- Maharani Zoo di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, memperkenalkan satwa penghuni barunya yaitu anak jerapah (Giraffa camelopardalis)
- Anak jerapah yang lahir sehat dengan berat badan 50 kilogram, tingginya 170 cm dengan kondisi sehat itu diberi nama Kindi berasal yang artinya dicintai dari bahasa Afrika.
- Proses kelahiran Kindi berlangsung lancar karena induk jerapah lebih tenang dan tidak stres disebabkan kondisi kebun binatang sepi. Kindi merupakan anak ke-lima dari pasangan jerapah betina bernama Sandra dan jerapah jantan William.
- Selama masa pandemi, BKSDA Wilayah III Surabaya menerima laporan dari lembaga konservasi setempat tentang kelahiran 13 jenis satwa.
Kindi, bayi jerapah berumur 1,5 bulan itu tampak malu-malu membuntuti indukannya. Ia juga kerap terlihat berlarian. Setiap induknya berjalan, dia selalu berada di sela kaki induknya. Tinggi indukan jerapah betina kurang lebih mencapai 4,5 meter untuk yang betina.
Sementara yang indukan jerapah jantan tingginya mencapai 5,5 meter. Sesekali Kindi bertingkah manja, induknya tampak menjilati seolah menjalin ikatan dengan anaknya. Perilaku ini dilakukan saat mereka berdampingan.
“Kindi lahir dengan berat badan 50 kilogram, tingginya antara 150 sampai 170 sentimeter dengan kondisi sehat,” kata Laily Purnama Sari, dokter hewan Maharani Zoo saat memperkenalkan satwa penghuni barunya itu di Kebun Binatang yang berada di pesisir Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Senin (13/07/2020).
baca : Ada Penghuni Baru di Kebun Binatang Surabaya
Lebih lanjut Laily menyebut, proses persalinan anak jerapah ini berjalan dengan lancar setelah 15 bulan di dalam kandungan indukannya. Hal itu dikarenakan induk jerapah lebih tenang dan tidak stres karena tidak ada wisatawan yang datang berkunjung. Sehingga proses dari keluar lendir sampai dengan selesai melahirkan waktunya tidak sampai satu jam.
Kindi merupakan anak ke-lima dari pasangan induk jerapah bernama Sandra yang betina, sementara yang jantan bernama William. Anak jerapah sebelumnya sudah dipindahkan ke Batu Secret Zoo, Malang.
Sisi Positif
Kepala Seksi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Surabaya, Dodit Ari Guntoro, menjelaskan, anakan satwa dengan nama latin Giraffa camelopardalis itu lahir pada tanggal 15 Juni 2020. Bagi dia, kelahiran anak jerapah betina ini cukup membanggakan karena ditengah suasana pandemi.
“Nama Kindi berasal dari bahasa Afrika, artinya seseorang yang dicintai. Beliau pak Wiratno, Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KLHK) yang memberikan nama anak jerapah ini,” ujarnya saat meninjau anak jerapah di Maharani Zoo.
baca juga : Darmi, Harimau Benggala yang Lahir di Kala Pandemi
Ari panggilan akrabnya menyebut sisi positif ditengah situasi pandemi COVID-19 ini satwa yang berada di Lembaga Konservasi (LK) kembali menjadi lebih alami, tidak terkecuali di Maharani Zoo.
Satwa-satwa bisa berkembang biak dengan baik karena kebun binatang ditutup bagi pengunjung selama pandemi. Hal ini membuat satwa-satwa menjadi lebih tenang seperti di alamnya. Berdasarkan laporan dari LK setempat, ada beberapa satwa yang melahirkan selain jerapah. Kurang lebih ada 13 jenis yang dilaporkan ke BKSDA Wilayah III Surabaya.
Selain itu, selama masa pandemi ini pihaknya menghimbau supaya masing-masing LK melakukan perawatan satwa seperti sedia kala. Hak satwa harus tetap terpenuhi. Sebelum ada pembukaan kembali, pihaknya juga sudah melakukan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) ke LK berdasarkan surat dari Ditjen KSDAE 383 terkait dengan persiapan LK dimasa kenormalan baru.
“Kami juga cek ada 15 aturan yang memang di persyaratkan untuk LK itu dibuka kembali. Selain dari petugas Kabupaten dan dari Bupati Lamongan sendiri. Kami, secara teknis terkait dengan satwanya,” katanya.
Lanjut dia, setelah semua persyaratan terpenuhi pada tanggal 11 Juli lalu Maharani Zoo sudah dibuka kembali dengan aturan ada pembatasan pengunjung hingga 50 persen.
Kemudian pengunjung yang datang harus dicek suhunya terlebih dahulu. Dan terutama dengan wahana-wahana untuk pembukaan tahap pertama dibatasi, tidak semua boleh dibuka “Kita lihat dulu perkembangannya. Satu bulan kedepan kita evaluasi,” imbuh Ari.
baca juga : Kala Kondisi Kebun Binatang Sepi Berbuah Kepedulian Publik
Dibuka Kembali
Untuk sementara waktu, Kindi belum bisa dipisahkan dari induk betina karena masih harus menyusu agar mendapat cukup asupan gizi. Bertambahnya satu anak satwa dikenal juga dengan sebutan giraffe ini menambah kebahagiaan Maharani Zoo, karena bertepatan dengan dibukanya kembali wisata satwa ini kepada masyarakat umum.
Fajar Ramadhan, pengunjung asal Kabupaten Bengkalis, Riau, mengungkapkan kekagumannya ketika bisa melihat jerapah secara langsung di kebun binatang. Bocah 12 tahun ini menjelaskan, sebelumnya dia hanya melihat satwa yang memiliki berat badan yang dapat mencapai 1.360 kilogram itu dari televisi maupun ponsel.
“Keren, jerapahnya tinggi banget dan sehat. Baru pertama kali melihat jerapah secara langsung, biasanya hanya melihat di gambar,” ujar Rama, panggilan akrabnya, saat berkunjung di Maharani Zoo.
perlu dibaca : Mendesak.. Nasib Satwa di Kebun Binatang Butuh Kebijakan Negara
Selain itu, dia juga merasa takjub dengan corak warna tubuh jerapah yang didominasi dengan warna oranye cerah, oranye pucat, maupun oranye gelap yang mendekati warna coklat atau hitam. “Bisa menyentuh jerapah secara langsung merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya,” imbuhnya.
Untuk itu, Rama berharap anak jerapah bisa dirawat dengan baik. Selain itu, dia juga berangan-angan Kebun Binatang seperti Maharani Zoo bisa dikembangkan di Kabupaten Bengkalis.
Jerapah atau Zarawah adalah mamalia berkuku genap endemik Afrika, dan merupakan spesies hewan tertinggi yang hidup di darat. Jerapah berkerabat dengan rusa dan sapi tetapi dari suku yang berbeda, yaitu Giraffidae yang mecakup jerapah sendiri dan kerabat terdekatnya, okapi. Habitat aslinya mencakup area dari Chad sampai dengan Afrika Selatan.
Lugianto (40), salah satu keeper Maharani Zoo menjelaskan, setelah melahirkan perilaku jerapah berbeda. “kalau mau makan itu beda tingkah lakunya, untuk perawatan saya rasa sama. Tidak kesulitan. Sehari makannya 6 ikat daun nangka, kemudian kacang panjang, wortel dan rumput,” tambah pria yang sudah 8 tahun jadi keeper itu.
baca juga : Krisis Pakan Satwa di Kebun Binatang Dampak Pandemi Corona