- Bulan Ramadhan saat pandemi mendorong ajakan untuk membangkitkan hal-hal mendasar terkait pelestarian lingkungan.
- Ada ragam seminar dan diskusi online yang menyegarkan relevansi ajaran agama dan realitas kehidupan
- Pengajian Ramadan dihelat Pengurus Pusat (PP) Aisyiyah dengan tema Perempuan Penjaga Bumi. Ada juga diskusi Zero Waste Indonesia dengan narasumber DK. Wardhani tentang adab lingkungan dalam Agama Islam.
- Tak hanya membahas tentang fiqih lingkungan, pengajian lingkungan juga memberikan tips memulai praktik dari rumah.
Sejumlah pengajian lingkungan dihelat selama bulan Ramadhan ini. Salah satunya kajian terkait para perempuan penjaga bumi dan tentang melaksanakan adab-adab lingkungan.
Pengajian Ramadan secara virtual dihelat Pengurus Pusat (PP) Aisyiyah dengan tema Perempuan Penjaga Bumi pada Sabtu (16/5/2020). Menghadirkan Amanda Katili Niode, Manager The Climate Reality Project Indonesia, Nana Firman dari Green Faith International dan Pengurus Muhammadiyah New York, dipandu Hening Parlan, Koordinator Divisi Lingkungan Hidup LLHPB Aisyiyah Pusat.
Atikah M. Zaki Koordinator Bidang Lingkungan, Kesehatan, dan Penanggulangan Bencana LLHPB Pimpinan Pusat Muhammadiyah membuka dengan pemaparan sejumlah konsepsi agama Islam terkait lingkungan. Misalnya melarang segala perusakan, langsung dan tak langsung. “Harus terdepan melestarikan alam. Memahami landasan pelestarian lingkungan, ini tanggung jawab semua manusia,” ujarnya.
Atikah membahas 7 pahala yang akan terus mengalir, di antaranya mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon, membangun masjid, mewariskan ilmu, keberadaan anak yang selalu mohon ampun setelah kiamat. Sebalikknya, tindakan menebang pohon, menggunduli hutan, membuang limbah termasuk merusak alam yang mendatangkan bencana, kabut asap, pemanasan global, banjir, dan lainnya.
baca : Saatnya Memulai Kebiasaan Green Ramadhan di Masa Pandemi

Selanjutnya Amanda Katili menjelaskan The Climate Reality Project adalah bagian dari organisasi yang dibentuk mantan Wakil Presiden Amerika Al Gore. Ada 20 ribu relawan di 154 negara untuk pengarusutamaan perubahan iklim.
Menurutnya ada tiga cara menyikapi perubahan iklim ini. Dari individu, sebagai organisasi sehingga dampaknya lebih besar, dan pemerintah yang mengeluarkan kebijakan yang mendukung.
Secara sederhana tanpa istilah teknis, ia memaparkan sebab dan akibat perubahan iklim pada sekitar 50-an peserta webinar. Kegiatan manusia seperti pembangkit batubara, kebakaran hutan, dan aktivitas pabrik membuat selimut bumi lebih tebal, pantulan sinar matahari tak bisa keluar dan bumi makin panas. Terjadi krisis iklim, dan mengakibatkan bencana alam.
Ketika lebih panas, maka hutan mudah terbakar, hasil panen bisa gagal. Pihak paling rentan atau terdampak adalah lansia, kaum miskin, tuna wisma, bayi, anak, orang dalam kondisi gangguan medis, dan gangguan mental. “Dampaknya pada perempuan. Kekerasan seksual dan ancaman kematian saat bencana alam, jika gagal panen maka beban kerja bertambah, persediaan kurang. Kelangkaan air sehingga harus jalan jauh mengorbankan pendidikan,” paparnya terkait dampak perubahan iklim.
Ia mengingatkan krisis iklim tak hilang walau pandemi. Karena tekanan bumi sudah berlangsung berabad-abad. Tips yang paling mudah untuk mengurangi emisi yang membuat bumi makin panas misalnya menikmati masakan rumah, kurangi daging karena peternakan menggunakan sumberdaya besar lahan dan energi. Tidak berarti menghilangkan. Selain itu mengutamakan pangan lokal dan kurangi sampah makanan.
Perempuan sering tak dapat dukungan, terutama dalam menghadapi krisis ganda, pandemi dan krisis perubahan iklim walau sedang di rumah saja. Di sisi lain ada harapan membentuk dunia baru, mengubah cara hidup yang merugikan. Fakta menunjukkan ada keunikan kepemimpinan perempuan di negara yang lebih berhasil melawan pandemi.
baca juga : Bukber Minim Sampah dan Puasa Plastik Isi Ramadhan di Bali

Nana Firman dari Green Faith, organisasi lintas agama untuk keadilan lingkungan mengampanyekan agar pemuka agama mengangkat pesan tentang pelestarian alam. “Sehingga punya modal untuk mengajak jamaahnya melalui khotbah, majelis taklim, dan lain sesuai ajarannya. Menghubungkan dengan kondisi saat ini,” ajaknya.
Ia menyontohkan saat Green Faith kampanye di Konferensi Perubahan Iklim COP di Jerman pada 2017 mereka mengajak mengubah gaya hidup. “Kita naik becak dan sepeda ke gedung PBB untuk kampanye komitmen mengubah gaya hidup,” ingatnya menunjukkan foto-foto.
Perempuan dinilai lebih menunjukkan aksi ekologis dan dekat sekali dengan masalahnya. Karena itu muncul berbagai organisasi global yang mewadahi misalnya Women Environment Development Organization (We Do), Women Climate Action Network, dan lainnya.
Kampanye Green Ramadan disebut sangat kontekstual karena di saat ibadah puasa, sampah malah makin banyak, dan tak sedikit makanan jadi mubazir. Usulan lain adalah terus membuat kegiatan-kegiatan menyiapkan generasi muda sebagai Perempuan Penjaga Bumi.
Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat Aisyiyah ini menggali nilai-nilai Islam dalam penyelamatan bumi. Memahami Ibu Bumi dalam situasi Pandemi Covid 19 dan bagaimana menanggulangi, serta belajar dari berbagai negara bagaimana penyelamatan bumi oleh perempuan.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Q.S. Ar Ruum: 41).
menarik dibaca : Produksi Sampah dari Rumah Meningkat di Masa Pandemi Corona, Kok Bisa?

Praktik Kesadaran Lingkungan
Menyemangati untuk melaksanakan praktik kesadaran lingkungan juga dihelat Zero Waste Indonesia dengan tajuk Adab Lingkungan dari Sudut Pandang Agama Islam, Minggu (17/5) bersama praktisi dan penulis buku DK. Wardhani. Seorang ibu yang berhenti bekerja sebagai dosen, dan tekun menulis beberapa buku dan kelas-kelas mengelola sampah rumah tangga.
Wardhani membuat buku Menuju Rumah Minim Sampah, Bye bye Sekali Pakai dan sejumlah kelas zero waste. Ia mengaku mengenal isu lingkungan dari kampus. Karena itu ia meyakini sebelum bisa mengajari harus melakukan dulu. “Adab lingkungan kita harus diimplementasikan,” ujarnya dalam diskusi via Instagram live.
Setelah itu ia bisa mendokumentasikan pengalaman lewat buku dan komik. “Ada hadist menyebut jika melakukan kebaikan dan mereka mengikuti, kamu dapat kiriman kebaikan. Misal menunjukkan cara komposting sama anak. Kebaikan berantai,” paparnya. Kalau abai, maka menurutnya abai pada keyakinan agama.
Dalil kewajiban kaum muslimin menurutnya pertama harus belajar. Kalau punya ilmu, amalkan. Sayangnya kewajiban pada alam jarang dibahas, misal pada tanah, hewan, dan isi alam lainnya. “Misal jika menyiksa kucing, ada hak mahluk lain yang harus ditegakkan. Ada unta yang diberi beban berat, ditinggal sebentar. Rasullulah minta menurunkan beban dulu, diberi air, baru ditinggal. Sayangilah apa yang di bumi niscaya kita disayangi Zat yang ada di langit,” tuturnya.

Melaksanakan hal kecil untuk melindungi alam adalah mencegah kemungkaran. Wardhani mengingat kisah ketika malaikat mengajukan keberatan kepada Allah ketika akan diciptakan manusia karena diprediksi melakukan kerusakan di bumi. “Tapi Allah beri peluang kita, menjadi manusia yang dikehendaki Allah,” tutur ibu yang rutin berbagi tips dan menunjukkan cara mengelola sampah di rumah serta berkebun ini di medsosnya.
Dalam kehidupan sehari misalnya adab lingkungan saat mandi dan wudhu. “Kita biasanya mandi dengan air berember-ember baru merasa bersih. Banyak ustandz mempraktikkan wudhu dengan air satu mud (setara 0,68 liter), tak harus berkali-kali tapi rata digosokkan ke bagian tubuh wajib,” jelasnya. Cara mengingatkan untuk hemat air memang tak mudah, ia pernah melakukan di masjid. Wudhu sah bukan pada banyaknya air yang digunakan. Karena itu perlu banyak pemuka agama yang terus mengajak dan menunjukkan wudhu hemat air.
Menurutnya waste identik pada sampah, padahal perlu diterapkan minim penggunaan air, waktu, energi, dan lainnya. Ia juga megingatkan anjuran-anjuran nabi. Di antaranya, walau kiamat, jika masih bisa menanam harus dilakukan. Tidak melakukan pemborosan, buang makanan, dan lainnya karena Indonesia tercatat sebagai penyampah makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. “Makanlah dari buah di musimnya, berikan pada orang miskin, dan jangan disia-siakan,” demikian potongan kutipan terkait kebijakan mengelola pangan ini.
Seorang netizen minta konfirmasi, “apakah tempat komposting itu tempat jin?” Menurut Wardhani tidak benar karena komposting artinya sudah dibuatkan sistem, diniatkan untuk diurai. “Kalau TPA dan TPS bisa jadi, karena segala sampah bercampur dan tak diurai. Misal di awal penciptaan, anak Nabi Adam bertengkar untuk memberi persembahan terbaik. Terjadi pembunuhan pertama di muka bumi, salah satu meninggal. Oleh Allah memberi tahu cara memperlakukan terbaik, dengan menguburkan. Kembali ke tanah dan terurai,” tuturnya.

Salah satu website yang direkomendasikannya adalah Ecomasjid.id berisi ragam artikel ekologis dan materi khutbah-khutbah lingkungan hidup untuk pemimpin ibadah. Ini salah satu isinya :
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami ciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya“. (QS. Al-Hijr [15]:19-20)
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah SWT telah menciptakan alam semesta dengan segala isinya sesuai dengan kebutuhan makhluk penghuninya, yakni kita sebagai manusia. Allah telah membentangkan bumi yang saat ini kita tinggali bersama lengkap dengan gunung-gunung yang indah, hutan rimba beserta segala penghuninya yang bisa kita manfaatkan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia.
Untuk menjaga keseimbangan alam, Allah juga telah menciptakan sungai-sungai yang meliuk indah hingga ke lautan biru beserta seluruh ekosistemnya. Semua disediakan oleh Allah untuk dimanfaatkan manusia sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia diberi mandat untuk memelihara, selain memanfaatkanya, dengan cara mengelola sumber daya alam tersebut berdasarkan asas kelestarian. Dengan melestarikan alam yang telah disediakan Allah maka alam akan memberi kemakmuran bagi kita semua hingga anak cucu, generasi yang akan datang.
Sayang karena ambisi dan ego manusia amanat untuk memanfaatkan dan mengelola alam secara lestari belum terjadi. Hutan-hutan masih dibakar untuk membuka lahan baru dan mendapat kayu ilegal, hewan-hewan langka dan dilindungi diburu diambil daging dan kulitnya, sungai-sungai diracun untuk mendapat ikan, laut dibom agar tangkapan banyak dan masih banyak lagi perbuatan manusia yang merusak alam demi kepentingan sesaatnya. Akibat ulah manusia tersebut malapetaka kerusakan alam terjadi di mana-mana yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda, ”Barangsiapa tidak menyayangi siapa (yang berada) di bumi maka tidak menyayanginya siapa (yang berada) di langit”. (HR. Thabarani).