- Aksi Menghadap Laut 2.0 di Makassar dipusatkan di Pantai Tanjung Bayang, diikuti oleh 2038 orang dari berbagai instansi, organisasi dan masyarakat umum.
- Kegiatan yang diinisiasi oleh KKP bekerja sama dengan Pandu Laut Nusantara ini adalah rangkaian peringatan HUT RI ke-74. Di Sulawesi, aksi ini diinisiasi oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar.
- Sampah plastik berpotensi menurunkan bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kepunahan pada biota tertentu terutama biota yang hampir punah atau endangered species, jika tidak ditangani dengan baik.
- Selain di Makassar, aksi yang sama juga dilakukan di beberapa kota lainnya di Sulawesi yaitu di Kabupaten Jeneponto Sulsel, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Pantai Lere Teluk Palu, Kota Palu, dan Pantai Tugu Kakao, Kabupaten Kolaka.
Suasana Pantai Tanjung Bayang Makassar, Minggu siang (18/8/2019), tak seperti biasanya. Sekitar 2000-an orang dengan beragam seragam berkumpul dengan kelengkapannya masing-masing. Sebagaimana di daerah lain, mereka bersatu padu memeriahkan aksi nasional ‘Menghadap Laut 2.0’.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan Pandu Laut Nusantara ini adalah rangkaian peringatan HUT RI ke-74, yang berlangsung di 74 titik aksi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di Sulawesi, aksi ini diinisiasi oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar.
Menurut Andry Indryasworo Sukmoputro, Kepala BPSPL Makassar, aksi Menghadap Laut 2.0 ini melanjutkan tradisi kegiatan yang dilakukan setahun sebelumnya. Kalau tahun lalu dilakukan di Pantai Losari maka kali ini dilakukan di sekitar Pantai Tanjung Bayang yang merupakan salah satu objek wisata pesisir di Kota Makassar, pada wilayah seluas kurang lebih 2.5 Ha dengan panjang pantai 1.5 Km yang dibagi menjadi 6 zona.
Pembagian zona mencakup, Zona I membentang dari Monumen Layar – Pondok Surabaya, Zona II dari Pondok Surabaya – Pondok Harco, Zona III dari Pondok Harco – Pondok Yoko, Zona IV dari Pondok Yoko – Pondok Sandika, Zona V dari Pondok Sandika – Pondok Nelayan dan Zona VI dari Pondok Nelayan – Batas Pantai Akkarena.
baca : Menjaga Nusantara dengan Membersihkan Lautan
“Tujuan aksi ini adalah untuk mengedukasi masyarakat terkait bahaya penggunaan single use plastik bagi lingkungan, sehingga diharapkan penggunaannya bisa dikurangi,” ujar Andry.
Menurut Andry, peserta aksi kali ini cukup beragam. Selain dari BPSPL Makassar sebagai pelaksana, hadir pula perwakilan dari sekitar 30 institusi pemerintah, TNI/Polisi, swasta, LSM dan mahasiswa.
“Ada juga peserta dari masyarakat umum yang mendaftar secara online. Kalau ditotalkan, jumlah peserta sekitar 2038 orang,” jelas Andry.
Kehadiran ratusan personil TNI dan Kepolisian membuat kegiatan ini semakin meriah. Apalagi dengan kehadiran Kapolda Sulsel Irjen Pol Hamidin para PJU Polda Sulsel dan sejumlah petinggi TNI.
Kegiatan ini diawali dengan gelar apel bersama yang dipimpin oleh Kapolda Sulsel, Irjen Pol Drs. Hamidin dilanjutkan dengan briefing teknis kegiatan bersih pantai dan laut serta aksi menghadap laut oleh BKIPM Makassar didampingi influencer Pandu Laut. Kegiatan ini juga diramaikan dengan gerakan makan ikan dan lawi-lawi.
baca juga : Gerakan Menghadap Laut, Gerakan Bersihkan Sampah Plastik dari Lautan
Kapolda Sulsel Irjen Pol. Hamidin dalam sambutannya menyatakan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mendukung hidup sehat sehingga terhindar dari berbagai penyakit.
Menurutnya, faktor yang menjadi penyebab pencemaran lingkungan yaitu pembangunan secara masif yang tidak memperhatikan lingkungan. Salah satu penyebab laut tercemar adalah banyaknya sampah karena selama ini laut menjadi muara pembuangan sampah plastik.
“Sampah plastik sangat lama terurai, sehingga kita harus mengurangi penggunaan sampah plastik, tidak membuang sampah ke laut dan melakukan gerakan bersih-bersih pantai dan laut. Plastik yang terurai di laut akan menjadi microplastics dan membahayakan ikan laut yang kita konsumsi,” katanya.
Tidak hanya aksi bersih pantai, saat aksi bersih pantai dan laut berlangsung, Andry didampingi Sitti Chadidjah, Kepala BBKIPM, dipandu influencer Pandu Laut Aurelie Mouremans dan Ogi, melakukan sosialisasi dan kampanye untuk menjaga kebersihan Tanjung Bayang kepada warga sekitar dan wisatawan.
Menurut Andry, sampah plastik telah menjadi ancaman nyata bagi keberlanjutan ekosistem perairan dan kesehatan manusia.
“Sampah plastik yang tidak terurai mengandung racun yang bisa masuk dalam tubuh melalui air yang kita gunakan, juga makanan hasil tangkapan ikan di laut yang kita konsumsi,” katanya.
menarik dibaca : Ratusan Orang di Bitung ‘Menghadap Laut’ Bersama Menteri Susi. Ada Apa?
Dikatakan Andry bahwa potongan plastik dan mikro plastik yang mirip Plankton makanan alami ikan terakumulasi dalam perut biota perairan seperti ikan, penyu bahkan mamalia laut berukuran besar seperti ikan paus.
“Sampah plastik yang termakan ini tidak bisa dicerna dan sulit dihancurkan menyebabkan ikan menjadi lemas dan akhirnya mengalami kematian, beberapa penyu dan paus yang terdampar mati setelah dibedah di dalam tubuhnya ditemukan banyak sampah plastik,” jelasnya.
Sampah plastik berpotensi menurunkan bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kepunahan pada biota tertentu terutama biota yang hampir punah atau endangered species, jika tidak ditangani dengan baik.
Keseriusan pemerintah dalam penanggulangan sampah plastik ini mendorong Presiden Joko Widodo menerbitkan Perpres No.83/2018 mengenai Penanganan Sampah Laut, yang dalam rencana aksi nasional (RAN) pemerintah menargetkan mengurangi sampah plastik laut hingga 70 persen pada 2025.
Dalam aksi ini total sampah yang berhasil dikumpulkan sebanyak 1.192,615 kg, yang sebagian besar merupakan sampah plastik, terdiri dari plastik keras (34,97%), plastik lunak (10,83%), kayu olahan (28,63%), kertas (4,96%), karet (2,14%), kaca/keramik (1,82%), logam (1,52%), tekstil (1,00%), bahan berbahaya dan beracun (0,44%) dan sampah lainnya (13,69%).
Selain di Makassar, aksi yang sama juga dilakukan di beberapa kota lainnya di Sulawesi yaitu di Kabupaten Jeneponto Sulsel, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Pantai Lere Teluk Palu, Kota Palu, dan Pantai Tugu Kakao, Kabupaten Kolaka.
Di Jeneponto, kegiatan ini dipusatkan di Pantai Kaloko, Desa Pao, Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto, Sulsel, Aksi yang diinisiasi oleh Komunitas Pemuda Pesisir Desa Pao dan Balang Institute ini melibatkan 318 relawan dan mengumpulkan sekitar 1.311 kg sampah terdiri kayu kiriman (52%), plastik (28%), kaca (6,9%), dan sampah lainnya (12%).
Sementara di Sulawesi Utara aksi yang diikuti oleh 1848 orang ini tersebar di 4 lokasi yaitu, Pantai Tumumpa Kota Manado, Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Pantai Tahuna Kepulauan Sangihe dan Pantai Sondana Bolaang Mangondow Selatan. Khusus untuk kota Manado, dipusatkan di PPI Tumumpa Kota Manado.
Aksi di Sulut ini melibatkan 137 komunitas, berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 1.572 kg, dan puntung rokok sebanyak 2.037 buah. Sampah-sampah yang dikumpulkan langsung dipisahkan oleh Bank Sampah Simponi dan dimasukan ke dalam Buku Tabungan bank sampah kepada masing-masing komunitas. Total sampah yang masuk ke Bank sampah adalah 101, 3 kg dan sisa di angkut ke TPA oleh Dinas Lingkungan hidup Kota Manado.
Di Sulawesi Tengah, aksi dipusatkan di Pantai Lere Teluk Palu, Kota Palu. Total sampah yang dikumpulkan adalah 577,27 Kg, terdiri dari plastik lunak (83,31 kg), plastik keras (99,19 kg), kertas (4,43 kg), karet (38,83 kg), tekstil (56,10 kg), kayu olahan (109,78 kg), logam (17,87 kg), kaca/keramik (25,39 kg), dan sampah lainnya (142,37 kg).
Sementara di Sulawesi Tenggara aksi dipusatkan di Pantai Tugu Kakao, Kabupaten Kolaka. Total sampah yang dikumpulkan 270,17 kg, terdiri dari jenis plastik lunak (86,2 kg), plastik keras (36,1 kg), kertas (9,5 kg), karet (4 kg), tekstil (56,6 kg), kayu olahan (12,1 kg), logam (6,3 kg), kaca/keramik (15,4 kg), bahan berbahaya dan beracun (0.1 kg), dan sampah lainnya (43,87 kg).