Bukan Hanya Jembatan Bangka-Sumatera, Ada Juga Rencana Pembangunan PLTN di Sebagin

 

  • Di Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka-Belitung, bukan hanya ada rencana pembangunan Jembatan Bahtera [Bangka-Sumatera], tetapi juga pembangkit listrik tenaga nuklir [PLTN].
  • Menurut Kementerian Energi Sumber Daya Mineral [ESDM] potensi aluvial di Bangka-Belitung sekitar 400 ribu hektar, dengan potensi thorium 120 ribu ton, uranium 24 ribu ton, serta unsur tanah jarang sekitar 7 juta ton. Berdasarkan penelitian Badan Tenaga Nuklir Nasional [Batan] 2010, ada dua lokasi calon tapak yakni Bangka Barat dan Bangka Selatan. Di Bangka Selatan berada di Kecamatan Simpang Rimba, tepatnya di sekitar Desa Sebagin.
  • Masyarakat Desa Sebagin menolak kemungkinan dibangunnya PLTN di sana. Mereka menilai PLTN memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kecemasan bila terjadi kerusakan.
  • Walhi menolak rencana pembangunan PLTN di Indonesia, termasuk di Kepulauan Bangka-Belitung. Alasannya, nuklir merupakan energi kotor yang memberikan dampak radiasi berbahaya. Bangka-Belitung juga merupakan daerah yang mengalami kerusakan akibat penambangan timah dan lainnya.

 

Baca dua tulisan sebelumnya:

Pembangunan Jembatan Sumatera-Bangka, Bagaimana Dampak Ekologi dan Sosial Budaya?

Tambang Timah Apung dan Kecemasan Masyarakat Sebagin Menghadapinya

**

 

Masyarakat Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka-Belitung, bukan hanya menghadapi pembangunan Jembatan Bahtera [Bangka-Sumatera]. Tetapi juga, kemungkinan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir [PLTN]. Apa tanggapan masyarakat?

Rencana pembangunan PLTN di Pulau Bangka diketahui masyarakat Bangka-Belitung, setelah muncul pemberitaan di media massa terkait rencana Kementerian Energi Sumber Daya Mineral [ESDM] membangun PLTN di Indonesia

Disebutkan dalam pemberitaan tersebut, Bangka Pos, salah satu potensi nuklir di Indonesia berada di Bangka-Belitung. Provinsi ini memiliki tanah aluvial sekitar 400 ribu hektar, potensi thorium 120 ribu ton, uranium 24 ribu ton, serta unsur tanah jarang 7 juta ton.

 

Seorang warga beristirahat di depan persawahan yang dijadikan kebun palawija di musim kemarau. Sebagian warga Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka-Belitungini menolak PLTN. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Di mana lokasi rencana pembangunan PLTN di Bangka-Belitung? Berdasarkan “Ringkasan Eksekutif Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Bangka Selatan” oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional [Batan] tahun 2010 lalu kemungkinan calon tapak berada di Kabupaten Bangka Barat dan Bangka Selatan.

Di Bangka Selatan, calon tapak berada di Kecamatan Simpang Rimba, khususnya di Desa Sebagin.

 

Suasana di jalan Desa Sebagin. Masyarakat harsu siap menghadapi perubahan dengan hadirnya pembangunan infrastruktur. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Disebutkan, calon tapak PLTN di Bangka Selatan berada di Bukit Permis dengan ketinggian 457 meter. Sungai yang mengalir di area calon tapak adalah Sungai Nembus dengan debit maksimum 286 meter kubik per detik. Di area tapak terdapat dataran dengan elevasi antara 5-7 meter dari permukaan laut seluas 208 hektar.

Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung, merupakan desa terdekat dengan calon tapak yang luasnya mencapai 362 kilometer persegi.

 

Bukit dekat Tanjung Berani, lokasi tiang Jembatan Bahtera di Bangka ini, rencananya akan dijadikan lokasi PLTN. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Warga menolak PLTN

Pertengahan Agustus 2019, Mongabay Indonesia didampingi warga Desa Sebagin melihat lokasi rencana pembangunan PLTN yang saat ini terdapat sebuah tower pemancar dan sebuah bangunan kecil. Lokasinya, sekitar dua kilometer dari Tanjung Berani-Tanjung Kerasak, Desa Sebagin.

“Itu dibangun sekitar 2011 lalu. Sebenarnya, kami masih menolak keberadaan PLTN itu, mengapa harus di Desa Sebagin? Dampaknya pasti sangat terasa, terutama dengan lingkungan sekitar. Sementara mayoritas masyarakat di sini bergantung dengan hasil alam, baik di darat maupun laut,” kata Reno, warga Desa Sebagin.

Selain itu, sosialisasi serta keterlibatan masyarakat terkait pembangunan PLTN di Desa Sebagin sangat minim. “Belum ada info detil pembangunan, informasi hanya didapat dari media sosial dan internet. Tiba-tiba mess sudah dibangun, tower sudah jadi. Sudah tak terhitung, berapa banyak orang asing yang keluar masuk desa kami,” lanjut Reno.

 

Tower pemancar dan bangunan ini diperkirakan lokasi pembangunan PLTN di Desa Sebagin, Bangka Selatan. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

“Cukup timah apung [penambangan timah di laut] yang merusak laut. Jangan sampai PLTN menambah keresahan kami, para nelayan. Belum lagi, lokasi pembangunan persis di bibir pantai, limbahnya pasti berdampak, kalau terjadi bencana, warga di sini yang pertama kali kena imbas,” kata Abdul Aziz, warga lainnya.

 

Sungai Nembus di Kecamatan Simpang Rimba,Kabupaten Bangka Selatan. Jika PLTN jadi dibangun, sungai ini masuk lokasi proyek tersebut. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Permukiman warga Desa Sebagin jaraknya sekitar tiga kilometer dari Tanjung Berani, yang merupakan lokasi pembangunan Jembatan Bahtera, yang juga dekat dengan rencana pembangunan PLTN.

“Jika di laut kami mengalami masalah ikan yang berkurang, di darat kami menghadapi persoalan tanaman lada yang banyak terserang penyakit. Urusi dulu lada kami, selesaikan persoalan kami, jangan bangun PLTN sekaligus jembatan di sini. Ini meresahkan kami,” kata Haidir, petani lada di Desa Sebagin.

 

Bukan hanya penambangan timah rakyat di laut yang meresahkan masyarakat Desa Sebagin, Bangka, tetapi juga soal rencana pembangunan PLTN. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

“Jangan hanya kami kena imbas negatif, ada puluhan kepala keluarga yang menggantungkan hidup dari hasil alam. Masyarakat pun harus sadar dan tergerak, mengawal proses pembangunan itu. Jangan sampai, setelah semuanya selesai baru mengeluhkan dampak,” kata Frandinata, seorang pengajar di Desa Sebagin.

“Apalagi PLTN sudah ada contoh kejadian. Kecelakaan di luar sana, seperti di Jepang dan Ukraina. Jika itu terjadi di sini, bukan hanya masyarakat Desa Sebagin yang merasakan dampak, tapi seluruh Bangka-Belitung, Sumatera. Bahkan seluruh Indonesia,” ujarnya.

 

Peta Kajian Calon Tapak PLTN di Bangka Selatan. Peta: Badan Tenaga Nuklir Nasional

 

Walhi tolak PLTN

“Kami [Walhi] menolak keras rencana pembangunan PLTN di wilayah mana pun di Indonesia. Apalagi di Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung yang sudah banyak kerusakan lingkungan seperti galian tambang timah, akses rakyat atas lahan yang semakin sempit karena konsesi sawit, dan tanaman industri,” kata Mualimin Pardi Dahlan, anggota Dewan Nasional Walhi, Rabu [28/8/2019].

“Alasan lainnya, nuklir memiliki dampak radiasi sangat berbahaya selain merupakan sumber energi kotor. Masih banyak potensi sumber daya lain yang lebih bersih dan aman untuk dikembangkan seperti tenaga surya, panas bumi, angin, dan air. Belum lagi, biayanya jelas tinggi dan akan membebani rakyat lagi. Bayangkan, ada ancaman keselamatan sekaligus hidup miskin,” lanjutnya.

“Sekali lagi kami menolak keras,” tegasnya.

 

*Nopri IsmiMahasiswa Fakultas Dakwah UIN Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, mengikuti pelatihan jurnalistik Mongabay Indonesia di Palembang pada 2017 dan 2018

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,