- Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, melakukan pembersihan 25 unit bangkai kapal perikanan.
- Bangkai kapal yang dibersihkan itu mempunyai ukuran yang bervariasi, rata-rata di bawah 30 Gross Tonnage (GT).
- Adanya bangkai kapal ini sangat mengganggu aktivitas kapal yang masih aktif di dalam Pelabuhan. Selain itu, tujuan dilakukan pembersihan kapal ini karena untuk keamanan agar kapal yang masih aktif geraknya bisa lebih leluasa.
- Kayu bekas bangkai kapal tersebut bisa dimanfaatkan untuk kerajinan seperti kursi, lemari, meja kantor, dll.
Sebanyak 25 unit bangkai kapal perikanan dibersihkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Kamis (03/09/2020). Pembersihan dilakukan lantaran kondisi kapal tersebut sudah rusak berat, dan tidak lagi bisa digunakan untuk melaut.
Kepala PPN Brondong, Ibrahim, menjelaskan bangkai kapal yang dibersihkan itu mempunyai ukuran yang bervariasi, rata-rata di bawah 30 Gross Tonnage (GT). Selain karena rusak berat, hal ini dilakukan juga karena merujuk pada Undang-Undang Pelayaran, untuk kapal-kapal yang sudah tidak bisa digunakan untuk mencari ikan di laut itu dibersihkan.
Sebelum melakukan pembersihan, katanya, pihaknya sudah melakukan sosialisasi ke Rukun Nelayan setempat. Selain itu juga sudah membuat surat pemberitahuan yang diedarkan ke semua pihak yang terlibat. Termasuk juga ditempel ke kapalnya langsung. Pemilik kapal diberikan estimasi waktu kurang lebih 15 hari sampai satu bulan.
baca : Mengintip Aktivitas Pembuatan Kapal Perikanan di Pantai Utara Lamongan

Jika habis waktu kapal tidak segera dipindahkan, pihak pelabuhan baru melakukan pembersihan. “Kebetulan ini berada di kolam kita, yang mana kolam kita ini kan masih digunakan oleh para nelayan-nelayan yang kapalnya masih aktif, baik itu digunakan untuk mereparasi atau mengisi perbekalan sebelum melaut,” jelas mantan kepala PPN Kwandang, Gorontalo, ini.
Dengan adanya bangkai kapal ini, lanjut dia, tentunya akan mengganggu aktivitas kapal yang masih aktif di dalam kolam. Selain itu, pembersihan dilakukan karena sudah ada yang menjadi korban. Pernah kejadian kapal yang masih aktif terbalik lantaran menabrak bangkai kapal. Jadi, tujuan utama dilakukan pembersihan kapal ini karena untuk keamanan agar kapal yang masih aktif geraknya bisa lebih leluasa.
baca juga : Angin Kencang Menerjang, Sejumlah Perahu Nelayan di Tuban Tenggelam

Perlu Area Untuk Bangkai Kapal
Ibrahim menyebut, pilihan bangkai kapal dibersihkan di tempat karena kondisi kapal sudah tidak bisa lagi dijalankan atau bergerak lagi. Sehingga untuk memindahkannya juga sudah tidak bisa. Sementara, umur kapal yang dibersihkan juga bervariasi minimal lima tahun, ada juga yang lebih dari 20 tahun.
Pembersihan bangkai kapal ini, tidak dilakukan secara bersamaan, tetapi bertahap. Menurutnya, wacana pembersihan bangkai kapal ini sebenarnya sudah lama. Namun, baru terealisasikan di tahun 2020 ini. “Selain itu kami juga malu, jika setiap kali ada tamu yang datang melihat kondisi pelabuhan yang terparkir kok banyak bangkai kapalnya,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Ibrahim, dirinya selaku pengelola pelabuhan mengharapkan kepada seluruh pengguna jasa kapal tersebut, apabila kapal yang sudah rusak dan sudah tidak bisa digunakan untuk melaut lagi baiknya itu dibuang ke tempat yang memang untuk pembuangan bangkai kapal agar tidak mengganggu aktivitas kapal yang masih aktif.
perlu dibaca : Bijak Memanfaatkan Kapal Perikanan Eks Asing

Sementara itu, di PPN yang mempunyai keluasan kurang lebih 10 hektare ini untuk kapal aktif yang terdata kurang lebih sejumlah 950 unit. “Tentu hal ini juga menjadi harapan kita bersama untuk menciptakan suasana Pelabuhan yang bersih dan nyaman,” katanya.
Nur Wachid (44), ketua Rukun Nelayan Blimbing mengatakan, dirinya sangat setuju jika bangkai-bangkai kapal tersebut dibersihkan. Jika pelabuhan sudah bersih dari bangkai kapal nantinya akan bisa digunakan kapal yang masih aktif. Memberikan kesempatan kepada kapal-kapal lain untuk bisa bersandar.
Hanya, menurutnya, yang menjadi kendala sampai sekarang ini di PPN Brondong ini masih belum mempunyai area khusus yang bisa digunakan untuk bangkai kapal. Untuk itu, dia berharap kepada pihak terkait untuk memperhatikan hal tersebut.
Selain itu, pembersihan seperti ini pun dia berharap bisa dilakukan secara terus menerus. Sehingga, nantinya juga bisa memperlancar arus air. “Alhamdulillah, pihak Pelabuhan ada upaya seperti ini. Kami merasa senang, apalagi sebelumnya juga diajak berkomunikasi,” kata pria tiga anak ini saat dihubungi Mongabay, Jum’at (04/09/2020).
penting dibaca : Penambahan Armada Kapal Ikan Jadi Solusi Menjaga Kedaulatan di Natuna

Kayu Dimanfaatkan Untuk Kerajinan
Proses membersihkan bangkai kapal, cepat lamanya tergantung kondisi air laut. Suwaji (40), salah satu pekerja yang membersihkan kapal mengatakan, tidak ada teknik khusus saat membongkar bangkai kapal ini. alat-alat yang digunakan pun manual, hanya menggunakan alat seperti linggis, catut, gergaji, pasak, dan palu ganden.
Untuk membersihkan bangkai kapal ini membutuhkan tenaga minimal lima orang, sudah ada tim sendiri. Dalam satu kapalnya selesai dikerjakan dalam waktu 3 hari, bahkan waktunya bisa lebih jika kondisi air laut terus pasang.
Usai dilakukan pembongkaran di kolam, kayu bangkai kapal tersebut kemudian diangkat menggunakan alat berat seperti crane. “Bekerja seperti ini resikonya juga lumayan tinggi, sering itu kena paku,” kata pria yang sudah tujuh tahun menjadi buruh bongkar bangkai kapal ini.

Sementara itu, Winarto, penjual kayu bekas bangkai kapal menjelaskan, kayu bekas bangkai kapal tersebut harus diambil sebaik-baiknya, agar kayu masih bisa dimanfaatkan untuk kerajinan seperti kursi, lemari, meja kantor, dll. Karena semakin baik, harga jualnya juga lebih tinggi. Jadi, tidak hanya asal membongkar.
Kapal itu, jelasnya, semakin ada warnanya semakin mahal. Selain itu yang membuat para pengrajin tertarik juga karena kualitas kayu bangkai kapal ini bagus, menggunakan kayu seperti kayu jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia mahagoni), dan ulin (Eusideroxylon zwageri).
Pria asal Desa Kayen, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, ini melanjutkan, kayu bekas bangkai kapal tersebut kemudian dikirim ke Bali, Jepara, Solo, dan Yogyakarta. “Dulu sebelum ada corona (COVID-19) ini pengiriman lancar, seminggu sekali bisa ngirim. Namun, semenjak ada corona ini pengiriman menurun. Pernah sebulan hanya sekali kirim,” keluh pria dua anak ini.
