- Trinil kaki hijau merupakan burung yang berbiak di Eurasia utara, pada saat masuk musim dingin burung Tringa nebularia ini mengembara ke arah bumi bagian selatan di Indonesia, Australia hingga Selandia Baru.
- Jenis makanan burung trinil kaki hijau merupakan hewan tidak bertulang belakang, seperti ikan kecil, udang-udangan, ulat, moluska, serangga. Burung dari keluarga scolopacidae dari genus tringa ini merupakan jenis burung pantai.
- Burung pantai lebih banyak terkonsentrasi pada daerah hamparan lumpur yang terkena pasang surut air laut jika dibandingkan dengan daerah pantai terbuka dan daerah rawa baik yang dipengaruhi pasang surut maupun tidak.
- Iwan Febrianto, pengamat burung pantai migran dari Yayasan Ekologi Satwa Alam Liar Indonesia (EKSAI) menjelaskan, burung trinil kaki hijau merupakan jenis burung migran. Ketika bermigrasi ke Indonesia umumnya pada bulan September, seiring dengan datangnya musim dingin di Eurasia, atau bumi belahan utara.
Kakinya berwarna hijau, berjalan cepat tatkala mencari makan di dalam tambak berlumpur. Ukuran tubuhnya kurang lebih 32 cm, berwarna keabu-abuan bagian atas. Sementara tunggingnya berwarna putih di bawah. Paruhnya berukuran panjang berwarna hitam, ringan dan sedikit melengkung ke atas. Begitu terbang sayapnya terlihat hitam. Ciri ekornya bergaris-garis.
Jika bersarang, pejantan membangunnya berupa cekungan di permukaan tanah yang dijalin dengan bulu dan tumbuh-tumbuhan. Kedua indukan ini kemudian bergantian mengerami telur dan memelihara anak.
Trinil kaki hijau merupakan burung yang berbiak di Eurasia utara, pada saat masuk musim dingin burung yang dalam bahasa latin dikenal dengan Tringa nebularia ini mengembara ke arah bumi bagian selatan di Indonesia, Australia hingga Selandia Baru.
baca : Burung Migran yang Pasti Datang ke Tanjung Panjang
Hidupnya menyendiri, kadang berdua, juga berkelompk kecil. Burung ini gemar mencari makan dengan menusukkan paruh ke kiri dan kanan di dalam air. Selain di tambak, juga suka mengunjungi rawa dan gosong lumpur di daratan pesisir. Jenis makanannya merupakan hewan tidak bertulang belakang, seperti ikan kecil, udangn-udangan, ulat, moluska, serangga.
Burung dari keluarga scolopacidae dari genus tringa ini merupakan jenis burung pantai. Burung pantai merupakan sekelompok burung air yang secara ekologis bergantung pada kawasan pantai sebagai tempat mencari makan dan berkembangbiak.
Tempat Mencari Makan
Meskipun banyak diantara jenis burung ini berbiak jauh di daerah daratan yang bukan lahan basah ataupun pantai, tetapi mereka ini sangat tergantung pada kawasan pantai yang digunakan sebagai tempat perantara dalam melakukan migrasi. Adapun faktor yang mempengaruhi keberadaan burung adalah ketersediaan pakan, tempat untuk istirahat, berbiak, bersarang, bertengger dan berlindung.
baca juga : Pulihkan Mangrove di Pesisir Lamongan, Burung-burung Datang Kembali
Burung pantai dalam kehidupannya banyak bergantung kepada keberadaan lahan basah, menjadikan lahan basah serta tegakan tumbuhan yang ada di atasnya sebagai tempat untuk mencari makan dan beristirahat. Sementara lahan basah yang digunakan sebagai habitat burung pantai terdiri atas mangrove, gosong lumpur, rawa rumput, savanna, rawa herba, danau, tambak dan persawahan.
Mangrove dan hamparan lumpur misalnya, digunakan oleh sekelompok burung pantai khususnya suku Sharadriidae dan Scolopacidae untuk mencari mangsa. Disamping itu, akar mangrove digunakan burung pantai sebagai tempat istirahat selama air laut mengalami pasang.
Pemilihan tempat mencari makan burung pantai sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor lingkungan dan ketersediaan mangsa. Kondisi lingkungan berupa gosong lumpur yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut akan mempengaruhi ketersediaan mangsa dan akan mempengaruhi distribusi dan perilaku burung pantai. Mereka akan merespon perubahan pasang surut dengan berpindah ke area lain.
perlu dibaca : Bukan Hanya Manusia yang Butuh Lahan Basah, Burung Juga
Burung pantai lebih banyak terkonsentrasi pada daerah hamparan lumpur yang terkena pasang surut air laut jika dibandingkan dengan daerah pantai terbuka dan daerah rawa baik yang dipengaruhi pasang surut maupun tidak. Tetapi, burung pantai lebih suka daerah hamparan lumpur dan rawa yang terkena pasang surut rendah dibandingkan dengan daerah yang sama yang memiliki fluktuasi pasang surut tinggi.
Faktor pembatas lainnya diantarannya adalah keberadaan makanan yang sangat dipengaruhi oleh faktor alam. Dengan begitu, setiap jenis burung pantai harus mempunyai strategi makan yang efisien sehingga burung pantai dapat memperoleh makanan yang cukup dalam waktu yang singkat.
Selain itu, spesialisasi pada tiap jenis burung pantai mempengaruhi dalam mencari makan, seperti morfologi burung pantai yang berbeda-beda. Perbedaan morfologi tersebut secara jelas seperti bentuk tubuh, panjang paruh, ukuran mata dan panjang kaki.
baca juga : Andai Burung Air Hilang, Apa yang Terjadi pada Lingkungan?
Mengalami Kemunduran
Iwan Febrianto, pengamat burung pantai migran dari Yayasan Ekologi Satwa Alam Liar Indonesia (EKSAI) menjelaskan, burung trinil kaki hijau merupakan jenis burung migran. Ketika bermigrasi ke Indonesia umumnya pada bulan September, seiring dengan datangnya musim dingin di Eurasia, atau bumi belahan utara.
Namun, dalam beberapa tahun belakangan kedatangan burung ini mengalami kemunduran. Hal ini dikarenakan faktor perubahan iklim yang terjadi. Sehingga, datangnya musim dingin bisa lambat. “Saat bermigrasi burung ini tergantung pada musim dingin, jika di daerahnya masih panas dia masih belum bermigrasi. Pemanasan global sangat mempengaruhi waktu migrasi mereka” ujarnya kepada Mongabay Indonesia, Rabu (19/08/2020).
Lebih lanjut dia mengatakan, di beberapa negara burung trinil kaki hijau statusnya sudah dilindungi atau di konservasi secara habitat. Sedangkan di Indonesia status perlindungannya masih belum ada.
Sementara untuk populasi, menurut Iwan, dari tahun ke tahun burung trinil kaki hijau mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya perburuan di beberapa negara yang mereka singgahi.
Selain itu, alih fungsi lahan juga sangat mempengaruhi keberadaan burung ini. “Ketika kawasan yang menjadi persinggahannya itu berubah fungsi, mereka tidak akan kembali lagi,” kata pria yang sudah melakukan pengamatan sejak tahun 1998 ini.
Seiring dengan semakin maraknya penanaman mangrove di kawasan pesisir, menurut dia hal penting yang perlu di perhatikan juga terkait dengan lokasi penanaman. Tidak bisa menanam disembarang tempat. Karena yang dikhawatirkan nantinya kawasan itu merupakan persinggahan burung trinil kaki hijau. Untuk itu, harus melalui kajian-kajian ilmiah. Misalnya memperhatikan kawasan berlumpur yang merupakan habitat burung ini.