.
- Ketika masuk dalam kolam pun, air bukan air laut melainkan air tawar dicampur clorin dan dimasukkan garam sebanyak-banyaknya.
- Hasil investigasi JAAN, ditemukan modus pengadaan lumba-lumba untuk sirkus keliling dengan membayar nelayan memburu, kemudian membawa ke suatu tempat atau ke muara. Pemesan melapor ada temuan lumba-lumba terluka. Otoritas mengeluarkan surat berita acara penitipan, dan akhirnya lumba-lumba masuk kolam, berakhir jadi pemain sirkus keliling.
Puluhan aktivis dari komunitas pencinta satwa, sepanjang sepekan terakhir menggelar aksi unjuk rasa di Kota Medan, Sumatera Utara. Mereka menuntut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), tak lagi meberikan izin untuk peragaan lumba-lumba dalam atraksi sirkus keliling.
Di Kompleks Perumahan Medan Metropolitan Trade Center (MMTC), Jalan Willem Iskandar, Deliserdang ada atraksi atau sirkus lumba-lumba. Para pecinta satwa ini mendesak, Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut), menghentikan kegiatan itu, karena peragaan lumba-lumba ini tak mencerminkan edukasi melainkan lebih kental eksploitasi dan penyiksaan.
“Peragaan lumba-lumba berkedok edukasi adalah penyiksaan. Bisnis dan penyiksaan bukanlah edukasi,” kata Anita Santa, koordinator umum stop sirkus lumba-lumba di Medan.
Aksi mereka, katanya, untuk penyadartahuan kepada masyarakat tentang eksploitasi terhadap lumba-lumba berkedok edukasi. Harapannya, masyarakat bisa sadar, bahwa sirkus lumba-lumba itu bagian dari penyiksaan, jauh dari edukasi. Mereka menolak atraksi kejam ini.
“Targetnya, sirkus lumba-lumba di Medan dan seluruh dunia ditutup. Masyarakat berani mengatakan tidak untuk menonton sirkus lumba-lumba,” katanya.
Dia bilang, menyedihkan sekali ketika satwa laut ini dipaksa bekerja untuk memuaskan penonton. Ia melompat dan bermain gelang dan tali.
Belum lagi perlakuan terhadap lumba-lumba saat mereka dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain. Mereka dalam kandang sempit, tanpa air laut seperti di habitat asli, hanya diolesi mentega dan pond pelembab yang dibalutkan di tubuh. Makan seadanya, cenderung kurang, diterbangkan dari satu lokasi ke lokasi lain. Bentuk seperti ini, katanya, penyiksaan langsung lumba-lumba.
Ketika masuk dalam kolam pun, air bukan air laut melainkan air tawar dicampur clorin dan dimasukkan garam sebanyak-banyaknya.
“Ini bentuk penyiksaan langsung terhadap lumba-lumba. Ini satwa dilindungi dan terancam punah,” kata Sinta.
Para pencinta satwa ini mempertanyakan komitmen KLHK melindungi dan menjaga lumba-lumba ini. Satu sisi, KLHK membuat aturan perlindungan, lain sisi malah memberikan izin menampilkan atraksi lumba-lumba. KLHK, katanya, dianggap turut andil menyiksa lumba lumba dengan mengeluarkan izin.
“Di sini buat aku tertawa terhadap KLHK. Izin dikeluarkan dengan alasan sebagai edukasi. Padahal, sama sekali tak ada edukasi selain unsur penyiksaan dan eksploitasi. Kami mendesak tidak lagi memberikan izin atraksi lumba-lumba dan mendesak segera menutup sirkus lumba lumba,” katanya.
Dalam aksi selama sepekan terakhir itu, dihadiri selebritas Manohara Odelia Pinot. Aktris ini datang langsung ke Medan untuk bergabung dengan para pencinta satwa untuk menolak atraksi lumba-lumba.
Dia mendatangi lokasi pertunjukan. Sempat terjadi perdebatan sengit antara dia, para aktivis pencinta satwa dengan managemen sirkus lumba-lumba.
Saat Manohara mempertanyakan izin atraksi, managemen sirkus menujnukan semua dokumen. “Kalau anda memiliki izin harusnya ditempelkan di tempat yang bisa dibaca masyarakat umum, kami meragukan ini,” kata Manohara.
Dia mendesak, sirkus lumba-lumba ditutup karena tak ada edukasi selain penyiksaan.
Manohara lantas membagikan stiker kepada pengunjung. Pesan yang dia sampaikan antara lain, berhenti menonton penyiksaan makhluk hidup ini, dan turut membantu mengkampanyekan agar satwa ini lepas ke laut.
Usai membagikan stiker, dia bersama para pengunjukrasa melanjutkan aksi di luar gedung.
Manajer Operasional Sirkus Lumba-lumba Tommy Alfredo mengatakan, atraksi ini murni edukasi bagi anak anak. Tidak ada penyiksaan dan unsur eksploitasi di dalamnya. Untuk izin kegiatan, katanya, mereka sudah ada dari KLHK.
“Kalian hati hati kalau bicara ya. Kami legal. Jangan sampai salah penafsiran di publik nanti. Lumba-lumba sejahtera kami buat, ada dokter yang memperhatikan kesehatan mereka. Makanan banyak kami beri. Bukan ikan busuk seperti yang kalian bilang,” kata pria ini dengan suara lantang.
Sejumlah pemuda tampak mengawal dia saat berdebat dengan Manohara dan para aktivis pencinta satwa yang berunjukrasa ke lokasi sirkus.
Benvika, Direktur Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Kamis siang (27/7/19) kepada Mongabay mengatakan, JAAN sendiri fokus menangani kampanye lumba-lumba sejak 2009. Berbagai hal mereka lakukan, mulai MoU dengan KLHK, dan Taman Nasional Karimunn Jawa untuk membuat fasilitas rehabilitasi lumba-lumba.
“Sirkus lumba-lumba sebenarnya bukan edukasi konservasi melainkan pembodohan publik. Karena perlakuan mereka jauh dari kesejahteraan satwa,” katanya.
Indonesia, satu-satunya di dunia yang masih mengeksploitasi lumba-lumba, melalui sirkus modus edukasi.
Secara administrasi, katanya, penyelenggara sirkus lumba lumba ini legal karena mendapatkan izin. Namun, katanya, penekanan di sini bukan masalah legal atau ilegal, tetapi masalah kesejahteraan satwa.
“Bagaimana hewan itu sejahtera, kalau mulai dari pengangkutan, pengadaan atraksi dan lain-lain jauh dari kesejahteraan satwa.”
Hasil investigasi JAAN, ditemukan modus pengadaan lumba-lumba untuk sirkus keliling dengan membayar nelayan memburu, kemudian membawa ke suatu tempat atau ke muara. Pemesan melapor ada temuan lumba-lumba terluka. Otoritas mengeluarkan surat berita acara penitipan, dan akhirnya lumba-lumba masuk kolam, berakhir jadi pemain sirkus keliling.
JAAN sempat mendesak kepada KLHK agar memasang chip kepada lumba-lumba yang dititipkan ke sejumlah lembaga konservasi. Ternyata, lembaga yang mendapatkan izin itu menolak. “Ini fakta yang terjadi sampai sekarang.”
“Lumba lumba tidak akan bisa bertahan hidup lama di dalam kolam. Mereka stres dan cepat mati. Jadi, jika mati mereka mencari lagi yang baru dengan nama sama dengan yang mati. Itu tidak akan diketahui karena tidak ada pemasangan chip atau tanda khusus terhadap setiap lumba-lumba yang dititipkan ke lembaga konservasi.”
Benvika mengatakan, ketika pentas lumba-lumba di Bekasi, sekitar 2009-2010, ditemukan ada yang mati. Sejak saat itu setiap ada lumba-lumba mati, akan ditutup rapat-rapat.
KLHK berdasarkan perjanjian dengan pihak yang mengantongi izin, sudah menyepakati bahwa, 2020 seluruh sirkus lumba-lumba akan setop total.
Meski demikian, JAAN akan terus menggelar aksi dan penolakan untuk penampilan dan eksploitasi lumba-lumba. “Itu akan terus dilakukan sampai sirkus lumba-lumba berhenti total.”
Ada tiga pihak mengantongi izin konservasi lumba-lumba jadi sirkus keliling. Ketiganya, Taman Safari, Ancol, dan WSI. Taman Safari, dua tahun ini sudah menghentikan sirkus keliling dan lumba-lumba yang ada dititipkan ke lembaga konservasi di Batang, Jawa Tengah, untuk rehabilitasi dan habituasi.
Sedang dua lembaga lagi, Ancol dan WSI, sampai sekarang masih terus adakan atraksi lumba-lumba.
Indonesia, sampai sekarang belum ada database tentang populasi lumba-lumba. Pada 1970, di Indonesia ditemukan 10 jenis dari 30 jenis lumba-lumba di dunia.
Keterangan foto utama: Anak sekolah diajak menonton sirkus lumba-lumba. Aktivis pecinta satwa menyerukan, sirkus lumba-lumba bukan edukasi. Setop tonton sirkus lumba-lumba. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia