- Dua paus diidentifikasi mati terdampar di pesisir selatan Bali dalam dua hari berturut-turut.
- Paus pertama yang ditemukan mengambang di tengah laut, namun karena sulit ditenggelamkan, akhirnya tak terlihat lagi sampai Kamis (19/11).
- Paus kedua ditemukan terdampar di pesisir Nusa Dua dan akhirnya dikubur. Anehnya, semua giginya sudah hilang.
- Pihak dokter hewan belum bisa menyimpulkan penyebab kematian karena sudah membusuk.
Sejumlah pihak menyimpulkan ada dua paus sperma mati di perairan Bali Selatan pada awal pekan ini, Selasa-Rabu (17-18/11). Namun sampai Kamis (19/11) ini baru satu individu yang bisa ditangani dengan dikuburkan. Satu paus sperma sudah diambil semua giginya.
Made Kanta dari pusat edukasi dan rehabilitasi penyu, TCEC Serangan melaporkan penemuan individu dengan ciri-ciri paus sperma di pesisir Serangan, Denpasar pada Selasa (17/11/2020) pagi. “Kondisinya membusuk, ususnya keluar, sudah berbau,” katanya saat dikonfirmasi. Ia merekam video yang dibuatnya dari atas kapal memantau pergerakan paus pertama pada Selasa ini.
Nampak seekor paus sperma dengan kemungkinan kode 3 (mati dan mulai membusuk). Kulitnya terkelupas dengan sejumlah bekas luka. Masih ada darah yang mengalir. Mengapung di perairan dangkal.
baca : Seekor Paus Sperma Kerdil Terdampar, Warga Malah Memotong Dagingnya

Rodney Westerlaken dari Yayasan Bali Bersih/Westerlaken Foundation pun tiba di lokasi paus sperma terapung dan mengambil sampel. Karena arus laut, paus pertama ini terus berpindah lokasi perairan, sampai pesisir Sanur. Ada rencana untuk ditenggelamkan di tengah laut namun kapal bantuan dari unit armada pengawas perikanan tak bisa menjangkau di area dangkal saat laut surut.
Hingga Kamis sore, Rodney yang dikonfirmasi mengatakan paus sperma pertama ini belum diketahui lokasi persisnya karena belum terlihat terapung di pantai. Dari pengamatannya, penemuan paus pertama pada Selasa itu berkode 3 dengan panjang sekitar 10 meter.
Paus sperma berikutnya adalah berkode 4, panjangnya lebih dari 13 meter. Menurut Rodney sudah tidak ada giginya. “Mungkin dicuri,” ia menduga.
Kondisi tubuh sudah kempes, busuk, dan ada tali biru di mulutnya. Karena perbedaan ukuran dan kondisi inilah yang menyimpulkan ada dua individu yang berbeda. Paus kedua yang ditemukan pada Rabu (18/11) ini mati terdampar di Pantai Mengiat, Nusa Dua.
Paus kedua inilah yang bisa dikubur di pantai. Selain Rodney, ada juga penanganan dari BPSPL Denpasar, JAAN, dan lainnya. “Kerjasamanya sangat baik,” sebut Rodney.
baca juga : Paus Sperma Kembali Terdampar Kepulauan Talaud, Bagaimana Nasibnya?

Permana Yudiarso, Kepala BPSPL Denpasar mengatakan ada kemungkinan paus pertama terseret arus sehingga tak terlihat lagi. Menurutnya dari data morfometri, ada dua paus berbeda. Kondisi juga berbeda. Paus pertama yang ditemukan mengambang di Sanur bangkainya masih utuh, terlihat usus keluar, dan perkiraan mati sekitar satu minggu.
Paus pertama didorong oleh sejumlah perahu kecil agar menjauhi Mertasari karena ada yang keberatan dikubur di sana takut berbau. Saat itu menurutnya arah angin ke timur, arusnya ke arah Padangbai. Setelah itu sudah tak terlihat dan tak ada laporan paus ini terdampar di pesisir.
Sementara yang terdampar mati di pesisir Nusa Dua sudah membusuk dan dagingnya terurai. “Hipotesis penyebab belum ada,” sebutnya. Sampel DNA sudah diambil, namun kemungkinan hanya bisa deteksi jenis spesies dan perlu dianalisis kekerabatannya.
Ia merasa ada keanehan karena beda selang satu hari di lokasi berdekatan. Paus kedua dilaporkan petugas keamanan ITDC Nusa Dua jika ada paus terdampar di Nusa Dua. Setelah dibandingkan, beda panjang, dan bangkainya sudah hancur. Paus pertama giginya masih ada dan bentuknya masih membulat.
“Saat dicek giginya hilang, ini tidak lazim, bangkai masih nempel, ada upaya mengambil paksa. Tim Flying Vet juga cek apakah di pencernaan ada plastik, tapi tak ditemukan,” paparnya tentang paus kedua. Para pihak yang terlihat dalam penanganan harus mengganti alat berat untuk mengubur bangkainya di pesisir Nusa Dua.
perlu dibaca : Mengerikan, Paus Sperma Mati dengan 100 kg Sampah Plastik Diperutnya

Dwi Suprapti, dokter hewan dari tim IAM Flying Vet yang melakukan nekropsi menyebutkan tak banyak informasi yang dapat diperoleh dikarenakan kondisi paus yang sudah kode 4 atau mengalami pembusukan tingkat lanjut. Pengamatan hanya difokuskan pada pencernaan dan hal-hal yang bersifat makroskopis. Secara umum, tidak ditemukannya sisa makanan maupun benda asing di pencernaan paus. Diduga paus mati dalam kondisi kronis dan tidak makan dalam jangka waktu cukup lama. Namun penyebab pasti kematian paus tidak teridentifikasi dikarenakan kondisi bangkai paus yang sudah kode 4.
Dalam buku Pedoman Menangani Mamalia Terdampar 2018 disebutkan mamalia laut terdampar hidup dimasukkan dalam kode 1. Ciri-cirinya, lubang pernafasan masih aktif, udara masih keluar. Masih ada detak jantung dengan meraba dada di sebelah kiri. Masih ada refleks seperti kelopak mata berkedip saat disentuh, dan lainnya. Upaya penyelamatan lebih berhasil jika dilakukan sebelum 24 jam setelah kejadian terdampar.
Penangananya dengan penyampaian informasi, dokumentasi, stabilisasi pelepasan, dan pemantauan agar tak kembali terdampar.
Langkah penanganan di antaranya pengamatan dengan binokuler untuk mengamati pola gerakan, tanda-tanda, dan identifikasi awal. Dokumentasikan dengan foto atau video, lakukan pencatatan awal seperti kemungkinan spesies, panjang, jumlah, dan lokasinya.
Bagian tubuh yang penting untuk identifikasi adalah moncong, sirip, dan ekor. Kemudian memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan informasi awal ke penolong pertama dan update informasinya. Selanjutnya menghubungi sejumlah pihak yang melakukan penanganan.
baca : Seekor Paus Pilot Ditemukan Nelayan Mati di Tengah Laut Flores

Sementara untuk mamalia laut mati, dilarang untuk dikonsumsi atau disentuh oleh anak-anak atau perempuan hamil karena mamalia memabwa parasit alami yang sangat banyak. Konsumsi daging dan organ paus bergigi sangat tidak dianjurkan. Karena ada peningkatan jumlah mioglobin, berminyak, dan berbahaya bagi manusia.
Minyak yang terkandung dalam jaringan tubuh paus sperma disebut berbahaya. Dagingnya berefek pencahar. Sementara paus pilot menumpul logam berat melebihi spesies mamalia laut lain.
Pada kejadian mamalia mati ini, hal yang dianjurkan adalah nekropsi atau bedah bangkai untuk mengetahui penyebab kematian oleh dokter hewan atau yang berpengalaman.
Peristiwa terdampar dinilai cukup tinggi di perairan Indonesia. Pada 2015 tercatat 46 ekor, kemudian 106 ekor (2016), dan 120 ekor (2017). Di sisi lain ini ini pertanda peningkatan kesadaran mendokumentasikan. Ada 35 spesies mamalia laut yang melewati perairan Indonesia. Penanganan adalah salah satu Rencana Aksi Nasional Konservasi Mamalia Laut 2018-2020.
Jenis terdampar terbanyak adalah lumba-lumba Irrawaddi, pesut mahakam, paus sperma, duyung, paus pemandu sirip pendek, lumba-lumba spinner, dan lainnya.