- Masa pandemi Virus Corona, tak berpengaruh bagi usaha budidaya jamur, bahkan permintaan meningkat, terlebih penjualan secara online. Setidaknya, ini dirasakan Burhanul Abror cs dari Sumenep, Madura, Jawa Timur.
- Burhanul Abror, embudidaya jamur, mengatakan, serbuk kayu yang ideal adalah kayu sengon. Kalau dari serbuk kayu lunak, misal randu atau mangga, masa produktif lebih singkat, kalau pakai serbuk keras, proses tumbuh lama. Biasa, masa produktif panen jamur selama empat bulan, bila lebih tetapi kualitas jamur menurun.
- Ahmad Mahbubi, akademisi dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta mengatakan, budidaya jamur bermanfaat secara ekonomis dan ekologis. Pengelolaan serius dan intens bisa meraup keuntungan per siklus jamur, menyerap tenaga kerja dan menumbuhkan kewirausahaan. Secara ekologis, budidaya jamur bisa mengurangi limbah gergaji kayu karena sebagai salah satu media tanam jamur tiram. Selain pakai sisa gergajian kaju, juga jerami atau alang-alang.
- Menurut penelitian Puslitbang Sosial Ekonomi dan Perubahan Iklim (P3SEKPI, 2019), budidaya jamur oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) mampu mengalihkan ketergantungan masyarakat pada hutan, mengurangi penebangan liar dan meningkatkan konservasi hutan.
Burhanul Abror, Fadlur, dan Saudi, memutuskan untuk budidaya jamur tiram. Tiga sekawan ini patungan. Berangkat dari nol, hanya Abror yang mempunyai sedikit pengalaman budidaya jamur.
“Tettih engko’ maskenah pernah alakoh, kaloppaeh. Mulai ngantang se panbileh deri nol pole, ghun nga’ nginga’ih keyah. Ghi’ nyare referensi pole (Meskipun saya pernah bekerja, lupa. Ketika mulai lagi kemarin, mulai dari nol, hanya mengingat-ingat. Masih mencari referensi lagi),” kata Aang, sapaan akrab Abror, pertengahan Mei 2020.
Mereka mulai usaha itu sejak September 2019. Aang harus mengingat-ingat kembali pengalaman kala bekerja sebagai pembudidaya jamur tiram lima tahun silam. Berbagai bahan dan alat bekas tempat dulu bekerja, dia pakai dengan tetap membeli beberapa kekurangan. Awalnya, mereka uji coba dulu. Dalam uji coba, mereka membibit 300 baglog, yang berhasil tumbuh 250 baglog jamur.
Setelah uji coba berhasil, mereka tak langsung produksi karena terkendala dana. Mereka mencari dana untuk membangun fasilitas sekitar Rp10 juta. Mereka sudah ada lahan.
Sekarang, mereka sudah punya 1.000 baglog, per hari panen empat sampai lima kilogram dan harga Rp16.000 perkg.
Mereka memasarkan hasil budidaya secara daring, maupun informasi dari mulut ke mulut. Kadang mereka antar, kadang ada yang datang langsung.
Pada masa pandemi Virus Corona ini, pemasaran jamur tak berpengaruh, tetap laris manis, terlebih saat Ramadan. Terkadang mereka malah kehabisan stok dalam setiap hari.
Ruang budidaya jamur tiram. Foto: Moh Tamimi/ Mongabay Indonesia
Budidaya
Media tanam untuk budidaya jamur adalah serbuk kayu, serbuk padi, serbuk jagung, dan kapur. Empat komponen ini diaduk rata, lalu masukkan ke plastik ukuran 18×35 mm, disebut baglog. Setelah diaduk, sebelum masuk plastik, didiamkan dulu sehari semalam.
Aang bilang, serbuk kayu ideal adalah kayu sengon. Kalau dari serbuk kayu lunak, misal randu atau mangga, masa produktif lebih singkat, kalau pakai serbuk keras, proses tumbuh lama. Biasa, masa produktif panen jamur selama empat bulan, bila lebih tetapi kualitas jamur menurun.
“Sok abit roh, tombunah tak pate lebbha’, pas ukuran tombunah ngini’i keya (makin lama, tumbuh makin tidak lebat, ukurannya makin kecil),” kata lulusan Madrasah Aliyah An-Nawari, Sera Tengah, Bluto, Sumenep itu.
Takaran campuran baglog yang biasa mereka gunakan dalam satu adonan adalah 12 bak besar serbuk kayu, dua kg serbuk jagung, dua kg kapur, delapan kg serbuk padi, dan air secukupnya. Air sebatas membuat lembab, tak boleh teralu basah atau kering.
Campuran bahan itu dia masukkan dalam plastik ukuran 1-1,3 kg. Proses pembungkusan, mulut plastik masuk ke kolom (ring) sebesar tutup botol, dilipat, ditutup kertas, dan diikat dengan karet gelang ke kolom itu.
Mereka pakai ring bambu. Setelah baglog siap, lalu kukus dalam tong selama delapan jam dengan temperatur 100 derajat celcius untuk sterilisasi. Setelah selesai, diamkan sejenak hingga hangat, tidak sampai dingin, masukkan benih jamur, lalu masukkan ke ruang inkubasi.
Menurut Aang, biasa dalam sebotol bibit 250 ml untuk 20-25 baglog. Pemasangan bibit, alat-alat harus steril, termasuk tangan. Ketika membibit, spatula dan tangan disemprot spiritus, begitu juga ruangan.
Letakkan baglog tegak di ruang inkubasi selama 40-45 hari dengan temperatur ruang 25-27 derajat celcius, ideal 26 derajat celcius. Untuk menyiasati suhu tetap terjaga, mereka menyemprot dengan air kalau terlalu panas dan membuka jendela andai terlalu dingin.
Mereka mendapatkan bibit dari Bogor, serbuk kayu pesan ke luar kota. Untuk serbuk padi dan jagung beli dari petani di daerah sekitar. Harga satu truk serbuk sengon Rp3 juta, kapur Rp6.000 per tiga kg, serbuk padi Rp3.000 perkg, serbuk jagung Rp3.000 perkg.
Setelah melalui proses inkubasi, baglog pindah ke ruang budidaya. Sekitar 2-3 minggu, jamur akan tumbuh, dan siap panen.
Proses pemasukan campuran media tanam ke plastik. Foto: Moh. Tamimi/Mongabay Indonesia
Keuntungan finansial dan ekologi
Ahmad Mahbubi, akademisi dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, mengatakan, budidaya jamur tiram pertama kali pada masa perang dunia I di Jerman. Di Indonesia, sekitar 1988.
Jenis jamur biasa budidaya di Indonesia, seperti jamur tiram, merang, kuping, shitake, dan kancing. Jamur yang tak bisa dibudidayakan atau beracun, adalah jenis deadly dapperling (Lepiota brunneoincarnata), Podostroma cornu-damae, Destroying angels, autumn skullcap (Galerina marginata), webcaps, Conocybe filaris, dan death cap (Amanita phalloides).
Secara umum, ciri-ciri jamur beracun ialah warna mencolok, bau tak sedap, nasi akan berwarna kuning bila jamur ditaruh di dalamnya, benda bahan perak akan kehitaman atau kebiruan bila digosokkan jamur beracun terutama dari Lactarius terminosus. Kalau jamur Amanita phalloides, mudah hancur bila diraba.
“Jamur tiram, jenis jamur kayu yang awalnya tumbuh alami pada batang-batang pohon yang mengalami pelapukan. Umumnya, mudah dijumpai di daerah hutan. Jamur tiram biasa tumbuh saat musim hujan,” kata alumnus Magister Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, 16 Mei lalu.
Budidaya jamur, katanya, bermanfaat dalam jangka panjang karena kebutuhan terhadap jamur bisa terpenuhi setiap saat, tak mengenal musim. Berbeda dengan jamur yang tumbuh alami pada musim hujan. Ketika jamur tumbuh alami, dapat menguntungkan juga karena warga bisa menghemat pengeluaran untuk konsumsi sayuran dengan gratis alias tersedia dari alam.
Mahbubi bilang, budidaya jamur, selain mendapat keuntungan finansial, juga secara ekologis. Pengelolaan serius dan intens, katanya, bisa meraup keuntungan per siklus jamur, menyerap tenaga kerja dan menumbuhkan kewirausahaan.
Secara ekologis, budidaya jamur bisa mengurangi limbah gergaji kayu karena sebagai salah satu media tanam jamur tiram. Selain pakai sisa gergajian kaju, juga jerami atau alang-alang.
Menurut penelitian Puslitbang Sosial Ekonomi dan Perubahan Iklim (P3SEKPI, 2019), katanya, budidaya jamur oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) mampu mengalihkan ketergantungan masyarakat pada hutan, mengurangi penebangan liar dan meningkatkan konservasi hutan.
Dia mengatakan, faktor penghambat tumbuh berkembang jamur adalah terserang hama, penyakit, suhu ruangan tak stabil, dan kondisi di luar persyaratan ideal budidaya jamur.
Persyaratan ideal, suhu optimum sekitar 20-25 derajat celcius, kelembaban udara dalam ruangan berkisar antara 75-85%, derajat keasaman atau pH untuk media jamur tiram sekitar 5,5-7, dan media tanam gunakan serbuk gergaji.
Dedak, kapur, gips, dan pupuk fosfat, kata Mahbubi, sebaiknya ada dalam media tanam budidaya jamur.
Jamur yang mulai tumbuh. Foto: Moh. Tamimi/ Mongabay Indonesia
Manfaat bagi kesehatan
Merujuk Suwito (2019), kata Mahbubi, struktur tubuh jamur (fungi) terdiri dari sel eukariotik terbentuk dinding sel yang mengandung zat kitin. Benang-benang halus yang menyusun tubuh jamur disebut hifa. Hifa pada jamur dapat bercabang-cabang yang akan membentuk jaringan yang disebut misellium. Misellium ini akan membentuk jalinan hingga terbentuk tubuh buah seperti pada jamur merang.
Selain itu, jamur memililki septa (hifa pada jamur juga memiliki pembatas atau sekat antar sel). Septa pada jamur mempunyai pori lumayan besar hingga organel sel dapat mengalir dari satu sel ke sel lain. Jamur memiliki hifa asepta (hifa tak memiliki sekat) .
Adapun hifa yang bercabang-cabang dan membentuk miselium, katanya, memungkinkan jamur menyerap nutrisi lebih banyak. Jamur yang memiliki sifat parasitisme mempunyai hifa yang termodifikasi (haustorium). Haustorium ini, memiliki ujung untuk menembus jaringan host dan menyerap nutrisi dari host.
Menurut dia, protein dalam 100 gram jamur tiram 27% lebih tinggi dibanding protein pada kedelai tempe sebesar 18,3% dalam setiap 100 gram. Sedangkan, kalori pada jamur tiram ini 100 kj per 100 gram dengan 72% lemak tak jenuh.
“Serat jamur sangat baik untuk pencernaan, kandungan serat mencapai 7,4-24,6%, hingga cocok untuk tubuh.”
Keterangan foto utama: Ruang budidaya jamur tiram, baru panen. Foto: Moh. Tamimi/Mongabay Indonesia