- Dua individu orangutan memilih bertahan di lahan habis terbakar, di Desa Sungai Awan Kiri, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Asap masih mengepul di areal tersebut.
- Ketika diselamatkan, keduanya dehidrasi, bahkan ada peluru senapan angin bersarang di wajah salah satu orangutan.
- Kebakaran hutan dan lahan sangat mengancam kehidupan orangutan, menghabiskan habitat mereka. Data Yayasan IAR Indonesia pada 2015 menunjukkan, akibat kebakaran di tahun tersebut lebih 40 orangutan harus diselamatkan.
- Kabupaten Ketapang tercatat sebagai pemiliki titik api terbanyak di Kalimantan Barat. Akhir Agustus, jumlahnya mencapai 578 titik, diikuti Kayong Utara [216 hotspot], dan Kubu Raya [160 hotspot].
Kabut asap telah menyelimuti Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, sejak Agustus 2019. Bukan hanya masyarakat yang menderita, satwa liar juga mengalami hal yang sama. Tim International Animal Rescue [IAR] Indonesia pun memaksimalkan patrolinya. Senin [16/9/2019], tim mendapati dua individu orangutan bertahan di atas pohon, di tengah lahan habis terbakar, di Desa Sungai Awan Kiri, Kecamatan Muara Pawan.
Asap masih mengepul di sekitar lahan itu. Kondisi yang mengharuskan kedua individu segera dievakuasi. Tim penyelamat bergerak, kurang satu jam, mamalia malang itu sudah terbius dan diamankan dalam kandang transportasi, satu jantan dan betina. Masing-masing diperkirakan usia 20 tahun.
Ketika diselamatkan, keduanya dehidrasi, bahkan ada peluru senapan angin bersarang di wajah salah satu orangutan. Oleh tim, orangutan jantan dinamai Bara dan Arang untuk betina.
“Penyelamatan ini bukti, kebakaran hutan dan lahan turut mengancam kehidupan orangutan,” kata Ketua Yayasan IAR Indonesia, Tantyo Bangun.
Baca: Izin Lima Perusahaan Diusulkan Dicabut, Gubernur Kalbar: Kebakaran di Konsesi Perusahaan Terbukti

Dia bilang, bisa jadi ini permulaan. Berdasarkan pengalaman kebakaran 2015, efeknya terasa satu tahun. Akan banyak orangutan kehilangan habitat.
“Pada 2015, Kementerian LHK dan Yayasan IAR Indonesia menyelamatkan lebih 40 orangutan. Dampak jangka panjang, tingkat kerentanan orangutan terhadap kepunahan semakin besar,” katanya.
Kedua orangutan tersebut menjalani observasi dan perawatan di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Orangutan IAR Indonesia di Ketapang. Keduanya liar, biasa hidup di alam bebas, tidak perlu rehabilitasi.
Baca juga: Derita Orangutan, Akibat Asap Kebakaran Hutan dan Lahan

Taman Nasional Gunung Palung menjadi pilihan habitat baru Bara dan Arang. Di lokasi itu, berdasarkan survei IAR ketersediaan pakan cukup tinggi dan statusnya taman nasional. Keselamatan terjamin.
“Kami merespon pengaduan terhadap tujuh individu orangutan yang terdampak kebakaran hutan dan lahan di landskap Sungai Putri Gunung Palung. Kami menyiapkan tempat translokasi, yakni di Batu Barat, Riam Bikinjil dan Daun Sandar,” jelas Kepala Balai Taman Nasional Gunung Palung, M. Ari Wibawanto.
Masyarakat dapat menghubungi Call Center Balai TANAGUPA [Taman Nasional Gunung Palung] nomor 082253034343 atau Call Center BKSDA Kalimantan Barat [08117576767], juga Call Center Yayasan IAR Indonesia [08115777173], terhadap persoalan karhutla.
Direktur IAR Indonesia, Karmele Llano Sanchez, menambahkan, kebakaran bukan hanya mengancam manusia tetapi juga orangutan dan satwa lain. “Jika kita tidak mengatasi, populasi orangutan makin terancam,” ujarnya.

Titik api terbanyak
Kabupaten Ketapang tercatat sebagai pemiliki titik api terbanyak di Kalimantan Barat. Akhir Agustus, mencapai 578 titik, diikuti Kayong Utara [216 hotspot], Kubu Raya [160 hotspot], Sintang [81 hotspot], Melawi [29 hotspot], Sambas [17 hotspot], Sanggau [15 hotspot], Kapuas Hulu [10 hotspot], Sekadau [5 hotspot], Singkawang [4 hotspot], Landak [3 hotspot], dan masing-masing satu hotspot di Mempawah, Bengkayang, serta Pontianak.
Kebakaran di areal Sungai Awan Kiri bukan hal baru. Di waktu hampir bersamaan, kebakaran hutan dan lahan [karhutla] terjadi di Jalan Pelang-Tumbang Titi, Desa Pelang, Kecamatan Matan Hilir Selatan.

Kepala Manggala Agni Daops Ketapang, Rudi Windra Darisman, dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, kebakaran lahan di Jalan Pelang muncul di lima titik berbeda. “Hal ini merepotkan petugas dalam penanganannya, padahal telah dibantu dua unit helikopter,” katanya.
Sutarmidji, Gubernur Kalimantan Barat, menegur tiga kepala daerah yang banyak terdapat titik api di wilayahnya. Bupati Kabupaten Ketapang, Kayong Utara, dan Kubu Raya diminta tidak meninggalkan daerah sebelum pemadaman dilakukan. “Jangan sampai ada yang melindungi korporasi. Saya minta tetap di tempat. Karhutla harus ditangani maksimal, jangan dibiarkan,” katanya.

Terganggu asap
Sejak tanggal 12 September, siswa pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah atas diliburkan karena kualitas udara yang tidak sehat. “Udara berbahaya untuk aktivitas di luar rumah,” terang Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harrison, menyatakan akibat asap kebakaran hutan dan lahan, sebanyak 6.025 warga menderita infeksi saluran pernapasan akut [ISPA]. Penderitanya hampir semua rentang usia. “Data tersebut untuk seluruh Kalbar, sejak bencana karhutla,” katanya.
Dampak asap menyebabkan sejumlah bandara di Kalimantan Barat sempat lumpuh. Di antaranya, Bandara Supadio Pontianak, Bandara Rahadi Oesman Ketapang, dan sejumlah bandara perintis di Sambas. Sebanyak 37 penerbangan dari dan ke Bandara Supadio Pontianak dibatalkan, Senin lalu. Rinciannya, 19 rencana penerbangan dan 18 rencana pendaratan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Kalbar, Lumano, menjelaskan, langkah penanganan teknologi modifikasi cuaca [TMC] untuk membuat hujan buatan di wilayah Kalbar, juga dilakukan. “Diharapkan hujan turun,” ujarnya.
Badan Penerapan Pengkajian dan Teknologi [BPPT] yang menaburkan kapur tohor aktif atau kalsium oksida [CaO]. “Kapur tohor ditaburkan di gumpalan asap sehingga dapat mengurai partikel karhutla dan gas. Asap hilang dan radiasi matahari menembus permukaan Bumi,” ujar Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto dalam keterangan tertulis.
Teknologi penaburan ini dilakukan karena kabut asap menghambat proses penguapan sebagai syarat terbentuknya awan. Asap karhutla tertahan dan melayang di angkasa. “Dengan kapur tohor aktif diharapkan konsentrasi asap berkurang, awan terbentuk, dan garam bisa ditebar untuk menghasilkan hujan buatan,” jelasnya.