- Sabtu malam (19/9/20), pesut yang masuk hulu Sungai Segati, berhasil dievakuasi. Setidaknya, perlu dua jam sampai pesut diangkat ke perahu, dan enam jam perjalanan melalui sungai serta darat untuk relokasi ke hilir Sungai Kampar, dekat Istana Sayap, Pelalawan, Riau.
- Tim evakuasi terdiri BBKSDA Riau, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang Satker Pekanbaru, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Jakarta Animal Aid Network (JAAN), bersama masyarakat.
- Tim melokalisir area dengan memasang penghalang berupa jaring pada dua sisi, di hulu dan hilir sungai berjarak 50 meter.
- Setelah masuk jaring, pesut diangkut lewat jalur air ke hilir Sungai Segati di Desa Tambak. Pukul 15.00 sampai di Desa Tambak. Karena banyak warga menonton, pesut terlihat gelisah. Pesut lalu dibawa dengan kendaraan roda empat ke lokasi pelepasliaran di Istana Sayap, Pelalawan.
Lumba-lumba air tawar atau pesut yang masuk ke hulu Sungai Segati, Kecamatan Langgam, Pelalawan, Riau, telah berhasil evakuasi pada Sabtu malam (19/9/20). Setidaknya perlu dua jam sampai pesut diangkat ke perahu, dan enam jam perjalanan melalui sungai serta darat untuk relokasi ke hilir Sungai Kampar, dekat Istana Sayap, Pelalawan, Riau.
Proses evakuasi sempat tertunda dari rencana awal pada Jumat. Dengan pertimbangan perlengkapan dan kesiapan tim, evakuasi Sabtu pukul 9.00 pagi. Mamalia ini pertama kali terlihat di muara Sungai Segati, Desa Tambak pada Selasa (15/9/20). Ia makin masuk ke hulu, sejauh 20 kilometer keesokan harinya.
“Tim kembali melokalisir area untuk memperkecil ruang gerak pesut agar pergerakan dapat terpantau dengan lebih baik,” kata Suharyono, Kepala BBKSDA Riau dalam keterangan resmi, Minggu.
Akhirnya, sesuai hasil pengamatan dan observasi, tim menyatakan kondisi pesut stabil dan normal hingga bisa evakuasi Sabtu.
Baca juga: Pesut Masuk ke Hulu Sungai Segati di Riau
Tim evakuasi terdiri BBKSDA Riau, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang Satker Pekanbaru, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Jakarta Animal Aid Network (JAAN), bersama masyarakat. Tim melokalisir area dengan memasang penghalang berupa jaring pada dua sisi, di hulu dan hilir sungai berjarak 50 meter.
Proses evakuasi cukup lama. “Setidaknya perlu waktu dua jam menghalau dan menjaring pesut,” kata Muhammad Faeyumi, Pengendali Ekosistem Laut dan Pesisir BPSPL Padang Satker Pekanbaru ketika dihubungi Mongabay, Senin (21/9/20).
“Semua satu komando. Nelayan ikut bantu pasang jaring. Empat orang terjun ke air. Kurang lebih dua jam, sudah termasuk teknis penggiringan. Karena berkali-kali mau masuk jaring, pesut keluar lagi. Akhirnya, nambah jaring untuk giring dari hulu. Jaring yang dipakai (jenis) aman.”
Setelah itu, pesut diangkut lewat jalur air ke hilir Sungai Segati di Desa Tambak. Pukul 15.00 sampai di Desa Tambak. Karena banyak warga menonton, pesut terlihat gelisah. Pesut lalu dibawa dengan kendaraan roda empat ke lokasi pelepasliaran di Istana Sayap, Pelalawan.
“Karena banyak orang, pesut panik. Kita langsung jalan ke Istana Sayap dan tiba hampir jam 6.00 sore. Jauh karena mutar. Kita tidak lewat kota. Kalau lewat kota (memang) dekat. Tapi kita menghindari jalan berdebu, karena jalan masih setengah aspal,” kata Faeyumi.
Lokasi pelepasliaran jauh, katanya, untuk menghindari sungai yang banyak jaring dan jauh dari pemukiman. Pemilihan lokasi, katanya, juga masukan nelayan.
Kalau di dekat Desa Tambak, mereka tak setuju. Bukan karena di situ banyak jaring, namun banyak warga yang mungkin belum paham kalau pesut dilindungi. Nelayan khawatir terjadi perburuan pesut.
“Banyak jaring dan dekat dengan pemukiman. Ditambah lagi kondisi pesut sudah menurun dari Jumat. Sepakat untuk di Istana Sayap. Di sini juga beberapa minggu lalu terlihat kemunculan lima sampai tujuh pesut. Jadi sudah pas tempatnya.”
Sebelum lepas liar, tim morfometri atau pengukuran dan mengecek kondisi tubuh pesut. Pesut berkelamin jantan dewasa ini panjang tubuh 220 sentimeter ini perkiraan umur 30 tahun. Berat tubuh sekitar 130 kilogram. Diameter kepala 79 sentimeter dan diameter badan 109 sentimeter.
Pesut lalu diangkat pakai stretcher alas dilengkapi dua tandu. Dengan gunakan pompong (perahu tradisional), pesut dilepas ke perairan pukul 6.45 malam. Sekitar tiga menit dilepas, pesut kembali muncul kepermukaan air yang berjarak sekitar 30 meter dari perahu. Pesut lalu berenang ke hilir Sungai Kampar.
“Kini kami monitoring karena itu bagian dari SOP (standard operating procedure-red). Dilakukan selama tiga hari. Kalau tiga hari tidak ada kabar, kabar baik atau kabar buruk misalkan terdampar lagi, bisa dikatakan sudah kembali ke habitatnya.”
Dalam pengawasan tiga hari ini, mereka bekerjasama dengan Komunitas Mancing Pelalawan (KMP).
Kepada Mongabay secara terpisah, Arman dari KMP mengatakan, dua hari terakhir ini tak melihat pesut di sekitar lokasi. Bahkan tidak mendengar kabar dari nelayan lain soal penampakan pesut.
“Gak ada nampak. Info dari yang lain juga gak ada. Di sini itu memang habitatnya. Dua minggu lalu di sini muncul banyak pesut. Biasa kalau pesut mudik (ke arah hulu), itu pas musim patin. Sekarang memang musim patin.”
***
Keterangan foto utama: Proses evakuasi Pesut di hulu Sungai Segati, Riau, Sabtu (19/9/20): Foto dan video: BPSPL Padang Satker Pekanbaru