- Periode Januari-Februari 2020, masyarakat di Samar Kilang, Kecamatan Syiah Utama, Kabupaten Bener Meriah dan di Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh dikejutkan dengan kemunculan harimau.
- Di Samar Kilang, lima individu harimau sumatera berkeliaran di sekitar kebun masyarakat.
- Di Desa Singgersing dan Darul Makmur, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, tiga individu harimau memangsa ternak warga.
- Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Aceh, Agus Irianto, mengatakan, satu individu harimau telah tertangkap di Subulussalam yang selanjutnya akan ditranslokasi ke wilayah yang jauh dari permukiman masyarakat.
Konflik manusia dengan harimau sumatera di Aceh masih saja terjadi. Periode Januari-Februari 2020, tercatat dua kali kejadian, yaitu di Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam dan di Samar Kilang, Kecamatan Syiah Utama, Kabupaten Bener Meriah.
Di Desa Singgersing dan Darul Makmur, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, beberapa individu harimau dilaporkan masyarakat berkeliaran dekat kebun mereka, sejak pertengahan Februari 2020.
“Ada harimau remaja dan besar, tapi yang besar kakinya cacat,” kata Munawir, warga Sultan Daulat.
Munawir menuturkan, harimau tersebut memangsa dua ekor sapi peliharaan warga yang berada di kebun sawit. “Warga melihat jejak di sekitar bangkai sapi itu,” ujarnya.
Baca: Harimau Sumatera Tetap Diburu Meski Statusnya Dilindungi
Atas kejadian tersebut, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Aceh menjelaskan, tim Seksi Konservasi Wilayah II Subulussalam bersama lembaga mitra dibantu anggota Kepolisian dan TNI di Kecamatan Sultan Daulat, pada 21 Februari 2020 telah melakukan patroli malam di Desa Singgersing.
“Kegiatan ini merupakan tindak lanjut laporan masyarakat akan kehadiran harimau. Seorang warga Desa Singgersing, Rama, pada 19 Februari 2020 menemukan jejak kaki harimau di kandang sapinya. Ketika tim BKSDA melakukan ground check, benar bahwa jejak tersebut adalah harimau,” terang Agus Irianto, Kepala BKSDA Aceh, Jumat [06/3/2020].
Menurut Agus, patroli merupakan langkah antisipasi sekaligus meredam keresahan masyarakat. Selain itu, BKSDA Aceh juga menurunkan pawang untuk menghalau harimau dari pemukiman warga.
“Selain mengusir, kami bersama mitra memasang kamera jebak di sekitar daerah konflik,” ujarnya.
Baca: Konflik Manusia dengan Harimau, Harmoni Kehidupan yang Perlahan Hilang
Dari hasil kamera jebak diketahui ada tiga individu, satu induk dan dua harimau pra-dewasa, yang satu kaki depannya terluka seperti terkena jerat. Jalannya pincang.
“Harimau yang terluka cenderung melakukan perburuan yang mudah seperti ternak. Harimau itu juga terisolir di sekitar permukiman dan kebun,” tambah Agus.
Untuk menyelamatkan harimau yang cidera, tim BKSDA bersama mitra berusaha menangkapnya dengan memasang kandang jebak, pada 26 Februari lalu.
“Rencananya, harimau akan diobati dan akan ditranslokasi ke tempat lain, atau ke hutan yang statusnya lindung.”
Agus melanjutkan, pada 6 Maret 2020, satu individu harimau berhasil ditangkap. Namun, yang masuk perangkap yang tidak cacat dan berjenis kelamin betina. Tim dokter hewan yang terdiri tim medis satwa BKSDA Aceh didampingi dokter hewan dari Forum Konservasi Leuser dan PKSL FKH Unsyiah melakukan penanganan medis, termasuk screening kesehatan untuk persiapan kelayakan translokasi.
“Harimau itu dijaga Balai KSDA Aceh bersama tim WCS IP, Kepolisian, dan Koramil, untuk selanjutnya dipindahkan ke kandang evakuasi. BKSDA dan mitra akan tetap memantau pergerakan dua individu lainnya juga,” tegasnya.
Hal serupa
Hal serupa terjadi di Samar Kilang. Lima individu harimau sumatera berkeliaran di sekitar kebun masyarakat. Sebagian masyarakat melihat langsung dan sebagian lain menemukan jejaknya.
“Keberadaan harimau tersebut sekitar tiga kilometer dari pusat Kecamatan Syiah Utama,” terang Yusran, warga Samar Kilang, pada 28 Februari 2020 lalu.
Yusran mengaku, masyarakat takut akan hadirnya Panthera tigris sumatrae, terlebih Samar Kilang dikelilingi hutan lebat yang menyatu dengan Kawasan Ekosistem Leuser. “Warga melihat dua harimau dewasa dan tiga masih kecil,” ujarnya.
Camat Syiah Utama, Kabupaten Bener Meriah, Khalissuddin, mengatakan telah menerima informasi harimau sumatera berkeliaran dekat perkebunan masyarakat. Dia telah melaporkan kejadian tersebut ke BKSDA Aceh.
“Saya juga meminta masyarakat hati-hati dan selalu waspada saat berkebun atau pergi ke kawasan hutan. Jangan pergi sendirian, terlebih ibu-ibu,” ujarnya.
Khalisuddin menuturkan, dirinya juga telah meminta masyarakat agar tidak melukai atau membunuh harimau karena satwa tersebut dilindungi dan terancam punah.
“Ini memang serba salah, tapi masyarakat harus taat hukum. Kami juga telah mengeluarkan larangan agar tidak ada perburuan, terutama burung, khususnya di Samar Kilang,” tegasnya.