- Selama ini diketahui Cheetah merupakan hewan darat tercepat di dunia, yang mampu berlari 120 km/jam dalam jarak pendek.
- Ternyata ada satu hewan darat, yang berlari jauh sangat kencang dibandingkan Cheetah yaitu kutu bernama latin Paratarsotomus macropalpis
- Satu penelitian menunjukkan kutu P. macropalpis berlari menempuh jarak jarak hingga 322x panjang tubuhnya per detik dibanding Cheetah yang hanya mampu berlari 16x panjang tubuhnya per detik.
- Ilmuwan sedang meneliti lebih lanjut kecepatan kutu P. macropalpis untuk pengetahuan dari sisi fisika dan biologi.
Ketika ditanya hewan apa yang bisa melesat paling cepat di daratan, mungkin kebanyakan dari kita akan terlintas Cheetah. Satwa ini memang mampu berlari cepat hingga mencapai 120 km/jam dalam jarak pendek. Kemampuannya berlari kencang ini membantunya mengejar dan mendapatkan mangsanya.
Tetapi, ketika kecepatan diukur secara relatif terhadap ukuran tubuh, ada beberapa makhluk yang jauh lebih cepat dibanding Cheetah yang hanya mampu berlari 16x panjang tubuhnya per detik. Dan semuanya adalah arthropoda.

Beberapa waktu lalu, para peneliti telah menemukan anthropoda yang mampu melesat jauh melebihi hewan darat apapun. Spesies kutu kecil yakni Paratarsotomus macropalpis yang ditemukan di California selatan ini kini pemegang rekor dunia hewan tercepat.
Para peneliti dari Pomona College di Claremont, Californa, Amerika, menghitung waktu kutu P. macropalpis bergerak dan diketahui bahwa ia mampu menempuh jarak hingga 322x panjang tubuhnya per detik.
Jika dihitung sesuai proporsi ukuran tubuhnya, kutu ini mampu menempuh jarak jauh lebih cepat daripada pemegang rekor sebelumnya, Kumbang Harimau Australia, yang dapat berlari hingga 122x tubuh per detik.
Karena ukuran kutu yang sangat kecil dan kecepatan sangat tinggi, tim peneliti tidak dapat menggunakan cara tradisional untuk mengukur kecepatannya. “Kami sebenarnya tidak bisa ‘mengejar’ kutu ini karena mereka bergerak terlalu cepat untuk itu,” kata Jonathan Wright, ketua peneliti penelitian. “Kami merekamnya melesat di jalanan beton.”
Setelah mengumpulkan rekaman, para peneliti kemudian memutar ulang film untuk menemukan bahwa kecepatan kutu ini jauh di atas ekspektasi mereka dan juga mampu berhenti, mengubah arah, dan bermanuver dengan sangat cepat. Hal ini menarik para peneliti untuk mendapatkan insight yang mungkin bermanfaat bagi pengaplikasian bioteknologi.
Sedangkan untuk manusia, pelari tercepat di dunia, Usain Bolt, menggunakan hanya 6x panjang tubuh per detik, atau sekitar 45 km/jam. Jika dihitung dengan proporsi tersebut, maka kalau Usain Bolt mampu berlari secepat kutu P. macropalpis, maka kecepatannya adalah 2.092 km/jam! Sesuai yang tak mungkin dilakukan manusia dengan berlari.

Bila dibandingkan dengan kecepatan mobil balap Formula-1, rata-rata hanya sekitar 310 km/jam. Meski mobil balap Formula-1 bisa digeber dengan kecepatan maksimal hingga 400 km/jam, seperti ujicoba yang dilakukan Tim Bar Honda yang mampu memecahkan rekor tercepat yakni 413km/jam, tetapi dilakukan di padang Bonneville Salt Flats.
Tetapi tentu tidak seimbang membandingkan kecepatan mobil balap Formula-1 yang merupakan mesin alias bukan makhluk hidup dengan kecepatan berlari kutu P. macropalpis. Artinya kecepatan kutu kecil itu sungguh sangat luar biasa.
Dalam jurnal yang dimuat di FASEB (Federation of American Societies for Experimental Biology), para peneliti menulis bahwa hambatan udara hanya menjadi kontributor kecil terhadap perlambatan; dan kemampuannya melesat cepat adalah kombinasi dari otot dan tekanan ligamen kutikula.
Hal lain yang menarik adalah bahwa tim peneliti juga menemukan bahwa kutu P. macropalpis yang hidup dibongkahan bebatuan dan trotoar ini bisa bertahan pada suhu hingga 60 derajat celcius, suhu yang mematikan bagi kebanyakan hewan.
Para peneliti mengatakan bahwa pengukuran ini penting untuk menguak misteri dan pengetahuan baru dari sisi fisika terhadap bagaimana hewan kecil itu bisa mencapai kecepatan fantastis seperti itu.
Jonathan Wright, salah seorang pembimbing penelitian, tertarik mempelajari efek otot biokimia saat kutu kecil itu menggerakkan kaki. Wright menyatakan bahwa dalam teori, kecepatan relatif dan frekuensi langkah meningkat terjadi pada hewan yang semakin kecil. Fisiologi otot harus ada pada beberapa titik batas seberapa cepat kaki bergerak.
Sumber : smithsonianmag.com, time.com, sci-news.com, fasebj.org