- Terminal Intermoda Joyoboyo [TIJ] diklaim sebagai green terminal pertama di Indonesia.
- TIJ didesain ramah lingkungan, terutama dalam penggunaan energi dan pemanfaatan air limbah. Gedung dikonsep terbuka sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk. Lampu penerangan di luar gedung menggunakan solar panel, sebagai sumber energi listrik.
- Terminal ini juga dirancang sebagai park and ride, yang menunjang objek wisata legendaris di Kota Surabaya. Gedung ini juga menjadi solusi terbatasnya lahan parkir.
- Konsep green building tidak selalu menonjolkan banyaknya tanaman di dalam maupun sekitar gedung. Namun, lebih pada tata guna lahan efisiensi penggunaan air, listrik dan energi matahari sebaik mungkin.
Kota Surabaya terus melakukan pembenahan. Salah satunya, dengan menghadirkan terminal representatif, nyaman, dan ramah lingkungan. Adalah Terminal Intermoda Joyoboyo [TIJ], yang diklaim sebagai green terminal pertama di Indonesia.
Revitalisasi yang dilakukan awal 2018 hingga akhir 2019, menjadikan Terminal Joyoboyo yang dulunya identik sebagai kawasan kumuh, kini sebagai fasilitas publik mambanggakan.
Dibangun di lahan seluas 8.669 meter persegi, TIJ merupakan bangunan 5 lantai tempat naik-turun penumpang dari berbagai penjuru kota sekaligus sarana moda transportasi.
Baca: 10 “Green Building” Terbaik 2016 yang Begitu Menginspirasi
Terminal ini juga dirancang sebagai park and ride, yang menunjang objek wisata legendaris di Kota Surabaya, yaitu Kebun Binatang Surabaya yang terletak di bagian utara terminal. Gedung ini juga menjadi solusi terbatasnya lahan parkir di Kota Surabaya, sehingga mengurangi parkir liar.
“Semua kendaraan tujuan Joyoboyo masuk ke sini, termasuk Suroboyo Bus. Penumpang yang turun termasuk yang akan ke Kebun Binatang Surabaya, nantinya lewat bawah [jalan], sehingga crowded-nya bisa kita tata. TIJ juga kita desain untuk antarmoda, termasuk [nantinya] trem, semua bisa tersambung di sini,” kata Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya, baru-baru ini.
TIJ menurut Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad, mampu menampung sekitar 500 sepeda motor, 350 mobil pribadi, 100 sepeda angin, 16 bus pariwisata, serta angkutan umum yang transit.
“Suroboyo Bus sudah masuk, termasuk puluhan angkot dari arah selatan, barat, timur dan utara Surabaya,” terangnya.
Dengan beroperasinya Terminal Intermoda Joyoboyo diharapkan masyarakat semakin sadar memanfaatkan angkutan umum dan fasilitas publik yang telah disediakan pemerintah kota.
“Dengan begitu kemacetan dapat dikurangi, juga risiko kecelakaan. Ke depan, akan menjadi tempat transitnya angkutan umum massal seperti trem dan monorel yang telah digagas Pemerintah Kotas Surabaya,” ujar Irvan.
Baca: Merancang Bentuk Kota-kota Masa Depan Dunia. Seperti Apa?
Green terminal
Berlabel green terminal, TIJ memang didesain ramah lingkungan, terutama dalam penggunaan energi dan pemanfaatan air limbah. Gedung ini dikonsep terbuka sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk. Terminal ini juga dilengkapi lift, tangga berjalan, dan tangga biasa. Lampu penerangan di luar gedung, semuanya menggunakan solar panel, sebagai sumber energi listriknya.
“Air limbah kamar mandi dan wastafel, digunakan kembali untuk menyiram WC atau toilet. Juga, untuk menyiram tanaman, termasuk taman di green wall di utara dan selatan gedung,” tutur Irvan.
Baca juga: Wujudkan Eco City, Pemkot Surabaya Gelar Green Building Awareness
Pemerintah Kota Surabaya juga berharap, fasilitas publik ini dapat dimanfaatkan masyarakat. Satu lantai di gedung ini, disiapkan sebagai taman bermain bertema lalu lintas, sehingga anak dapat bermain sekaligus belajar tertib berlalu lintas. Penyediaan ruang terbuka hijau juga menjadikan terminal lebih ramah lingkungan, dan mengurangi polusi udara.
“Harapannya, nanti ini juga dapat jadi objek wisata warga kota, karena akan dilengkapi taman serta area bermain anak,” imbuh Tri Rismaharini.
Rencana di 2020 ini, Pemerintah Kota Surabaya akan menerapkan pembayaran non tunai, menggunakan e-paymet di semua pelayanan TIJ. Tarif yang dikenakan mengacu peraturan daerah yang mengatur parkir.
“Kami akan kerja sama dengan perbankan, e-payment hampir sama dengan kartu masuk tol,” lanjut Irvan.
Dosen Teknik Sipil Universitas Widya Kartika Surabaya, Agustinus Angkoso, menyatakan konsep green building tidak selalu menonjolkan banyaknya tanaman di dalam maupun sekitar gedung. Namun, lebih pada tata guna lahan dan fungsi gedung. Bangunan berkonsep hijau juga harus memperhatikan efisiensi sumber daya alam.
“Tata guna lahan didukung infrastruktur, letaknya dengan pusat kota mendukung aktivitas gedung itu sendiri. Tidak perlu ada pergerakan terlalu jauh. Green sendiri tidak melulu soal tanaman, tapi juga bagaimana penggunaan sumber daya, seperti listrik dan air sehemat mungkin,” tandasnya.