- Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas (TRMS) kembali memiliki koleksi dua anak harimau Benggala yang dinamakan Rastaji dan Sembara
- Kedua anakan harimau tersebut merupakan anak dari pasangan Rasti dan Aji
- Secara total TRMS memiliki tujuh ekor harimau Benggala yang kondisinya sehat semua, empat indukan dan tiga anakan
- Kapasitas kandang di TRMS masih mencukupi untuk menampung tujuh ekor harimau tersebut, jika nantinya melebihi kapasitas, maka akan ditawarkan ke Lembaga Konservasi lainnya
Di sebuah kandang ukuran dua meter persegi, Rastaji begitu aktif dengan berjalan ke sudut kanan kiri kandang di Taman Rekreasi Margasatwa (TRMS) Serulingmas, Banjarnegara, Jawa Tengah. Sesekali, Rastaji menggoda Sembara yang terlihat lebih pasif. Sembara lebih banyak diam, tidak seperti Rastaji yang begitu energik.
Rastaji dan Sembara adakah dua ekor harimau Benggala (Panthera tigris tigris) yang kini telah berumur dua bulan. Keduanya dilahirkan dari pasangan indukan harimau Benggala, Rasti dan Aji. Makanya, satu ekor harimau Benggala tersebut dinamakan Rastaji yang merupakan gabungan mana dari Rasti dan Aji. Sedangkan nama Sembara diambilkan dari Semarang Banjarnegara, sebab kedua indukan berasal dari kedua kota tersebut.
Pawang harimau TRMS Serulingmas Banjarnegara Lulut Dwi Prasetya (35) mengungkapkan kedua anakan harimau lahir pada 27 Juli lalu. Kedua anak harimau itu baru dikenalkan ke publik secara terbatas pada usia dua bulan. Hal itu dilakukan supaya harimau tidak stress.
“Pada saat kelahiran, kami sama sekali tidak tahu. Karena proses kelahiran biasanya terjadi pada malam hari. Baru pada pagi harinya, sudah terdengar suara anakan harimau tersebut,”ungkap Dwi – panggilan akrab Lulut Dwi Prasetya – saat ditemui pada Rabu (29/9).
baca : Darmi, Harimau Benggala yang Lahir di Kala Pandemi
Menurut Dwi, meski lahir dari satu indukan yakni Rasti, tetapi karakternya sangat berbeda. Bisa dilihat, karakter Rastaji lebih agresif. Anakan itu lebih aktif untuk bergerak dan jika didekati manusia langsung merespons. “Nah, kalau Sembara relatif kalem. Gerakannya tidak seaktif Rastaji. Tetapi hal itu bukan karena Sembara sakit, melainkan karakternya memang lebih tenang. Keduanya sama-sama sehat saat sekarang, bahkan sudah mulai makan daging ayam,”ujarnya.
Pada awal kelahiran, kedua anakan disandingkan dengan indukannya. Sebab, asupan makanan dari air susu indukannya. “Jadi dari lahir, Rastaji dan Sembara disatukan dengan indukannya. Hal itu dilakukan, karena keduanya harus menyusu. Sebab, satu-satunya asupan makanan dari air susu. Sehingga bagi siang maupun malam bersama dengan indukannya. Baru, setelah umurnya satu bulan lebih ada waktu untujk dipisah dengan indukannya. Pada siang hari, anakan di dalam kandang, dan indukannya berada di kandang bagian luar,” katanya.
Pada siang hari sengaja dipisah dengan indukannya, supaya kedua anakan mulai belajar makan daging. “Saat sekarang sudah mulai makan daging ayam sendiri. Jumlahnya belum banyak, paling hanya satu ekor ayam atau kisaran beratnya 1 kg daging. Saat sekarang, dengan usia dua bulan, bobot masing-masing anakan mencapai 12 kg. Dulu, sewaktu lahir, beratnya masing-masing berkisar 2,5 kg hingga 3 kg,” kata Dwi.
Sementara ini, kata Dwi, kedua anakan harimau telah mengajak untuk bermain-main. Di antaranya adalah menarik-narik kaki. “Kalau di dalam kandang, saya harus mengenakan sepatu safety, sehingga akan lebih aman. Biasanya, kalau anakan harimau suka menarik kaki, seperti mau menjatuhkan. Jadi, memang asyik,” ungkapnya.
baca juga : Imutnya Lusi, Anakan Harimau Benggala di TRMS Banjarnegara
Di tempat yang sama, Direktur TRMS Serulingmas Lulut Yekti Adi mengungkapkan bahwa selama masa pandemi, sebetulnya tidak hanya harimau yang berkembang biak, melainkan juga satwa lainnya. “Misalnya musang yang bertambah empat ekor, beruk satu ekor, rusa timor enam ekor dan rusa sambar satu ekor. “Tetapi memang yang paling mengesankan adalah bertambahnya harimau Benggala. Sebab, dengan bertambahnya populasi harimau, maka sebetulnya merupakan keberhasilan TRMS dalam menjaga satwa. Sehingga satwa nyaman berkembang biak di sini,”ungkapnya.
Dengan bertambahnya dua anakan harimau Benggala, maka koleksi TRMS Serulingmas saat ini sebanyak tujuh ekor. Ada empat indukan dan tiga anakan. Sebelum Rastaji dan Sembara lahir dari indukan Rasti dan Aji, pada Maret lalu, Darmi lahir dari pasangan Darma dan Upi.
“Kami menamai mereka dengan singkatan dua indukan. Misalnya, Rastaji itu kependekan dari Rasti dan Aji, kemudian Sembara adalah kependekan dari Semarang dan Banjarnegara. Jadi saat sekarang, total harimau Benggala yang menghuni TRMS Serulingmas sebanyak tujuh ekor. Kalau kandangnya masih cukup, karena mampu menampung enam pasangan,”katanya.
Sebelumnya, kata Lulut, pada Maret lalu juga telah lahir Darmi yang kini telah berumur empat bulan. Darmi kondisinya sehat dan menghuni kandang sendiri. Setiap harinya, Darmi telah menghabiskan makanan seberat 2 kilogram daging. Sedangkan untuk indukannya, rata-rata menghabiskan 5-6 kg daging baik daging ayam maupun daging babi hutan.
Harimau Benggala yang ada di TRMS kemungkinan dapat dipindahkan, kalau memang populasinya melebihi kapasitas kandang. “Kapasitas kandang di TRMS mencukupi, sebab mampu menampung hingga enam pasang harimau. Saat sekarang populasi yang ada di TRMS baru tujuh ekor. Namun demikian, jika memang melebihi kapasitas, maka akan ditawarkan ke Lembaga Konservasi (LK) lainnya. Kami kan bergabung dengan perkumpulan LK lain, sehingga jika memang melebihi kapasitas, tentu akan ditawarkan,”ungkapnya.
baca juga : Viral, Harimau Kurus Jadi Catatan Untuk Perawatan Satwa Tua
Menurut Lulut, TRMS Serulingmas mulai melakukan penjarangan kehamilan. Misalnya, pasangan Darma dan Upi yang telah melahirkan Darmi, sampai sekarang masih dipisah. Namun, untuk Rasti dan Aji masih bersama-sama. Sebab, Rasti juga masih bertugas untuk menyusui kedua anaknya. “Penjarangan kehamilan dilakukan supaya tidak menghadapi kelebihan kapasitas di dalam kandang TRMS Serulingmas,”ujarnya.
Lulut mengatakan pihaknya terus melakukan pemantauan secara intensif kesehatan satwa yang menjadi koleksi kebun binatang satu-satunya di wilayah Jateng bagian barat tersebut. “Setiap harinya pawang, khususnya harimau harus melaporkan kondisi kesehatan. Caranya adalah dengan mencatat apakah makanan habis atau tidak. Jika tidak habis makanannya, akan dilihat lebih jauh lagi dengan memperhatikan perilaku harimau. Misalnya, kalau ada sesuatu, harimau akan terlihat gelisah. Padahal, biasanya harimau akan beraktivitas sewajarnya dan santai. Kalau ada tanda-tanda kesehatannya terganggu, maka akan paramedis TRMS bakal memeriksa. Kalau perlu dibius kemudian diobservasi lebih mendalam. Jadi, kontrol kesehatan memang harus ketat dilakukan, supaya satwa yang ada di TRMS benar-benar sehat,”ujarnya.
Selama pandemi, kata Lulut, TRMS sempat melaksanakan “lockdown”, sehingga tidak ada kunjungan ke obyek wisata tersebut. Pada saat tertutup, ada komunitas yang membantu mengumpulkan dana untuk pemeliharaan satwa yang ada di TRMS Serulingmas. Kini, TRMS Serulingmas telah dibuka, sehingga ada kunjungan wisatawan. Hanya saja, jumlah pengunjung juga masih sedikit, tidak seperti pada saat normal. Namun, setidaknya ada pemasukan untuk pemeliharaan satwa.