- Bangkaru merupakan satu dari 63 pulau yang berada di Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh.
- Pulau Bangkaru yang luasnya 15 ribu hektar merupakan pulau konservasi penyu yang masuk dalam Taman Wisata Alam Laut [TWA/L] Kepulauan Banyak.
- Bangkaru sangat strategis untuk penyelamatan penyu dari ancaman. Letaknya jauh dari pemukiman penduduk. Setiap malam, hingga 30 individu datang ke pulau ini untuk bertelur.
- Tantangan konservasi penyu di Aceh bukan hanya perburuan telur, tapi juga perburuan penyu di laut untuk diambil dagingnya.
Bangkaru. Pulau seluas 15 hektar ini, satu-satunya pulau konservasi penyu di Aceh. Letaknya di Kepulauan Banyak, Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil. Penyu sisik, penyu hijau, dan penyu belimbing hidup di sini.
Bangkaru masuk dalam Taman Wisata Alam Laut [TWA/L] Kepulauan Banyak, berdasarkan keputusan Menteri KLHK Nomor: SK.5347/Menhut-VII/KUH/2014. Luas keseluruhannya 205.720,24 hektar, di bawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Aceh.
Baca: Telur Penyu di Pulau Bangkaru Itu Terus Diburu
Tidak ada transportasi ke pulau ini. Penghuninya adalah tim patroli BKSDA Aceh dan staf Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh [HAkA]. Perjalanan terdekat dapat ditempuh dari Desa Haloban, di Pulau Tuanku, sekitar dua jam menggunakan speedboat mengarungi Samudra Hindia. Bangkaru merupakan satu dari 63 pulau di Kepulauan Banyak.
Pemandangan indah tersaji saat melintasi hamparan gugusan pulau. Batu Lanting misalnya, sebuah pulau batu yang hanya ditumbuhi pohon kelapa. Atau, terumbu karang indah yang menggoda, selain tentunya nelayan menangkap ikan.
Baca juga: Foto: Melepas Tukik, Menjaga Keseimbangan Ekosistem Lingkungan
Patroli
Tidak ada sinyal, begitu kita menginjakkan kaki di Bangkaru. Sekitar 100 meter dari bibir pantai, ada bangunan panggung yang dibuat BKSDA Aceh dan lembaga mitra. Dari sini, biasanya tim patroli memantau dan bergerak, menjaga telur penyu dari segala ancaman. Utamanya perburuan.
Di sini ada pantai Amandangan, biasa disebut, dengan bebatuan menjulang. Pantai sepanjang tiga kilometer ini dibatasi hutan alami, tanpa banyak kehadiran manusia. “Kalau beruntung, kita bisa melihat penyu bertelur, atau yang menetas,” terang Uzhar, Koordinator Ranger Pulau Bangkaru, Yayasan HAkA, baru-baru ini.
Uzhar yang belasan tahun menjaga penyu di Pulau Bangkaru mengatakan, setiap malam, penyu yang datang bisa mencapai 30 individu. “Ada juga yang kadang-kadang membuat sarang. Paling menyenangkan itu saat melihat tukik menuju laut,” ujarnya.
Saat saya ikut patroli malam hari, pukul 20.00 WIB hingga 24.00 WIB, jumlah penyu yang membuat sarang mencapai 20 individu. “Itu ada yang membuat sarang palsu, menghilangkan jejak sarang yang ada telur,” jelasnya.
Sebelum tim patroli menetap di Pulau Bangkaru, perburuan telur penyu oleh masyarakat lokal atau masyarakat luar sering terjadi. Tiap kali penangkapan, jumlahnya seribu hingga tiga ribu butir.
“Sejak kami patroli, perburuan telur penyu sudah tidak ada. Kini, yang diwaspadai adalah biawak, tapi kami belum berani mengambil tindakan karena belum ada penelitian khusus kehadiran biawak dan kaitannya dengan populasi penyu,” terangnya.
Uzhar mengatakan, berjalan di pantai Amandangan, dianjurkan kaki tidak terlalu menekan pasir. Dikhawatirkan, ada tukik yang tidak bisa keluar, setelah menetas.
“Kita beberapa kali menemukan tukik terjebak di jejak kaki manusia. Ada yang mati. Selain itu, berjalan di malam hari juga tidak boleh menyalakan lampu dan bersuara. Dikhawatirkan mengganggu penyu bertelur. Tapi kalau sudah bertelur, boleh mendekat sekadar melihat,” jelasnya.
Tempat khusus
Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo mengatakan, Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Banyak memiliki beberapa tempat khusus, seperti tempat wisata dan konservasi.
“Untuk wisata seperti berenang, surfing, menyelam, dan lainnya idi tempat khusus yang telah ditunjuk. Pulau Bangkaru sendiri merupakan tempat khusus konservasi penyu, sangat strategis untuk pelestarian penyu dari keterancaman punah. Jauh dari permukiman penduduk.”
Sapto mengatakan, untuk mengakses wilayah yang ditunjuk sebagai tempat wisata, pengunjung hanya diwajibkan membayar tiket masuk. Namun, untuk masuk ke Bangkaru, harus memiliki izin khusus. Mengurus surat izin masuk kawasan konservasi.
Terkait tantangan konservasi, menutut Sapto, saat ini perburuan bukan hanya telur, tapi juga penyu ditangkap di tengah laut. Diambil daging dan paruhnya.
“Kami menerima laporan, umumnya yang memburu di laut itu warga dari Sumatera Utara. Kami sudah meningkatkan patroli dan bekerja sama dengan LSM menyelamatkan penyu di Bangkaru,” tandasnya.