- Penyehatan lingkungan dan pola hidup sehat kembali jadi topik hangat pasca pandemi COVID-19
- Pemprov Bali melakukan penyemprotan disinfektan serentak namun tak menyeluruh di sejumlah lokasi publik, terutama area turis.
- Penyemprotan harus dilakukan rutin termasuk menyediakan sarana cuci tangan dan sanitizer yang terjangkau. Namun hingga kini, harganya masih melonjak dan sulit dicari.
- Kampanye hidup sehat dinilai cara terbaik karena COVID-19 belum ada obatnya.
Pemerintah dan warga memiliki cara dan strategi melakukan aksi penyehatan lingkungan dalam masa pandemi COVID-19 ini. Masih terbatasnya sarana kesehatan seperti alat pelindung diri di pasaran, warga mulai mandiri membagi pengalamannya melakukan penyehatan lingkungan dan diri sendiri.
Gusti Ngurah Mahardika, dokter hewan dan ahli virus dari Bali ini mengajak melakukan biosekuriti yang pernah diterapkan dalam mencegah wabah Flu Burung. “Budaya berarti harus menjadi pola hidup sehari-hari,” demikian kampanyenya di media sosial. Tindakan memakai masker, hand sanitizer, dan cuci tangan saja menurutnya tidak cukup.
Ia menjelaskan rumah adalah zona hijau, ini harus bebas Corona. Caranya dengan desinfeksi rutin peralatan rumah tangga seperti meja, kursi, pintu, lantai, kamar mandi, dan lainnya. Desinfektan apa saja bisa dipakai. Paling murah dan lazim menurutnya kaporit atau cairan pemutih pakaian.
Dari manapun kita datang, peluang membawa virus ada (ini disebutnya zona merah). Sampai di rumah, di depan pintu ia meletakkan ember dan hand sanitizer atau lap basah ber-desinfektan (area kuning). “Bagi saya, biosekuriti paling efektif adalah mandi, keramas, ganti baju. Karena itu, setelah masuk rumah, yang dituju pertama adalah kamar mandi,” paparnya.
baca : LIPI: Cegah Virus Corona, Jaga Kebersihan Diri dan Pakai Hand Sanitizer Teratur
Ada juga Gede Kresna, seorang arsitek dan pengampanye hidup alami di Kabupaten Buleleng. Ia memberi 10 langkah antisipasi yang dipraktikkan di Rumah Intaran, sebutan bagi rumah sekaligus workshop-nya di Desa Bengkala, sekitar 3 jam dari Kota Denpasar.
Di antaranya, membilas tangan dengan air rebusan daun intaran 3 kali sehari. Daun intaran dikenal sebagai disinfektan alami. Konsumsi 1 sendok madu lebah setiap hari. Jika pergi ke luar rumah remas 3 lembar daun sirih dan usapkan ke sekujur tangan, dan mandi dengan rebusan daun intaran sepulang dari bepergian. Tamu yang datang ke Rumah Intaran dipersilahkan membasuh tangan dengan rebusan daun intaran.
Penyemprotan oleh pemerintah
Pasien pertama dengan infeksi COVID-19 di Indonesia meninggal setelah dirawt di Bali pada 11 Maret 2020. Warga asal Inggris ini adalah perempuan 53 tahun ini disebut didiagnosa juga menderita 4 penyakit bawaan yaitu menderita gula atau diabetes, hipertensi, hiperteroid, dan penyakit paru menahun.
Pada Minggu (15/3), pemerintah melakukan penyemprotan (spraying) disinfektan ke sejumlah tempat publik, seperti lokasi dengan kerumunan turis. Namun tidak menyeluruh. Salah satunya di dermaga penyeberangan ke kepulauan Nusa Penida di Pantai Mertasari, Sanur. Upaya penyehatan lingkungan ini dipimpin Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati yang akrab dipanggil Cok Ace ini.
Penyemprotan dilakukan pada kursi, besi pemegangan tangan, payung-payung berjemur di pantai, dan lainnya. Sejumlah turis juga diberikan masker. Penyemprotan ini sudah dilakukan sehari setelah pasien pertama di Indonesia yang diidentifikasi sebagai kasus 25 meninggal di Bali. Namun, publikasi edukasi dan penyediaan titik cuci tangan atau hand sanitizer masih terbatas.
Wagub berharap spraying disinfektan diharapkan tidak hanya dilakukan pemerintah, namun masyarakat untuk melakukan secara rutin di tempat kerja atau wilayahnya masing-masing untuk mencegah penyebaran Virus Corona.
baca juga : COVID-19 Mewabah, Herbal Naik Daun
Hingga saat ini belum ada keputusan dari Pemprov Bali untuk melakukan langkah isolasi atau lockdown. Sejumlah festival yang rencananya dilakukan pada Maret dan April akan ditunda penyelenggaraannya.
Ketua Satgas Penanggulangan COVID-19 adalah Sekda Provinsi Bali Dewa Indra. Menurutnya upaya pencegahan penyebaran harus dilakukan tanpa kepanikan. Ia mengirimkan surat kepada Bupati/Walikota di Bali untuk menunda sementara perjalanan dinas luar daerah khususnya ke kota kota yang terinfeksi Virus Corona.
Putu Astawa, Kepala Dinas Pariwisata Bali mengatakan penyemprotan harus rutin, karena tak ada satu cara efektif. “Terpenting menurut saya jaga kesehatan. Penyakit sekarang kan ada DBD (demam berdarah dengue) yang mirip. Terlalu fokus Corona, tapi lupa DB, kan sama belum ada obatnya, minum banyak, makan sehat,” urainya.
Dari data Imigrasi per 9 Maret ini, jumlah turis mancanegara yang tiba sekitar 11 ribu per hari. Jika dirata-ratakan per bulan, jumlahnya sekitar 330 ribu. Dibanding bulan yang sama tahun lalu, jumlahnya 430 ribu, jadi ada penurunan sekitar 20% dampak pandemi COVID-19.
“Selain low season juga penutupan penerbangan dari dan menuju China karena tiap bulan sekitar 100 ribu, berkontribusi pada pariwisata Bali,” sebutnya. Saat ini, turis terbanyak berasal dari Australia, Amerika, Eropa, dan Rusia.
Lokasi kunjungan turis Tiongkok adalah kepulauan Nusa Penida dan Tanjung Benoa, tak heran kedua lokasi ini kini lebih sepi. Sekarang kebanyakan di Ubud, Nusa Dua, dan Kuta. Rata-rata keterisian kamar biasanya 60% dan kini turun sekitar 20%.
Dampak pandemi COVID-19 lainnya adalah pekerja pariwisata dirumahkan, terutama jika pelanggannya 100% Tiongkok. Astawa minta menghindari event-event dengan kerumunan padat terutama lintas dari warga negara. “Belum ada warga Bali terinfeksi karena warga kita belum ada yang positif,” ujarnya. Selain itu siasat lain adalah menjaga imunitas dengan istirahat dan hidup sehat karena belum ada obatnya.
Sementara untuk turis domestik diukur dua kali per tahun tiap Juli dan Desember. Dampaknya belum teranalisis dari data karena pemerintah sulit mencatat wisatawan domestik. “Agak susah mana wisatawan mana pulang kampung di pelabuhan dan bandara,” kilahnya.
menarik dibaca : Wabah Corona: Hindari Kontak Langsung dengan Satwa Liar
Pemerintah memiliki dua skenario dampak COVID-19. Pertama, prediksi mild, dalam 3 bulan pulih, dan 3 bulan berikutnya pemulihan citra pariwisata. Kedua, masa pulih dan pemulihan masing-masing 6 bulan. Namun belum ada analisis detailnya.
Dari survei, wisatawan mancanegara membelanjakan uangnya sekitar Rp2,3 juta per hari. Namun di tengah kewaspadaan dan membatasi aktiviats ini, Gubernur dan pejabat lain malah kampanye We Love Bali Movement dengan rencana menghelat sejumlah event internasional.
Astawa meralat bahwa itu baru perencanaan, setelah situasi memungkinkan baru dilaksanakan. “Baru tahap perencanaan. Jadwalnya paling cepat April,” sebutnya. Aktivitas yang melibatkan sebagian besar warga Bali dalam waktu dekat adalah ritual Melasti jelang Hari Raya Nyepi yang dimulai pekan depan dan parade pengarakan Ogoh-ogoh.
Belum ada informasi pembatalan. “Intinya kita harus jaga kondisi, fit, vitamin lah,” jawab Astawa soal imbauan untuk turis yang juga senang menonton parade di tiap desa pada malam jelang Hari Nyepi pada 25 Maret ini. Nyepi berarti hening dalam menandai tahun baru saka. Seperti sebelumnya, Bali akan rehat dari aktivitas luar rumah selama 24 jam, termasuk penutupan bandar udara dan pemutusan sebagian akses internet.
baca juga : Pandemi COVID-19, Peringatan untuk Manusia Hidup Berdampingan dengan Satwa Liar
Protokol kesehatan
Rakor Satgas pada 13 Maret menyebutkan ada lima hal mendesak yang akan dilakukan oleh Satgas COVID-19 Pemprov Bali. Pertama, peningkatan kapasitas penanganan penyakit, khususnya di fasilitas kesehatan, dalam hal ini rumah sakit. Memastikan fasilitas kesehatan mempunyai kapasitas yang memadai untuk mengantisipasi peningkatan penyebaran COVID-19.
Dewa Indra meminta supaya faskes memiliki kapasitas ruang isolasi dalam jumlah mencukupi dan standar yang memadai. Selain itu, tim medis dengan kualifikasi yang memadai juga harus dipastikan jumlahnya agar bisa mengantisipasi peningkatan pasien COVID-19. Sebab di situ nantinya pasien ditangani. Ketersediaan faskes dengan dukungan tim medis yang memadai akan membangun kepercayaan masyarakat. Sampai hari ini, kapasitas faskes dan dukungan tenaga medis masih cukup dan memadai.
Kedua, memastikan ketersediaan sarana yang berkaitan dengan pencegahan dan penularan COVID-19 seperti masker, hand sanitizer dan disinfektan. “Barang ini harus dipastikan tersedia, sebab kalau kosong akan memicu kepanikan,” tambahnya.
Ketiga, peningkatan kapasitas deteksi dini dan pencegahan di pintu masuk seperti bandara dan pelabuhan. Karena virus ini dinilai datang dari luar. Kalau pintu masuk aman, risiko bisa dieliminir.
Keempat, Tingkatkan upaya pengendalian penyebaran virus dengan melakukan pembatasan kegiatan yang melibatkan orang banyak. Kelima, menggencarkan kampanye dan edukasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Gubernur, Bupati/Walikota diminta membuat video durasi pendek yang bisa memberi informasi terkait COVID-19 dan cara pencegahannya. Sebab penyakit ini bisa dikendalikan melalui PHBS.
Menurut Dewa Indra lima hal itu nantinya akan dijabarkan dalam rencana operasional yang lebih teknis untuk memulihkan psikologis masyarakat dalam menghadapi situasi yang berkaitan dengan COVID-19.
Faskes yang menjadi rujukan bagi Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) saat ini ada empat RS yaitu RSUP Sanglah, RSUD Sanjiwani Gianyar, RSUD Tabanan dan RSUD Singaraja.
Siaran pers juga menyebutkan Wakapolda Bali Brigjen (Pol) I Wayan Sunartha telah memerintahkan anggotanya untuk menindak tegas oknum yang menimbun alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer, dan lainnya.
Sementara jumlah komulatif pasien dalam pengawasan di RS yang ada di Bali sebanyak 48 orang. Dari 48 orang hasil dari tes swap di Jakarta, dinyatakan 38 orang negatif COVID-19. Lainnya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.