- Sejak akhir Maret 2020, ubur-ubur (Aurelia aurita) memenuhi perairan dangkal sekitar Pelabuhan Tanjung Tembaga, Mayangan, Kota Probolinggo, Jatim.
- Koloni ubur-ubur juga mendekati saluran air PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Paiton 1-2 sejak Sabtu 25 April 2020. Berbagai langkah dilakukan untuk mencegah ubur-ubur memasuki saluran intake dengan memasang tiga lapisan saringan air yang tidak membunuh koloni ubur-ubur itu.
- Fenomena kehadiran ubur-ubur ternyata terjadi rutin tiap tahun saat peralihan musim, dari musim hujan ke musim kemarau. Kehadirannya tergantung cuaca dan iklim setempat, pada sekitar bulan Maret sampai Agustus
- Ubur-ubur itu diduga jenis Acromitus flagellatus atau ubur-ubur mangrove atau ubur-ubur sungai (mangrove/ river jellyfish) yang tidak menyengat sehingga tidak berbahaya. Biota laut kelas hydrozoa dan schyphozoa ada beberapa spesies yang memiliki fase sebagai medusa yang dikenal sebagai ubur- ubur.
Ubur-ubur (Aurelia aurita) memenuhi perairan Probolinggo, Jawa Timur. Biota laut pemakan plankton ini bertebaran di perairan sekitar Pelabuhan Tanjung Tembaga, Mayangan, Kota Probolinggo. Fenomena kemunculan ubur-ubur berlangsung sejak akhir Maret 2020.
Akun Facebook Sofi Yanto mengunggah video berdurasi 52 detik di grup facebook Info Lantas Probolinggo pada 28 April 2020. Sofi menulis, “pemandangan yang bagus….ubur…ubur di Pelabuhan Probolinggo.” Video memperlihatkan ubur-ubur mengambang memenuhi pesisir di dermaga menuju perahu pengantar penumpang.
Video dengan latar obrolan orang berbahasa Madura menjelaskan fenomena tersebut rutin berlangsung setahun sekali. Ubur-ubur berwarna putih tersebut berenang dan terhampar di permukaan air laut. Video tersebut telah dibagikan 60 kali, dikomentari 34 orang dan disukai 395 orang.
Pemilik akun Angelina Rismawati menanyakan apakah pelabuhan masih buka?. Sofi Yanto menjelaskan jika pelabuhan masih dibuka tapi khusus bagi para pekerja. “Buka, tapi untuk para pekerja di sana aja,” tulis Sofi Yanto.
baca : Ubur-ubur Tanpa Sengat, Biota Unik di Danau Air Asin Papua Barat

Menurut Sekretaris Himpunan Kapal Nelayan Mayangan Probolinggo, Jainul Fatoni nelayan tak terganggu dengan kehadiran ubur-ubur tersebut. Namun, merepotkan nelayan saat kapal melintas menuju laut lepas. Nelayan harus berusaha menghindari ubur-ubur khawatir tersangkut di baling-baling.
“Ubur-ubur berada di perairan dangkal, sedangkan kapal nelayan keluar masuk dermaga,” katanya. Namun, sejauh ini aktivitas kerja nelayan tak terganggu karena nelayan menangkap ikan di perairan sejauh 4 mil dari daratan. Fenomena kehadiran ubur-ubur, katanya, rutin saban tahun.
Populasi ubur-ubur meledak, memenuhi perairan dangkal saat peralihan musim, dari musim hujan ke musim kemarau. Terutama saat di laut lepas suhu dingin, ubur-ubur bergerak ke perairan dangkal untuk mencari suhu yang lebih hangat di pesisir. Namun, tak bisa dipastikan kapan kehadiran ubur-ubur tersebut. Tergantung cuaca dan iklim setempat.
“Perkiraan Maret sampai Agustus,” katanya. Nelayan membiarkan saja biota laut tersebut memenuhi perairan dangkal. Lantaran biasanya ubur-ubur akan hilang atau kembali ke lautan lepas secara alamiah. Nelayan juga tak tertarik mengolah ubur-ubur, lantaran tangkapan ikan cukup banyak dan melimpah.
Tetapi sejak kehadiran ubur-ubur kebiasaan masyarakat setempat jebur atau mandi air laut tak pernah lagi dilakukan. Lantaran tentakel ubur-ubur gatal saat menyentuh kulit. Seperti tersengat. “Tradisi jebur sudah jarang dilakukan sejak wabah COVID-19 dan kehadiran ubur-ubur,” ujarnya.
baca juga : Ubur-ubur Alien Bercahaya di Palung Mariana

Koloni ubur-ubur juga mendekati PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Paiton 1-2 sejak Sabtu 25 April 2020. Ubur-ubur terpantau mendekati bawah conveyor mulai pukul 03:30 WIB. Berbagai langkah dilakukan untuk mencegah ubur-ubur memasuki intake pembangkit listrik agar tak menganggu penyediaaan tenaga listrik di pembangkit berdaya 2×400 Mega Watt (MW).
General Manager UP Paiton 1 dan 2, Mustofa Abdillah menjelaskan ribuan ubur-ubur terpantau bergerak secara massif dari arah barat sejak dua hari lalu. Langkah yang diambil, katanya, dengan menerapkan metode kehati-hatian dan ramah lingkungan. Menjaga biota laut ini tetap terjaga kelestariannya.
“Dikendalikan dengan tiga lapis pengaman,” katanya melalui siaran pers yang diterima Mongabay Indonesia. Berupa jaring-jaring, yang pertama di pasang di canal intake atau tempat masuk air laut yang berfungsi sebagai pendingin kondensor unit pembangkit. Jaring-jaring merupakan pengaman pertama untuk mencegah ubur-ubur masuk ke dalam canal intake.
Pengaman kedua ditempatkan di pompa, untuk menghindari ubur-ubur tersedot pompa. Jaring ketiga dipasang di depan area mesin untuk menghindari ubur-ubur masuk ke dalam komponen mesin dan mengganggu operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Libatkan Nelayan untuk Menghalau Ubur-Ubur
Selain pengamanan Internal, UP Paiton juga menggandeng nelayan di sekitar unit untuk menghalau ubur-ubur tersebut. Sebanyak tujuh perahu nelayan menggunakan jaring menggiring ubur- ubur ke tengah laut lepas. Bertujuan menjaga kelestarian lingkungan dan tidak membunuh ubur-ubur.
Invasi ubur-ubur juga pernah terjadi pada 2016. Sehingga manajemen telah siap menghalau ubur-ubur tanpa membunuh dan berperspektif lingkungan. Metode yang diterapkan, katanya, terbukti berhasil. Sampai Selasa (28/4/2020) ubur- ubur masih terlihat banyak di sekitar canal intake namun masih bisa kendalikan.
Selain keberlangsungan penyediaan tenaga listrik terjaga yang paling penting, kata Mustofa, metode tersebut harus ramah lingkungan. Sebanyak 15 personil menjadi garda terdepan dibantu para nelayan sekitar. Mereka bersiaga 24 jam non stop dengan sistem shift untuk menjaring ubur-ubur. Para personil bersiaga di tiga lapis sesuai penempatan jaring untuk menghalau potensi masuknya ubur-ubur ke area UP Paiton.
Direktur Utama PT PJB Iwan Agung Firstantara mengatakan serangan ubur-ubur tak menganggu produksi listrik, Pasokan listrik Jawa-Bali tetap terjaga. “Kami tetap berkomitmen menjaga pasokan listrik khususnya di sistem kelistrikan Jawa Bali,” ujarnya.
Tak mudah, katanya, menangani serangan ubur-ubur ini saat terjadi pandemi COVID-19 dan di tengah bulan Ramadan. Namun sebagai lini terdepan kelistrikan, katanya, tetap berkomitmen untuk mengatasi serangan ubur-ubur tersebut.
menarik dibaca : Ubur-ubur Surai Singa dan Fakta Uniknya

Siklus Tahunan
Ahli iktiologi ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Profesor Diana Arfiati menjelaskan jika ubur-ubur kategori biota laut jenis phylum coelenterata sub phylum cnidarian. Ada tiga kelas yaitu hydrozoa, schyphozoa dan anthozoa. Dalam kelas hydrozoa dan schyphozoa ada beberapa spesies yang memiliki fase sebagai medusa yang dikenal sebagai ubur- ubur.
Dalam siklus hidup kelompok ubur –ubur secara umum ada dua fase yaitu fase polyp yang menempel di substrat dan fase medusa yang melayang sebagai ubur-ubur. Saat terjadi ledakan populasi ubur-ubur seperti saat ini, berarti tengah musim pelepasan medusa.
Sedangkan ada jenis yang selamanya menempel yaitu kelas anthozoa yang kita kenal sebagai kelompok bunga karang atau terumbu karang. Ada yang selama hidup sebagai medusa saja, kelompok ini ada dalam kelas schyphozoa. Tetapi dalam kelas schypozoa ada juga yang siklus hidupnya dua fase, polyp dan medusa.
Karena musim ubur-ubur rutin tiap tahun, berarti ada jenis ubur-ubur kelas scypgozoa yang selama hidupnya sebagai medusa dan jenis ubur-ubur pada fase medusa.
“Nah biasanya pelepàsan medusa ini memang di musim-musim tertentu. Kalau yang saya tahu di Probolinggo musimnya menjelang musim kemarau,” katanya. Tetapi juga tergantung ombak dan salinitas (kadar garam terlarut) air laut. Ubur-ubur lebih banyak hidup di air asin, meskipun ada juga yang bisa hidup di air tawar.
Musiman juga terjadi di Probolinggo terjadi saat tertentu, biasanya dalam bulan Mei dan Juni. Namun, ia memastikan belum mengetahui persis musim yang tepat dan dalam situasi bagaimana.
“Saya pernah penelitian sekitar Juni dan Juli ternyata musimnya sudah lewat,” katanya.
Secara ekologis, biota laut tak bertulang belakang ini memiliki peranan penting dalam mata rantai makanan. Ubur-ubur memakan plankton dan ubur-ubur merupakan makanan alami bagi penyu, terutama dari beberapa jenis ubur-ubur yang racunnya lemah dan tak berbahaya jika dikonsumsi.
Ubur-ubur berenang lambat, sehingga mudah terbawa arus. Jika arus kuat ke PLTU Paiton, ubur-ubur bisa terseret dan terbawa ke dalam saluran pembangkit listrik. Profesor Diana menyatakan langkah mencegah ubur-ubur yang diterapkan PLTU Paiton sudah tepat. “Benar kalau dihalau dengan jaring atau diberi saringan,” katanya.

Predator Ubur Ubur Berkurang
Dwi Suprapti, Marine Species Conservation Coordinator, WWF-Indonesia mengidentifikasi jenis ubur-ubur berdasarkan video di televisi. Diduga merupakan ubur-ubur jenis Acromitus flagellatus atau dalam istilah umum dikenal dengan ubur-ubur mangrove atau ubur-ubur sungai (mangrove/ river jellyfish). Ubur-ubur ini jenis pelagis yang seringkali ditemukan di muara sungai, mangrove, serta pesisir pantai. Jenis ubur-ubur ini terdistribusi di perairan samudera hindia, laut jawa, perairan borneo, India, Taiwan, Jepang dan Malayan Archipelago.
Acromitus flagellatus bukan jenis ubur-ubur yang menyengat sehingga dia tidak membahayakan jika disentuh (harmless). Secara anatomi memiliki ciri-ciri fisik memiliki delapan tentakel (Oral arm) dan bintik-bintik coklat hingga hitam pada bagian exumbrella atau tudung luarnya. Warnanya bervariasi dari merah terang atau pink, abu-abu, dan putih atau transculent. Diameter tudung (umbrella) ubur-ubur jenis ini umumnya tidak melebihi 20 centimeter.
Fenomena blooming ubur-ubur jenis ini umumnya berhubungan dengan kondisi suhu, arus laut serta berkurangnya predator alaminya. Ubur-ubur menyukai area perairan yang hangat yaitu berkisar antara 28 derajat sampai 30 derajat celcius. Sesuai dengan kondisi perairan di Indonesia pada April memiliki suhu kisaran 28 derajat sampai 30 derajat celcius.
Selain suhu, kondisi perairan juga mendukung untuk berkembang biaknya ubur-ubur ini. Berkumpulnya ubur-ubur diduga disebabkan kondisi arus laut yang mendorong atau membawa ubur-ubur tersebar di perairan. Hingga terbawa ke tepi pantai bahkan hingga masuk ke kanal pelabuhan yang menjorok ke darat menyerupai teluk. Sehingga terakumulasi di area tersebut. Blooming ubur-ubur juga terkait keberadaan predator pemakan ubur-ubur yang berkurang. Salah satunya penyu sebagai predator alaminya.